Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nadiaalburhaniAvatar border
TS
nadiaalburhani
Coretanmu Membuatku Tersiksa "Sepanjang Usia" (Pelajaran Berarti)
Awal kerinduan,,,

"Ayah, Bunda berangkat kekantor dulu ya", seperti biasanya istriku pamit sambil mencium tanganku, tak jarang pula aku tak acuh, dialah wanita yang aku nikahi 2 tahun yang lalu, wanita yang sudah memenjarakan perasaanku tanpa merasa berdosa, dia yang mengiyakan perjodohan kami berdua.

Sejak saat itu perasaanku tak menentu, harapanku menikah dengan gadis yang aku cintai pupus sudah, aku telah melukai hati yang tak berdosa, janjiku pada Fatimah (mantanku) terhempas kelaut lepas, diterpa badai dan gelombang yang entah kemana membawanya.

"Fatimah, maafkan abang", ungkapku pelan, kembali kuteringat akan kenangan indah bersamanya, 8 tahun lamanya aku berpacaran dengannya, sejak aku masih SMA, dialah gadis desa yang polos dan tulus dalam mencinta, dia yang menemaniku dari sejak aku menjemputnya dengan jalan kaki hingga aku pakai Mercy. Betapa berdosanya aku padanya.

"Fatimah, sekali lagi ini bukan keinginan abang, bukannya abang tak bisa menolak sebagai laki-laki, tapi ini lebih kebalas budi", itulah kalimat terakhirku pada fatimah yang diiringi isak tangis sampai sesenggukan, fatimah yang lugu tak bisa mencaci, meski aku melukai yang mungkin tak akan bisa terobati, isak tangis tanpa kata membuatku merasa semakin berdosa.

"Fatimah, sedang apa dirimu, abang rindu", gumamku dalam sendiri dan sepi, bunyi alarm membuat lamunanku gusar, itu tandanya aku harus berangkat kerja.

Sesampainya dikantor secretarisku menyampaikan bahwa ada client dari salah satu perusahaan besar yang ingin bertemu, tanpa mengiyakan aku langsung menuju ruang meeting tempat biasa tamu menunggu. Ternyata tak sendiri, mereka bertiga.

Setelah lama kami berbincang-bincang, mereka meyodorkan draft MOU, "ini hanya draft ya pak, mohon dipelajari terlebih dahulu, jika bapak setuju kami menunggu konfirmasi dari bapak dan kami akan menyiapkan dokumen aslinya".

"Baik pak", sambil salaman dan menagnggukkan kepala tanda aku setuju dan memahami maksud mereka.

"Kami langsung pamit ya pak"
"Baik pak"
, jawabku.

Aku kembali keruanganku, dengan langkah sedikit ragu, masih dalam tanya yang belum terjawab, sebab aku tak pernah menelpon owner atau bahkan perusahaan yang ternama itu, lalu tiba-tiba datang kekantorku dan mengajakku kerjasama dengan alasan perusahaanku cukup bonafide.

"Ah sudahlah, mungkin benar apa kata mereka, aku tak mau lagi dipusingkan dengan hal itu, aku sudah cukup pusing menahan rindu dan dosa masa lalu"

"Ayah malam ini makan dirumah kan?", pesan singkat dari istriku membuatku semakin bosan dan pikiranku gak karuan.

Perlahan kubuka dompetku, kuambil secarik kertas, kertas yang berisi tulisan, kado dari fatimah dihari pernikahanku, hari dimana yang sama sekali tidak aku inginkan. Hari yang telah memenjarakan keindahan bersama orang yang aku sayang yang mungkin tak akan terulang, hari dimana aku mengucapkan janji suci setengah hati, "andai saja janji itu kuucapkan bersama hiasan senyum Fatimah disampingku, pastinya janji itu bisa saja sehidup semati", bayangkan saja, 8 tahun bukanlah waktu yang singkat,apalagi dibalik kesuksesanki ada senyum dan semangat dari Fatimah yang turut serta ambil bagian.

Perlahan kubuka lagi kertas itu, bait demi bait kurenungi isinya, kupaksakan untuk tidak membayangan betapa kristal bening air mata Fatimah bercucuran saat menuliskan, berusaha tegar menghadapi kenyataan, karena kertas itu kuterima sudah banyak tulisan yang buram, menandakan bahwa ada air menetes diatas kertas itu, apalagi kalau bukan air mata, iya pastinya air mata Fatimah yang berusaha dengan sekuat tenaga untuk menahannya.

Bang Fahmi,

Maafkan fatimah jika tidak bisa menghadiri undangan pernikahan abang, bukannya fatimah tidak menghargai abang, tapi fatimah sedang belajar melupakan,
Cintai dia setulus hati abang
Melebihi cinta abang terhadap fatimah
Lupakan fatimah bang
Karena Tuhan sedang tidak merestui kita
Biarkan 8 tahun berlalu menjadi kenangan
Biarkan fatimah pergi meski dengan hati pedih
Fatimah akan belajar menata hati
Meski fatimah tidak tau entah sampai kapan

Doa fatimah selalu menyertai abang, semoga abang bahagia bersamanya.

Dari

Fatimah yang sedang belajar mengikhlashkan

Ingin rasanya aku terus membacanya, terlalu berlebihan rasanya jika aku bilang aku hanya ingin menghabiskan waktuku untuk membaca surat itu. Aku yakin saat Fatimah menuliskan risalah ini hatinya tercabik-cabik, aku dapat merasakannya, sebab hingga saat inipun aku bukan bisa melupakan, bahkan semakin dalam cinta ini bertandang. “sedang apa dirimu Fatimah, merindukan abangkah, ataukah kamu telah bahagia bersama orang baru yang mungkin bisa membuatmu lebih bahaia bersamanya”. Sungguh jika iya pun itu bukan salahmu, kamu berhak untuk bahagia, karena akulah sipendosa yang meninggalkanmu dengan penuh keterpaksaan.

Satu-satunya alasan yang membuat aku ingin pulang atau betah dirumah adalah hanyalah "Echa", buah hatiku yang lucu dan menggemaskan, baru kemaren dia genap berusia satu tahun. "Maafkan ayah ya nak, kamu terlahir mungkin sudah harus menanggung beban, jika kamu tau bahwa dihati ayah masih ada dia yang begitu ayah cinta, mungkin kamu bukan hanya akan amarah sama ayah, ayah sudah belajar keras mencintai bundamu, tapi jujur sampai saat ini masih belum bisa, masih terasa kosong dan hampa".

Ibuku memang benar adanya, bahwa istriku Zahira adalah wanita solehah, meski selama perjalanan pernikahan kami aku selalu mengacuhkannya, dia tetaplah menjadi istri yang baik dan ibu yang luar biasa untuk anakku, dia wanita karir pula, tapi kenapa hatiku masih belum bisa menerimanya? padahal diantara kami sudah ada Echa yang seharusnya dengan mudah bisa membuatku jatuh cinta, dia telah melahirkan buat hatiku dengan mengorbankan nyawanya, saat ini aku bukan hanya menyakiti Fatimah, tapi dua wanita yang tak berdosapun jadi korban. Zahira istriku yang kesehariannya mungkin akan berteriak bosan karena perlakuanku yang tak pernah mengindahkannya, dan anakku Echa pun mungkin tak pernah merasakan kehangatan dan keharmonisan kedua otang tuanya mulai sejak dia terlahir kedunia.

Malam ini aku langsung pulang, entah mengapa tanpa sengaja wajah Zahira menampakkan kesedihannya dalam bayangan, perasaanku gak enak, aku sedikit menghawatirkannya, bagaimanapun dia adalah ibu dari anakku, dan anakku pun masih terlalu kecil untuk menanggung semua ini. Aku tak ingin egois, aku bermaksud makan malam dirumah bersama Zahira sekaligus ingin melihat senyum Echa sebagai pengobat lelahku saat ini.

Sesampainya dirumah tak seperti biasanya, Zahira yang biasa menungguku pulang diberanda rumah sambil membukakan pintu kini tak lagi kulihat jejaknya, dengan penuh tanya aku melangkah, ada ragu yang bersarang dihatiku, ada apa gerangan dengan istriku ?.

“Assalamualaikum Bunda, Bundaaa,,,” tak ada jawaban, hanya tangisan Echa yang menjerit-jerit seolah sedang tidak baik-baik saja. Aku bergegas kekamar Echa, kulihat Bi Surti sedang menggondong Echa dan berusaha menenangkannya.

“Bi, Zahira kemana?”,
“Maaf Tuan, Ibu belum pulang”.
“Bibi sudah menelponnya ?”
“sudah Tuan, tapi sekarang nomornya tidak aktif”
.
Berulangkali aku menlponnya juga mengalami hal yang sama, tak ada respond darinya, bahkan handphonenya mati, aku coba menelpon kantornya pun tidak ada yang angkat, pasti sudah pada pulang semua. Aku mulai panik dan tak tau kemana aku harus mencari istriku, sementara Echa terus menangis dan menjerit, inikah pertanda bahwa bundanya sedang dalam bahaya. Aku mencoba menelpon abinya Zahira yang kebetulan sudah menjadi mertuaku, ternyata juga tidak ada Zahira kesana. Namun ada hal yang membuatku semakin gusar tak menentu, saat Abinya Zahira menyampaikan tentang curahan hati hati anaknya beberapa hari lalu saat Zahira menemui orang tuanya.
“Naka Fahmi, mohon maaf sebelumnya, bukannya abi mau ikut campur tentang rumah tangga kalian, beberapa hari yang lalu Zahira datang, dia menyampaikan kepada abi bahwa dia sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk nak Fahmi, namun tetap saja nak Fahmi tidak berubah, bahkan kehadiran Echapun tidak bisa merubah keadaan, mungkin dengan cara menjauh itu akan membuat nak Fahmi bisa bahagia dan bisa bersama dengan wanita yang nak Fahmi cinta, abi sudah berusaha mengingatkan bahwa Echa tidak boleh kehilangan kasih sayang bundanya, sudah cukup nak Fahmi, jika boleh abi berpesan, belajarlah menerima takdir Tuhan, sebab jodoh sudah digariskan”.

“Bunda dimana, Echa masih terlalu kecil untuk menanggung semua ini, jika ada yang harus dihukum, ayahlah yang pantas mendapatkan hukuman, bukan Echa, bunda",

Perlahan suasana jadi gaduh, ayah ibuku datang kerumahku setelah kutelpon satu jam yang lalu menanyakan keberadaan Zahira, ditambah suasana amarah dari ibuku lantaran beliau paham betul bagaimana perlakuanku terhadap Zahira selama pernikahan kami.

Malam itu aku mencoba menyusuri jalan kearah kantor Zahira, tak ada tanda-tanda tentang keberadaan Zahira, ayahkupun melaporkan hal itu kepihak yang berwajib, hingga aku dibantu beberapa anggota polisi yang kebetulan bertugas malam itu, jam sudah menunjukkan pukul 03:00 dini hari, tetap saja kami tak menemukan petunjuk apapun.

"Fahmi, pulanglah nak", ibu dengan suara terbata ditelpon memintaku segera pulang, tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan permintaan ibu.

Sesampainya dirumah, ibu menyodorkan secarik kertas diiringi isak tangis, perlahan dengan sedikit ragu membukanya, takut dan was-was berbaur jadi satu, ada getar ketakutan yang mencekam, aku seolah tak sanggup menerima kenyataan.

Bait pertama mulai terlihat,

"Ayah, maafkan bunda",

Harusnya kata maaf itu terucap dari bibirku, Zahira tidak pernah melukaiku, dia sebenarnya sosok yang sempurna. Rasanya tak berani aku melanjutkan membaca apa isi pesan dari surat itu, tapi desakan ibuku yang membuatku mau tidak mau harus kulakukan.

"Bunda titip Echa yah, bunda ikhlaskan ayah untuknya, biar bunda yang mengalah, karena pada kenyataanya kehadiran Echapun tak sanggup membuat ruang itu ada dihati ayah untuk bunda, dari ayah bunda belajar bahwa cinta itu sejati sampai mati".

Ikhlaskan bunda pergi, jika suatu saat Echa menanyakan bundanya, katakan bundanya sangat mencintainya, terlebih untuk ayah tercintanya.

l love you ayah,,,

Bundaaaaaaa,,,, teriakku tak menentu, tak terbayang dibenakku betapa Echa akan kehilangan kasih sayang dan sosok ibu yang menjadi harapan setiap anak yang terlahir kedunia.

"Nak, sebenarnya ibu sudah mendapatkan kabar tentang Zahira", ibuku berusaha menenangkanku, tapi tangisnya yang tak bisa ditahan membuatku yakin bahwa Zahira istriku yang selama ini aku kenal sebagai sosok yang kuat sedang tidak baik-baik saja.

"Bu, Zahira kenapa bu, Zahira dimana", aku mencari keyakinan diraut wajah dan kedua bola mata ibu yang menandakan bahwa Zahira sedang baik-baik saja tak kutemukan, sambil kuguncang tubuh ibu dan kupaksa bicara tentang keberadaan Zahira, ibu hanya menangis dan diam.

"Zahira sudah gak ada Fahmi, ini semua salahmu", tiba-tiba ayah dengan nada amarah menjawab tanyaku.

Dunia berakhir seolah malam itu, semua keluargaku menyalahkanku, dan tak dapat kubayangkan apa yang harus kujelaskan pada Echa jika bundanya pergi oleh karena keegoisan ayahnya.

Sejak saat itu hari-hariku semakin tak menentu
Aku berdosa sepanjang usiaku
Banyak hati yang terluka karena keegoisanku
Secarik kertas dari istriku ternyata jauh lebih menyakitkan

Pesanku untuk kaum pencinta

Hargai apa yang kita miliki
Sebab jika sudah pergi
Ia tak akan kembali
Penyesalan tak bisa diakhiri
Luka hati tak akan terobati
Sebelum terlanjur semua terjadi
Jaga dengan baik anugerah ilahi

Jangan mengingkari takdir
Sebab takdir sudah tertulis sejak lahir
Pahami setiap sakit yang digariskan sebagai bagian dari bentuk kasih sayang Tuhan
Segala sesuatunya terjadi sudah atas skenarionya
Karena Dialah yang mengatus segala jalan hidup kita
Bersyukur ats nikmatnya dan bersabar atas segala ujiannya itulah tugas kita
Cukup lakukan yang terbaik sebelum penyesalan itu mencabik-cabik
Agar hidup lebih baik dan bukan berbalik

Sakit memang saat kenyataan tak sejalan dengan impian
Saat takdir Tuhan tak sesuai dengan harapan
Tapi jangan fokus pada impian dan harapan
Cukup lakukan yang terbaik dan meminta pada Tuhan
Agar hidup kita tak hanya mengejar bayangan



Zahira, dosa ini akan aku bawa sampai aku menutup usia
Bersama coretanmu yang menghabiskan masadepanku, sampai bertemu disyurga wahainbidadariku


Baru kupahami bahwa aku membutuhkanmu
Merindukan senyummu

Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 132 lainnya memberi reputasi
133
2.6K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan