Julukan "The Next" Telah Menggambarkan Betapa Konyolnya Sepakbola, Sepakat?
TS
FootballStory
Julukan "The Next" Telah Menggambarkan Betapa Konyolnya Sepakbola, Sepakat?
Apakah anda bisa memainkan bola dengan sangat indah seakan-akan gaya gravitasi sangat bersahabat dengan anda? Apakah ketika bermain bola/futsal anda sering melewati 4 pemain lawan dengan menggiring lalu mengolongi kiper? Jika iya, maka selamat anda layak menyandang status sebagai “The Next Messi” atau "The Next Ronaldo"!
Dunia sepak bola benar² tidak peduli apakah seorang pemain masih berusia 16 tahun, sama sekali belum jadi langganan starter di timnya, bahkan tak peduli berapa jumlah menit bermain sepanjang kariernya. Asalkan ada gocekan, berposisi penyerang, dan dengan usia pemain itu masih muda, melekatlah julukan "The Next Messi"pada pemuda tersebut.
Jika kita usut lebih jauh, apakah para wonderkid tersebut memang menghendaki julukan tersebut dan tidak menjadikannya beban? Apakah pemuda tersebut sengaja mengincar segala rekor di usia muda agar dunia mengenalnya sebagai The Next Messi? Atau, apakah mereka memang menjadikan satu orang pemain bintang sebagai acuan permainan mereka?
Mungkin inilah bukti konyolnya sepak bola dibanding bidang lain, kita tidak bisa menaruh julukan “The Next” pada apapun/siapapun dengan sesederhana itu, yang menyamai atau bahkan melampaui prestasi pendahulunya.
Tentu jika seorang anak muda bisa melantunkan gitar elektrik dengan nada metal yang sangar, ia juga tidak akan dijuluki sebagai The Next Bucket Head. Jika ada seorang Komika muda yang sangat fenomenal, dia takkan dilabeli The Next Raditya Dika. Sekalipun jika ada seorang anak 5 tahun yang bertanya pada ayahnya "ayah mengapa apel itu bisa jatuh?", ia tidak akan dijuluki The Next Isaac Newton.
Lalu apakah di dunia ini tidak akan ada The Next Ronaldo? Apakah setelah Ronaldo pensiun nanti tidak ada pemain lain yang sama tajam dengannya, dribel maut, postur tubuh yang militan, serta akurasi tembakan yang tinggi? Jelaslah belum diketahui, tapi alangkah lebih baik untuk para pecinta sepakbola duduk manis saja menanti talenta muda dengan potensi timggi, daripada sibuk melabeli wonderkid tapi justru yang didapat hanya kaleng kosong.
Sepertinya hanya di sepak bola kita mendapati realita seperti itu. Majas Hiperbola nama istilahnya, yang berarti melebih lebihkan dari kenyataan sebenarnya, yang bisa saja membawa konsekuensi besar di kemudian hari, entah kesuksesan atau kegagalan yang menimpanya.
Ronaldo dan Messi adalah 2 pemain dengan nama yang sering ditempeli pada julukan pemain muda yang bermain cukup apik, berikut beberapa contoh "The Next Ronaldo" atau "The Next Messi" yang gagal.
Spoiler for Bojan Krkic:
Dalam urusan bentuk tubuh, Bojan memang banyak kemiripan dengan Messi. Apalagi jika diusut mereka adalah saudara jauh dari kakek buyut yang sama. Bojan punya dribling mantap dan finishing oke, ia juga lulusan La Masia.
Namun sepertinya kemiripan Bojan dengan Messi cukup sampai di situ, karena kariernya bak bumi dan langit.
Sejak mentas pada 2009 masuk tim utama Barca diusia 17 tahun, Bojan gagal menunjukkan tajinya karena Los Cules dipenuhi pemain depan yang jauh lebih top seperti Henry, Eto’o, Pedro, dan juga Messi.
Berkeliling untuk dipinjamkan seperti ke Ajax, AS Roma, dan AC Milan, Bojan akhirnya tidak pernah kembali ke Camp Nou lagi. Terakhir kabar yang ane tau, ia merumput bersama Stoke City di Premier League.
Spoiler for Gerard Deulofeu:
Deulofeu memang mulanya spesial, tidak hanya dijuluki The Next Messi, namun juga dianggap punya separuh kemampuan dari CR7. Namun julukan hanya sekedar julukan bagi Deulofeu.
Jebolan La Masia ini meniti karier awal bersama Everton dengan status pinjaman pada 2010. Penampilannya gacor membuat Barca memulangkannya, namun lagi² hanya untuk dipinjamkan lagi ke Sevilla selama semusim. Di Sevilla pun ia tidak juga moncer sehingga Everton membelinya secara permanen. Diluar dugaan ia justru melempem saat balik ke The Toffees. Namanya baru naik lagi saat Milan meminjamnya pada musim dingin 2017.
Spoiler for Alan Halilovic:
Tidak salah sepertinya menjuluki gelandang mungil milik Kroasia ini sebagai titisan Messi. Kemampuannya memerankan posisi gelandang serang, penyerang, dan pemain sayap perlahan menuai perhatian. Ia bahkan jadi pemain termuda sepanjang sejarah Kroasia membuat debut di timnas senior dalam usia 16 tahun. Ini membuat Barca mengangkutnya pada 2014 silam.
Kariernya di Barca B kemudian mulai melekatkan nama besarnya sebagai "The Next Messi". Halilovic tidak mampu menolong timnya dari degradasi ke Segunda B lalu ia pun memutuskan untuk mencari klub baru sebagai pinjaman. Namun ini malah menjadi petaka bagi Alan usai gagal di Hamburger SV dan Las Palmas di musim 2016/2017.
Spoiler for Munir El Haddadi:
Satu lagi didikan La Masia yang diberi julukan sebagai The Next Messi. Munir sendiri cukup baik performanya kala dipromosikan ke tim senior Barca pada medio 2014/15. Tak hanya itu, timnas Spanyol pun berani memberi debut padanya usai tampil gacor di periode itu. Patut disayangkan perkembangannya di Barca macet kala ia jadi korban tukar guling antara Barca dan Valencia. Munir dijadikan tumbal untuk Valencia agra mau melepas Paco Alcacer yang artinya Barca lebih meilih Paco ketimbang Munir. Meski hanya pinjaman, nampaknya kesempatan untuk balik ke Camp Nou tetaplah kecil.
Spoiler for Gabriel Obertan:
Di musim perdana membela The Red Devils, Obertan sulit untuk beradaptasi sehingga ia hanya tampil sebanyak 7 laga di semua kompetisi. Kurangnya jam terbang ditambah sering menderita cedera. Sejak saat itu, grafik performanya menurun dan kariernya berantakan. Memperkuat Manchester United dari tahun 2009 hingga 2011, Obertan hanya tampil sebanyak 27 laga dan mencetak 1 gol serta 4 assist.
Datang saat masih muda sehabis membela Girondins Bordeaux, dengan harapan The Next Ronaldo. Siapa sangka karirnya malah terkatung katung dari Manchester dilepas ke Newcastle lalu karena seringnya tertimpa cedera Obertan tanpa klub selama 3 bulan sebelum ia dikontrak 6 bulan oleh klub Rusia Anzhi Makhachkala, lalu balik ke Inggris membela Wigan dan gagal membuktikan diri ia lalu berkelana eropa dengan tim Bulgaria yakni Levski Sofia dan akhirnya ia sekarang aktif bermain di liga 2 Turki memperkuat Belediye Erzurumspor.
Obertan pernah risih ketika fans kerap menyamakan dirinya dengan Ronaldo, Ia menilai gaya bermainnya adalah gaya bermain yang dimilikinya sendiri, bukan meniru Ronaldo atau pemain lain. Obertan pun dengan tegas menolak disamakan dengan Ronaldo. "Saya bukanlah suksesor Cristiano Ronaldo. Saya hanya mencoba menjadi seorang Gabriel Obertan dan bekerja keras. Tidak ada kemungkinan untuk membandingkan saya dengan orang lain saat ini," tegas Obertan.
Spoiler for Ferderico Macheda:
Debutnya pada 2009 Mecheda menjadi buah bibir kala membela United diusia 17 tahun kala bersua dengan Aston Vila. Debutnya pun berbuah manis ia berhasil mencetak gol penting penentu posisi klasemen MU di Premier League, ada yang mengatakan mungkin jika Macheda tidak mencetak gol ke gawang Aston Vila nasibnya sekarang akan berbeda. Ia juga mencetak gol kemenangan bagi United kala berjumpa dengan Sunderland setelah 46 detik sebagai pemain pengganti. Mulai dari situ muncul harapan yang sangat besar dari para fans, Macheda kerap disanjung sebagai The Next Ronaldo ditambah pula Ronaldo memutuskan untuk hijrah ke Madrid pada akhir musim.
Namun kecemerlangannya hanya sebatas angin lalu, ia kesulitan menemukan permainan terbaik pada musim² berikutnya, pada Januari 2011 ia mulai dipinjamkan ke Sampdoria demi mendapat jam terbang. Mungkin karena ia menolak saran dari Fergie untuk tetap bermain di Inggris yang membuat karirnya berantakan. Ia bersikeras untuk mencoba ke Italia padahal Everton dan Sunderland berminat untuk menggunakan jasanya. Keputusan Macheda terbukti salah ia tetap berlayar kemanapun demi menemukan permainan terbaik seperti QPR, Doncaster, Birmingham, Cardiff City, hingga Novara. Sekarang nampaknya ia menemukan tajinya di Panathinaikos. Btw, waktu jaman PS2 lumayan nih Macheda speed ama body balancenya di Winning Eleven
Spoiler for Bebe:
Sempat ada keraguan di kubu United kala itu ketika harus memilih antara James Rodrigues atau Bebe. Pada akhirnya United mempertimbangkan untuk memilih Bebe yang telah mendapat julukan The Next Ronaldo, wajar saja kala itu gaya bermain dan posisi kedua pemain pun sama.
Namun faktanya jauh berbeda, Bebe lebih banyak dipinjamkan ke klub lain. Kejadian lain pasti berbeda jika United memilih James yang saat ini sukses bersama Madrid dan Bayern Munchen.
Spoiler for Wilfried Zaha:
United beruntung karena berhasil merekrut Zaha dari Crystal Palace yang kala itu banyak klub besar berminat pula untuk merekrut Zaha yang berusia cukup muda, tak lain dan tak bukan karena kecermatan Zaha di posisi sayap kiri dalam memberi umpan silang kepada striker serta tendangannya yang cukup akurat, cukup mirip dengan gaya permainan Ronaldo. Sial menimpa Zaha ketika orang yang merekrutnya (sAF) pensiun dan digantikan oleh Moyes, padahal bersama Fergie ia dijanjikan soal kecukupan jam terbang demi mengembangkan skillnya, hingga saat dipegang oleh Moyes, ia hanya diberikan kesempatan 4x bermain.
Namun patut di perhatikan julukan The Next tidak semuanya gagal dan bisa diberikan dari perspektif yang lebih baik seperti yang ane kutip dari salah satu penikmat konten ane, terimakasih agan yang bersangkutan atas opininya
Quote:
Original Posted By Liambiero►The next itu pemberian label kepada pemain yang punya gaya permainan yang sama tapi bukan sama secara kemampuan fisik, mental, atau teknik. Tujuan the next itu sebenarnya agar pemain bisa belajar dari orang lain dari masa lalu yang punya teknik permainan yang mirip, dan dia bisa belajar kelebihan atau kelemahan dari gaya permainan yang dirujuk itu pun kalau si pemain mau. Jadi berhasil atau tidaknya bergantung dari kemampuan dan nasib si pemain sendiri bukan dari tekanan pers, menyalahkan label the next cuma kambing hitam.
Udah banyak pemain yang dilabelin the next berhasil, dan beberapa dari pemain itu berterima kasih karena mereka bisa belajar dari rujukan yang dikasih. Maradona dilabeli the next magico gonzales, dia sendiri bilang setelah tau magico gonzalez jadi terobsesi sama gaya permainan legenda salvador itu. Cuma maradona berhasil karena dia punya mental yang lebih baik dan bisa meredam gaya hidup hura hura dalam batas tertentu. Padahal magico punya kecepatan dan teknik lebih dari maradona. Messi juga sama setelah dia belajar dari maradona dia tau kelebihan dan kelemahan tekniknya dan berhasil bahkan bisa dibilang talentanya lebih baik. Aguero juga pernah dijuluki the next maradona dan berhasil beda jalur. The next messi yang berhasil ada eden hazard, tapi sama kaya aguero karena secara kemampuan beda dari messi jadi berhasil dalam jalur yang beda.
Ada banyak label the next lain yang berhasil, ribery dengan zidane, paolo maldini dengan bapaknya cesare maldini, zico dan abedi ayew dengan pele, kante dengan makelele, ozil dengan berkamp, eriksen dengan laudrup. Biasanya kalo pemain udah berhasil label the next udah terlupakan kaya pemain diatas, tapi kalau gagal bakalan terus dibahas sama media.