Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Ditanya Dukung Anies Maju Pilpres, Respons Ustaz Yusuf Mansur Diserbu


Ditanya Dukung Anies Maju Pilpres, Respons Ustaz Yusuf Mansur Diserbu

Suara.com - Ustaz Yusuf Mansur menjadi sorotan warganet seusai menyatakan dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bila kelak maju dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Bermula dari pertanyaan seorang warganet yang mengomentari unggahan Ustaz Yusuf Mansur, Sabtu (11/4/2020).

Dalam unggahan tersebut, terlihat sosok Anies Baswedan saat muda yang memakai kemeja putih dan jas berwarna merah.

Anies saat itu tengah bersama dua orang perempuan yang berdiri di samping kanan dan kirinya.

Foto Anies oleh Ustaz Yusuf Mansur kemudian ditambahi narasi berbunyi:"Kenal orang ganteng ini ga...? Met shalawat.."

Unggahan itupun kemudian menarik komentar warganet. Salah satunya pemilik akun @donydoank16 yang memberikan pertanyaan kepada Ustaz Yusuf Mansur.

"Apakah ustads akan mendukung Pak Anies seandainya dicalonkan jadi presiden tahun 2024?" tanya akun tersebut, seperti dikutip Suara.com, Minggu (12/4)

Tak lama, pertanyaan tersebut mendapat tanggapan dari Ustaz Yusuf Mansur.

Ia menjawab dengan, "Ya dong".



Kontan saja, balasan singkat Ustaz Yusuf Mansur memancing warganet lainnya untuk berkomentar.

Seperti @jefriahmad_m yang justru memberikan pertayaan lain. "@yusufmansurnew kalau Pak Prabowo bersaing dengan Pak Anies di Pilpres 2024 siapa yang ustaz dukung! Prabowo atau Anis?" tanyanya.

Begitu pula dengan @teukumiswar yang juga melontarkan pertanyaan kepada Ustaz Yusuf Mansur.

"Kalo jokowi mencalonkan lagi minta 3 periode didukung lagi ga bapak ustadz," tulisnya.

Namun, Ustaz Yusuf Mansur tampak enggan membalas dua pertayaan tersebut.

Sejak dibagikan, unggahan Ustaz Yusuf Mansur yang menampilkan foto Anies telah mendapat lebih dari 38 ribu likes.

Ahok Diwacanakan Jadi Pendamping Anies Baswedan di Pilpres 2024

Rocky Gerung menyatakan ketidakmungkinan eks Gubernur DKI Jakarta Ahok menjadi lawan Anies Baswedan di 2024.

Akademisi cum aktivis itu mengungkapkan pernyataan tersebut lewat aku YouTube resminya, Kamis (12/3)

"Secara sosiologis tidak mungkin, secara antropologis juga ajaib, secara psikologis semua orang tahu bahwa kekuatan Ahok sebagai pendorong perubahan, tapi bukan sebagai orang yang memimpin, analisis akademik itu agak susah," kata Rocky.

Menurutnya, apabila Ahok dipaksakan menjadi kandidat calon di pemilu 2024, maka ada target tertentu oleh para oligarki.

"Kalau dia dipaksakan, itu artinya ada target jangka pendek yang hendak dipakai oleh oligarki,"
kata dia.

"Ada suara gendang yang lebih kuat sehingga Ahok tampil ulang sebagai lagu lama dengan arasemen baru,"
tambahnya.

Bagi Rocky, yang lebih memungkinkan adalah menjadikan Ahok sebagai pendamping Anies Baswedan.

"Kalau kami berpikir sejak sekarang itu berarti Ahok ditaruh di situ untuk mendamipingi Anies Baswedan,"
ungkapnya.


sumber

*******
Hmmmm....
Membahas 2 orang ini memang menarik, terlepas dari pro kontranya, dari sejarah pilkada Jakarta 2017 yang melatarinya, serta faktor dukungan militan dari masing-masing kubu pendukungnya.

YM tidak salah. Tiap orang punya harapan. Jikalau foto lama yang dipajang YM sebagai faktor kekagumannya terhadap Anies, pendukung Prabowo pun melakukan hal yang sama, tak henti-hentinya memajang foto Prabowo dikala muda.

Dan berbicara hal yang berbau politik ditengah wabah Corona yang mendera bangsa dan negeri inipun tidak salah. Anggap saja pembicaraan ini adalah pembicaraan omong kosong, menjual pepesan kosong, atau didera halu karena peraturan yang memaksa untuk berdiam diri dirumah, sehingga otak kemungkinan kram karena bosan dan mandeg untuk berpikir jernih. Tapi halu biarlah halu, toh tak ada yang berhak melarang.

Anies, seperti tokoh lainnya, sama-sama punya peluang untuk menjadi RI 1, sama seperti Ridwan Kamil atau Ganjar Pranowo. Bahkan bisa saja peluang Prabowo lebih besar. Atau bisa jadi Gatot menjadi kuda hitam. Atau Habib Rizieq yang kini ada diluar sana tiba-tiba mencalonkan diri menjadi RI 1. Semua punya peluang.

Kalau muaranya adalah kendaraan, kendaraan itu bisa disiapkan. Dan gerbong yang kosong bisa mendadak penuh oleh pihak-pihak yang bisa saja menumpang dari awal perjalanan atau ditengah perjalanan. Jadi, seorang tokoh yang maju menjadi capres bisa saja bukan kader partai, sebab sebuah partai juga pastinya akan berbicara soal untung rugi dalam mencalonkan seseorang yang bukan kadernya untuk maju pilpres.

Partai sendiri, sebagaimana kita ketahui, ada yang memang mumpuni mencetak pemimpin, dan laku dipasaran. Ada juga partai yang suka menjual banyak kadernya di pasaran tapi tetap tak laku-laku. Entah karena memang kadernya tak punya kapasitas mumpuni atau mungkin karena strategi penjualannya yang salah.

Bicara soal pilpres, adalah bicara soal kelangsungan hidup sebuah bangsa dan negara. Dan sebuah bangsa pasti ingin maju pesat. Sebuah bangsa pasti ingin segala sesuatunya punya kepastian. Yang mudah dibuat semakin mudah, yang rumit dibuat mudah. Bukan yang rumit semakin rumit dan yang mudah jadi terlihat rumit. Dan masyarakat atau rakyat pastinya ingin semuanya menjadi mudah.

Jika RG berbicara tentang Ahok dari sisi sosialogis atau antropologis yang dianggapnya sulit punya peluang, mungkin ada benarnya. Tapi juga ada salahnya. Kenapa? Karena yang berbicara adalah RG yang notabene adalah pendukung Anies dan Prabowo, yang juga berseberangan dengan Jokowi dan Ahok, mau diakui atau tidak. Jika tolak ukur yang dipakai RG adalah demo yang berjilid-jilid, itu bukan mencerminkan representasi bangsa Indonesia. Itu hanya kelebihan beberapa pihak dalam membingkai sebuah kasus menjadi komoditas politik. Dan komoditas yang terus diolah itu tetap akan bermuara ke Anies dan Ahok. Komoditas itu akan tetap laku jika Anies sanggup membuktikan kepemimpinannya di DKI Jakarta. Dan Ahok membuktikan ilmu memenejemen sebuah BUMN. Artinya? Anies tetap harus membuktikan segalanya dalam sebuah narasi yang berulang-ulang, Ahok tetap harus membuktikan dalam diamnya diruang kantor sana.

Itu baru antara Anies dan Ahok, belum lagi bicara tentang Prabowo, Ganjar, RK, Gatot, dan.... Habib Rizieq.

Tapi minimal RG tak malu-malu mengakui kalau Ahok adalah simbol perubahan. Dan biasanya sebuah simbol perubahan itu justru jadi peluang besar. Sebab pada dasarnya seseorang maju mencalonkan diri dalam sebuah pilpres karena membawa sebuah simbol.

Perlu dicermati juga ucapan RG yang terkesan "memfitnah" Ahok yang jika maju adalah karena tuntutan oligarkhi. Itu terlalu berlebihan. Yang nantinya akan menentukan apakah Anies, Ahok, Prabowo, Ganjar, RK, Gatot, atau Habib Rizieq sekalipun layak atau tidaknya maju pilpres adalah rakyat. Rakyat yang akan memilih. Rakyat yang akan menghakimi. Rakyat yang akan mendukung. Rakyat yang akan menghinakan. Meskpun hal ini juga pastinya berkat strategi jualan tiap capres beserta partai pendukungnya, dan tentu saja media, serta para pendukung grassroot di bawah lewat sosial media. Dan para grassroot ini tetap akan saling tuduh, saling tuding dan saling hina sebagai bajer berbayar atau bajer gratisan.

Tapi itulah politik.
Tak ada yang hitam putih, tak ada yang abadi, cumipun tetap bisa diprediksi.

Dan ucapan RG yang menganggap bahwa Ahok jadi pendamping Anies adalah pilihan yang tepat, TS cuma bisa senyum.
Ah, RG ada-ada aja.

Stay Safe, dirumah aja kaskuser.
Lanjut ngopi.

sebelahblog
pilotugal2an541
duit.kolo
duit.kolo dan 16 lainnya memberi reputasi
15
4.8K
86
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan