Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

Ā© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

VevanaAvatar border
TS
Vevana
Penghuni Lantai 3 Gedung Perpustakaan Kampus

Oleh Vevana


Bandung, 2009

Sudah dua hari himpunan jurusanku mengadakan musyawarah mahasiswa. Kali ini, kami memutuskan menggunakan ruangan di gedung perpustakaan. Kampusku berada di perbatasan antara Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat.

[Jeng, nanti air gelasnya langsung bawa ke atas. Di sini gak ada cowok.] Begitulah sms yang kuterima dari Vira, koordinator seksie konsumsi.

Fiuh ... untung hanya satu kardus. Kalau lebih, mending aku simpan saja di bawah dan kutunggu sampai anak cowok datang.

Berhubung bawaanku berat, akhirnya aku memutuskan menaiki lift. Cukup merinding mengingat nanti aku akan sendirian berada di dalamnya.

Kusimpan dulu kardus air mineral itu di lantai lift. Kemudian, kutekan tombol tanpa melihat, sebab merasa takut. Tembok lift bisa memantulkan bayangan setiap penggunanya. Aku merasa tidak nyaman.

Tring!

Lift ini berbunyi, kemudian terbuka. Begitu keluar, di hadapanku terdapat sebuah pintu. Ternyata, lift berhenti di lantai 3. Bukan lantai ini tujuanku.

Terlebih, terdapat tulisan di dekat pitu lift. "Lift Lantai 3 Rusak".

Quote:


Siaaaaal, rutukku dalam hati. Padahal aku hendak ke lantai 4. Gedung perpustakaan ini memiliki ruang-ruang perkuliahan di lantai tersebut. Sementara lantai ini, seingatku digunakan sebagai area kantornya.

Aku langsung kembali ke dalam lift dan menunduk, sambil terus berdoa dalam hati. Bau busuk, tercium samar di dalam sini.

Tring!

Pintu lift terbuka. Aku langsung berlari kecil sambil membawa kardus yang berat ini.

"Kamu kenapa?" tanya Vira keheranan.

"Auk, ah. Tadi jadinya naik lift sendiri."

Aku masuk ke ruang panitia. Meluruskan kaki yang terasa lemas. Tidak habis pikir, bisa-bisanya tadi lift berhenti di lantai 3. Jelas-jelas tombol di dalam, menujukkan bahwa aku memijit lantai 4.

Selama sisa acara berlangsung, empat cewek yang bertugas sebagai seksi konsumsi terus berkelakar di ruang panitia. Entah permainan apa yang mereka mainkan, hingga tawa mereka meledak. Beberapa kali, seksi keamanan harus menegur agar tidak mengganggu acara.

"Siap-siap, jangan sampai ada yang ketinggalan!" perintah Vera pada Luluk, Dina, Lia, dan Nana. Saat acara telah selesai dilaksanakan, waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 WIB.

Sampai perjalanan pulang pun, mereka berempat masih cekikikan. Aku, Vera, dan keempat cewek itu adalah orang-orang yang paling terakhir keluar dari ruang kegiatan.

Kami pun sampai di lift. Luluk, Dina, Lia, dan Nana masuk terlebih dulu. Vera masuk kemudian, disusul olehku.

Tring! Tring! Tring!

Suara peringatan lift berbunyi. Aku melihat ke arah lampu indikator. Di atasnya tertulis maksimal 6 orang. Sementara kami semua, pas 6 orang.

Aku mencoba keluar dari lift. Suara itu menghilang.

"Nah loh! Si Ajeng dihitung duaaaa!" kelakar Nana disusul tawa teman-teman.

Vera sepertinya mulai kesal dengan tingkah mereka. Akhirnya, dia keluar lift dan berjalan sendiri ke arah tangga. Aku masuk kembali, masih mendengarkan celotehan empat orang cewek yang tidak kumengerti.

Lampu indikator menunjukkan angka 3.

Tring!

Pintu lift terbuka. Terasa seperti ada angin melewatiku. Aku yang berdiri berhadapan dengan tombol lift, otomatis melirik ke arah kiri. Tidak ada apa-apa.

Sepertinya empat orang cewek di belakangku merasakan hal yang sama. Akan tetapi, mereka masih saja menutupi dengan candaan.

"Silakan ... silakan! Ada yang mau keluar, nih." Kali ini celetukan Luluk sungguh terdengar berlebihan.

"Dasar, ih. Kalian mah ngomong suka sembarangan!" Aku langsung keluar dari lift dan memilih berjalan menggunakan tangga. Kulangkahkan kaki setengah berlari.

Saat aku sudah sampai di lantai 1, terdengar suara jeritan dan derap kaki dari lantai atas. Empat orang cewek itulah yang berlari terbirit-birit. Kupikir mereka sudah sampai terlebih dulu. Ternyata ....

Mereka menyusul aku dan beberapa anggota himpunan yang sudah berada di parkiran motor--tepat di samping pintu lantai 1.

"Tadi pas si Ajeng turun, lift ketutup lagi. Malah naik lagi ke lantai 4. Habis itu, turun ke lantai 3, kebuka lagi. Persis banget kayak pas kamu keluar, Jeng!" Sambil terengah-engah, Dina menjelaskan kronologi kejadian.

Lia menimpali, "Yang bikin kami lari terbirit-birit, pas habis keluar di lantai 3 waktu berhenti kedua kali. Kami liat ada tulisan 'Lift Lantai 3 Rusak'. Terus ...." Dia seolah enggan menjelaskan lagi.

"Ada sosok seperti bungkusan putih berdiri di pojok lift ya?" Vera kali ini memastikan.

Aku baru ingat, Vera memang cukup sensitif dengan hal-hal seperti itu. Beberapa kali, dia terlihat menghindari tempat sepi. Mungkin ada juga yang dia lihat saat di lantai 4 perpustakaan.

Keempat cewek itu mengangguk-angguk. Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut mereka. Semoga kejadian ini bisa membuat jera.

Di mana pun, tidak boleh bersikap sombong dan berkata sembarangan. Kadang, makhluk tak kasat mata bisa saja merasa terganggu dengan tingkah kita.




Sumber cerita: berdasarkan pengalaman pribadi
Diubah oleh Vevana 31-03-2020 14:01
anjaultras
4iinch
sebelahblog
sebelahblog dan 7 lainnya memberi reputasi
8
897
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan