Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

n4z1Avatar border
TS
n4z1
Sembuhnya Pasien Corona di Solo, Selalu Kehausan dan Rutin Konsumsi Empon-empon


Fakta Sembuhnya Pasien Corona di Solo, Gejala Selalu Kehausan dan Rutin Konsumsi Empon-empon

KOMPAS.com - Salah seorang pasien yang sempat dinyatakan positif Covid-19 asal Kota Solo, Jawa Tengah, Purwanti membagi cerita sebelum dirinya berhasil sembuh. Cerita tersebut ia sampaikan saat bercakap-cakap dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melalui telepon. Purwanti mengaku, dirinya tak merasakan gejala apa pun, seperti yang dirasakan kebanyakan orang terjangkit Covid-19.

Suami pulang dari Bogor dan merasakan gejala

Purwanti diduga tertular Covid-19 dari suaminya. Awalnya sang suami mengikuti seminar di Bogor, Jawa Barat, pada 24-29 Februari 2020. Malam hari setelah tiba di Solo, suaminya mengalami demam. Waktu itu, ia hanya memberikan obat biasa dari warung untuk mengobati suaminya. "Waktu itu kan malam, Pak, terus cuma diobati biasa sampai pagi. Pagi kok saya pegang gini kok masih anget gitu, Pak. Terus saya periksa ke klinik. Terus habis itu udah reda panasnya. Tapi hari Jumat kok panas lagi, terus dibawa ke RS Yarsis. Dokter bilang bapak sakit tifus," katanya.

Demam di tubuh suaminya tak kunjung turun. Sang suami kemudian menjalani rawat inap dan dirujuk ke RSUD Moewardi, Solo. Di sana, suaminya menjalani tes swab dan dinyatakan positif corona hingga akhirnya meninggal dunia. Siti pun kemudian dijemput oleh tim medis dari RSUD Dr Moewardi untuk dirawat di ruang isolasi. Ia juga dinyatakan positif corona.

Selalu kehausan

Ibu tiga anak tersebut bercerita, ia tak mengalami batuk, pilek, demam tinggi, serta sesak napas. Namun, ketika diisolasi di rumah sakit, Purwanti terus-menerus merasa kehausan. "Waktu dirawat saya ditanya dokter keluhannya apa, ndak ada. Cuma waktu di rumah sakit itu rasane ngelak (haus) gitu lho, Pak. Minum terus gitu rasane (rasanya) cuma itu thok (saja),” ujar Purwanti.

Rutin minum empon-empon

Purwanti meyakini bahwa kondisi daya tahan tubuhnya dipengaruhi oleh apa yang selalu ia konsumsi. Dia mengatakan rutin mengonsumsi empon-empon semenjak almarhum suaminya dirawat di rumah sakit. "Dari awal Bapak (almarhum suami) masuk ke Moewardi, saya tiap hari minum vitamin itu lho, Pak. Saya di rumah gitu sama kakak juga dibuatin jamu. Ramuan jamu-jamu itu lho, Pak. Macam-macam jamu, semua empon-empon dicampur jadi satu tak minum," beber dia kepada Ganjar. Ganjar pun mengakui, daya tahan tubuh Purwanti terbilang cukup kuat. Kepada masyarakat, Purwanti berpesan agar mematuhi imbauan pemerintah di tengah wabah corona. "Sementara ini di rumah saja dulu, jangan keluar-keluar. Jaga kesehatan semua. Allah benar-benar sayang kalih kula, Pak,"kata Purwanti.
sumber
=============

Gak banyak yang gw mau berpendapat disini. Cuma ada beberapa hal yang gw mau tekankan.

Bahwa Corona gak selalu memberi gejala khusus. Kadang cuma gejala demam biasa, dan ini bisa didiagnosa berbeda oleh dokter. Ingat, dokter juga hanya manusia biasa. Kadang diagnosanya bisa salah, sebab dokter juga mendiagnosa berdasar ilmu yang dipelajarinya. Dan penyakit dengan gejala demam itu banyak sekali contohnya. Bisa amandel, radang tenggorokan, tiphus, DBD, bahkan bisa hanya masuk angin biasa.

Bahwa jamu tradisional Indonesia tidak boleh diremehkan khasiatnya. Itu adalah warisan lelhur. Leluhur kita telah memnumnya selama ratusan tahun. Tak mungkin mereka meracik dan mengkonsumsi kalau tak punya khasiat. Nama boleh saja jelek, tapi belum tentu khasiatnya juga jelek.

Bahwa meninggalnya seseorang karena Corona tidak selalu karena Allah sayang mereka. Bisa jadi Allah menjaga mereka yang sembuh dari virus Corona juga karena Allah sayang mereka. Jadi jangan ada lagi yang menggampangkan dengan berkomentar, "Sudahlah. Mereka yang meninggal juga mati syahid. Itu artinya Allah memilih mereka dan sayang kepada mereka." Kalau benar begitu, kenapa mereka yang suka membawa-bawa kata jihad, yang suka gembar-gembor hidup mulia atau mati syahid tidak berlomba-lomba untuk mati disaat sekarang ini? Bukankah sekarang ini adalah waktu terbaik untuk mencari kematian syahid karena Corona? Kenapa justru sekarang mereka paling ribut ketakutan sehingga menyerang sana-sini membabi buta? Begitu logikanya.

Udah gitu aja.


sebelahblog
4iinch
secer
secer dan 7 lainnya memberi reputasi
0
1.5K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan