Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

bcc.ubAvatar border
TS
bcc.ub
Misteri Sentong Tengah



Aku Galuh mahasiswa baru di universitas Brawijaya. Aku asli orang Palembang, dengan kebiasaan yang berbeda dari orang jawa pada umumnya, mulai dari makanan, cara pandang terhadap hal-hal mistis, dan masih banyak lainnya.

Aku berangkat menuju kota malang dengan penuh semangat, tanpa tahu apa yang akan aku alami selanjutnya di Kota Malang. Hari itu juga aku menuju kos ku, kos yang aku pesan melalui web kos online terkemuka, tanpa tahu bagaimana keadaan asli dari kos, tanpa tahu bagaimana lingkungan di sekitarnya. Aku hanya tahu keadaan kamar dari foto, itu mungkin juga bisa direkayasa, Entahlah.

Sampai di tempat kosku, aku merasa sedikit gelisah, rumahnya bagus dengan bangunan tua yang baru aku lihat, halamannya luas dibanding rumah lainnya ada pohon jambu air yang berdiri kokoh dengan daun yang lumayan rimbun dipojok kanan depan jendela. Aku disambut dengan ibu kos dan putrinya yang terdiam memandangku. Hanya Ibu kos yang tersenyum padaku, dan aku balas sekedarnya. Anak itu masih terdiam dengan menatapku tajam, aku sedikit merinding ditatapnya.

Sembari berjalan menuju ke kamar, ibu kos yang aku tahu bernama bu Asih menceritakan tentang rumah yang mereka tempati. Rumah ini merupakan rumah peninggalan dari kakek buyut dari bu Asih, rumah orang jawa asli yang masih dipertahankan bentuk, fungsi ruangan dan perabotannya. Sangat mengagumkan untuk aku yang asli orang Palembang. Mengagumkan juga sedikit mencekam, apa lagi saat ibu Asih bercerita tentang “kamar tengah”, yang dalam bahasa jawa disebut Sentong Tengah, merupakan kamar dengan fungsi sebagai tempat penyimpanan benda pusaka dan kadang sebagai tempat sesajen jika ada hari-hari tertentu yang disakralkan orang jawa.



Setelah tour singkat, sampailah aku pada kamarku yang berada di lantai 2, bersih, kecil dan masih gelap. Ibu Asih menyalakan lampu dan seluruh kamar terlihat dengan jelas, saat pertama kali aku melihat kamarku dalam batinku aku berkata aku akan nyaman di sini. Kamar mandi berada diluar kamar dan dapur berada didekatnya. Kamar di kos ini ada 5 buah kamar dan masih terdapat 2 kamar kosong, sangat sepi. Saat melihat pada tangga aku sedikit terkejut dengan keberadaan anak dari bu Asih yang berdiri sambil menatap kami dengan wajah polosnya. Saat itu juga aku memutuskan untuk menjauhi anak itu.

Dua hari sudah aku tingga di kamar kos ini, lumayan nyaman, namun setiap malam aku bermimpi aneh, tentang anak bu Asih dan sesosok tinggi dan hitam. Selama 2 hari ini aku tidak kemana-mana, hanya keluar untuk membeli makanan dan kemudian kembali ke kamar. Setiap akan keluar, aku harus melewati “kamar tengah” yang menurutku menguarkan aura mencekem.

Kali ini aku sangat lapar, membuatku harus turun membeli makanan dan melewati kamar itu lagi. Dan disana aku melihat anak dari bu Asih bermain dengan senyum di wajahnya. Anehnya dia tersenyum sendirian, aku memandanginya cukup lama memperhatikan gerak-geriknya. Betapa terkejutnya aku saat melihat boneka yang ada didepan anak itu bergerak, aku merasa merinding seketika, jantungku berdetak kencang. Dengan rasa penasaran yang mendorongku aku masih memperhatikan anak itu, dan untuk kedua kalinya angklung yang ada di didinding berbunyi dan anak itu tertawa. Kemudian semuanya sunyi, aku sedikit mendekat agar dapat melihat dengan jelas, saat itu juga anak itu menoleh kepadaku. Aku sangat terkejut hingga berteriak, yang membuatku pergi dari sana adalah saat anak itu berkata “mau ikut main dengan kami kak?”

Setelah kejadian itu aku mempercepat langkahku saat melewati kamar tengah ataupun anak itu. Semua terasa normal setelah 3 hari kejadian itu. Aku mulai bisa melupakannya, namun hari ini (tepat 4 hari setelah kejadian) anak itu berdiri di atas tangga dengan boneka yang sama yang aku lihat di kamar tengah dan menatap kebawah seolah menungguku, aku merasa merinding seketika, anak itu terus menatapku dengan tajam. Dengan ragu aku melangkahkan kakiku, ada pikiran untuk tidak naik namun saat itu juga angklung yang berada di kamar tengah berbunyi dengan kencang aku menjerit seketika dan sedikit berlari menaiki tangga.

Aku melewati anak itu dengan langkah cepat, namun anak itu memanggiku dan berkata “Teman kakak sangat besar, hitam dan tinggi. Sekarang dia berdiri di belakang kakak dan selalu mengikuti kakak.” Seketika aku menatap horror anak itu, dengan nafas putus-putus aku perlahan memutar badanku, aku bukan orang bodoh yang tidak paham maksud dari anak itu. Dan disana, dibelakangku aku melihat sebuah kaki hitam berbulu dan tinggi. Aku menjerit seketika, terdengar suara angklung dilantai bawah berbunyi dengan keras.

Aku terduduk sambil menjerit aku terlalu ketakutan hingga tidak mampu melangkah kemanapun, suara itu terdengar makin keras dan seketika sunyi bersamaan dengan tpukan dipundakku, aku menghempaskannya dan berdiri. Aku melihat bu Asih menatapku dengan khawatir kemudian menuntunku keruang tamu,beliau menceritakan semuanya tentang kamar tengah, anak dan sosok yang mengikutiku.

Tania, putri dari bu Asih merupakan anak indigo, ia memiliki teman yang tinggal di kamar tengah atau Sentong Tengah, itulah sebabnya aku melihat Tania bermain sendiri di Sentong Tengah. Ibu Asih juga bercerita jika kamar itu tidak hanya ditinggali oleh “teman” Tania namun ada beberapa juga yang ikut tinggal disana, termasuk sosok yang mengikutiku, kata bu Asih sosok itu menyukaiku dan mengikutiku kemanapun aku pergi.

Saat itu aku merinding mendengan cerita bu Asih, aku merasa tengkukku dingin dan merinding di punggungku. Aku ingin menangis saat itu juga, bu Asih berkata sosok itu ada dibelakangku sekarang. Aku memohon pada bu Asih agar makhluk itu pergi dariku, bu Asih memberikanku minum dan menyuruhku meminumnya. Dengan sedikit gemetar aku meminum air itu, kemudian bu Asih memintaku kembali kekamarku.

Keesokan harinya aku memutuskan pindah dari kos itu, aku merasa tidak mampu untuk meneruskan tinggal di kos ini. Sangat menyeramkan, aku meminta ijin pada bu Asih untuk meninggalkan kos ini. Terlihat di wajahnya sedikit tidak rela aku pergi, tapi jujur aku tidak kuat lagi jika harus tinggal disana.

Saat aku keluar bu Asih dan Tiara mengantarku dan berdiri di tempat yang sama saat menyambutku, angin bertiup kencang hingga mengibarkan rambut ku ditambah dngan awan yang sedikit mndung. Pohon jambu air yang ada di depan rumahnya bergerak tertiup angin menambah kesan mistis terhadap rumah ini.

Saat aku keluar gerbang rumah aku melihat seorang gadis yang membawa koper besar berjalan kearahku dan tersenyum kecil menatapku kemudian melewatiku. Bu Asih dan Tiara mnyambut dia. Bu Asih dngan senyumnya dan Tiara dengan tatapan tajamnya sama seperti dia menatapku.

Sambutan yang sama saat mereka menyambutku. Angin kembali bertiup, langit terlihat semakin menggelap tertanda akan turun hujan, aku mempercepat langkahku meninggalkan kos ini, namun samar-samar aku masih mendengar suara angklung dari sana.
infinitesoul
aa115prass
nona212
nona212 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.3K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan