Pagi ini, tampak masih gelap, padahal jam sudah menunjukkan jam setengah enam pagi. Ane yang baru pulang dari pasar, pas turun anak tangga langsung iseng melihat ke arah Gunung Merapi.

Oemji! Tak terlihat Gunung Merapi! Namun, di sana, terlihat segerombol awan yang membubung ke angkasa. Wah, pasti Gunung Merapi erupsi lagi, nih. Naluri wartawan ane pun muncul. Cepet-cepet deh ane ambil handphone di rumah.


Tapi saat ane mau ambil gambar, posisi awan udah berubah, GanSist. Bentuknya sudah sedikit acak. Tak buang waktu lagi, ane segera cekrak cekrek.




Gambar dari samping rumah ane, dokpri



Ane langsung buka grup WA, niatnya mau cari informasi. Alhamdulillah, ane tergabung dalam WAG pendaki, juga relawan. Jadi, untuk informasi tentang gunung dan bencana, insyaallah cepat . Bukan hanya cepat, tapi cepat tanggap!


Aduh, ane lupa, kuota habis euyyy! Alamak, gak bisa update deh.


Tak lama nih, Gan, ane isi kuota. Dan bener aja, udah banyak yang WA ane, hape udah bunyi centang centung ga brenti. Ternyata benar, Gan, Merapi erupsi lagi! Bukan hanya erupsi biasa, tapi kali ini cukup berdampak hujan abu dan pasir, GanSist.



Di WAG juga mulai beredar foto dan rekaman video tentang meletusnya Merapi. Beberapa grup pendaki dan relawan rame bener!



Letusan kali ini terjadi pada pukul 05.22. Tinggi kolom letusan mencapai 6 km, Gan. Wah lumayan tinggi ya?! Di seismogram terekam amplitudo 75 mm. Letusan kali ini berdurasi 450 detik. Awan panas teramati sejauh kurang dari 2 km di sektor Selatan - Tenggara, dan terpantau guguran awan panas ke arah Kali Gendol dengan jarak maksimal 2km.




Erupsi terlihat dari CCTV



Hujan abu dilaporkan terjadi dalam radius 10 km dari puncak terutama pada sektor Utara seperti di wilayah kecamatan Musuk dan Cepogo Boyolali, karena saat teejadi letusan, angin mengarah ke utara.



Letusan terlihat dari Mpriyan, Musuk. Foto by Djaman Sanjaya, dokpri


Temen ane yang di Musuk, tepatnya di dusun Mpriyan dan Cepogo pun tadi WA ane, memang benar di sana hujan abu dan pasir. Sebagian kota Solo pun juga terkena abu vulkanik.



Pasir di dusun Mpriyan, tebel, Gan




Kebun mawar yang teekwna hujan pasir. Foto by Djaman Sanjaya, dokpri

Dengan kejadian ini, Gansist, BPPTKG menghimbau agar masyarakat tetap berktivitas seperti biasanya, asal di luar radius tiga kilometer dari puncak. Nah, tentu saja aktivitas pendakian di Merapi juga tidak disarankan.

Dulu pernah tuh ane pas ikut acara sarasehan Gunung Merapi, dijelasin, kalau sebenarnya, gunung Merapi ini sering meletus, hanya skalanya saja yang kecil. Itu sudah karakteristiknya sebagai gunung api aktif. Dijelaskan juga di sana, bahwa yang sekarang ini adalah gunung api muda.

Bahaya yang perlu diwaspadai untuk saat ini antara lain:

1. Luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava.

2. Abu vulkanik.

3. Ancaman lahar dingin bila terjadi hujan di puncak.

Kemarin sore, seismik di puncak Merapi memperlihatkan hujan.



Nah, sore ini Jogja dan sekitarnya hujan lumayan deras, GanSist. Beberapa tanggul jebol. Nah, rumah ane kan di samping Sungai Code nih. Tadi sempet ngintip, emang ketinggian permukaan air naik. Debit air juga naik.



Sungai Code, samping rumah ane. Dokpri

Nah, buat Gansist yang ingin mengakses informasi resmi terkait aktivitas Gunung Merapi, bisa melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat. Bisa juga melalui radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz. Buat yang sering online, bisa lewat media sosial BPPTKG, atau datang langsung ke kantor BPPTKG, Jalan Cendana No. 15 Yogyakarta, telepon (0274) 514192.

Sekian trit ini, semoga bermanfaat.



Jogja, 3 Maret 2020

Sumber:
1. Opini pribadi
2. Dokumentasi pribadi
3. Grup WA
4. Sitrep BPPTKG


Dari ane yang udah kangen menjejakkan kaki ke Merapi lagi.