Macet memang menjadi salah satu isu menarik untuk dimunculkan dalam setiap pemilihan kepala daerah, terutama Jakarta yang kemacetannya sudah mencapai tingkat tertinggi di Wialayah Indonesia. Rakyat yang bosan dengan kemacetan dengan mudahnya terbuai dengan program yang ditawarkan. Padahal mengurangi kemacetan tidaklah mudah, bahkan bisa dikatakan mustahil untuk dilakukan.



Kemacetan dikarenakan mobil dan motor yang setiap hari bertambah. Sementara akses jalan tetap. Tidak ada pelebaran apalagi tambahan dengan pembuatan jalan baru. Inilah yang membuat susahnya mengurangi kemacetan.



Hal ini tak ubahnya seperti populasi manusia.  Setiap hari ada manusia yang lahir ke dunia ini. Tapi lahirnya manusia baru masih diimbangi dengan adanya manusia yang mati, lalu dimasukan ke dalam perut bumi. Ada yang datang, ada yang pergi. Itupun masih saja membludak. Manusia bertambah banyak. Kampung yang dulunya hanya di huni ratusan orang dalam waktu singkat sudah menjadi ribuan orang. Padat.



Begitu pula dengan mobil dan motor. Hampir setiap hari ada saja yang membeli mobil dan motor baru. Bedanya dengan manusia, mobil dan motor tidak ada yang mati lalu dikubur di perut bumi. Mobil dan motor, walau sudah karatan, kalau masih bisa jalan pasti masih ada yang pake.


Bedanya lagi dengan manusia, jika suatu kampung sudah padat, manusia bisa mencari kampung lain yang masih kosong. Mobil dan Motor mana bisa melakukan itu.



Itu sebabnya tidak heran jika kota besar seperti Jakarta hampir di setiap ruas jalan selalu macet. Juga tidak heran jika gubernunya tidak bisa mengatasinya. Kemacetan tak mungkin bisa diselesaikan selama mobil dan motor baru selalu dibeli, sementara pelabaran jalan dan tambahan jalan baru tidak dibuat.



Hal ini juga pasti akan terjadi di kota-kota lain. Hanya tinggal menunggu waktu. Pemerintah daerah yang mengerti akan hal ini jauh-jauh hari harusnya memikirkannya. Jangan sampai ribut setelah kemacetan terjadi. Melarang membeli mobil dan motor baru jelas tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah menyiapkan akses jalan untuk mengimbangi bertambahnya mobil dan motor.




Kita sebagai rakyat memang tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya, seraya berbisik dalam hati, "Tak apa macet asal gw tetap hidup..."