Assalamualaikum




Hay, hay, Agan-Sista. Tiga hari pulang kampung membuat ane alpa berbagi berita dimari. Duh, ada yang kangen, nggak, ya?

Bay the way,apa kabar, GanSist? Ada berita apa saja tiga hari terakhir? Tiga hari nggak nulis rasanya, kok, jadi kaku gini, ya? Hkhk 😅 lebay, nih!

Hm cukup basa-basinya. Kita langsung saja ke inti berita. Okey, GanSist?

Siang tadi ane modar-mandir di berbagai acount media sosial ane. Maklum, alpa bermediasosial selama tiga hari membuat ane penasaran dengan berbagai berita terbaru.

Oh ya, mungkin ada yang bertanya,

memangnya di kampung nggak ada jaringan?

Oh, tidak seperti itu, GanSist. Jaringan di kampung ane ada. Hanya saja, ketida berada di kampung, ane punya banyak pekerjaan. Maklum, anak petani, mah, harus bantuin Emak Babeh di sawah. So, tidak sempat bermediasosial seperti saat berada di kosan.

Selain itu, di kampung, ane punya banyak keponakan. Baru pegang ponsel, eh, udah diserobot ajah, GanSit. Benar-benar nggak bisa fokus dengan dunia maya.

Kembali ke laptop! Apa yang kalian pikirkan ketika membaca atau menyaksikan seseorang yang membersihakan wadah makanan, alias piring atau sejenisnya menggunakan air comberan?

Apakah yang dibersihkan itu akan benar-benar bersih atau bertambah banyak kotoran, dan menyebabkan banyak penyakit, jika wadah tersebut digunakan sebagai piring nasi dan sebagainya?

Sebagaimana yang terlihat dalam vidio yang beredar di salah satu beranda aconut media sosial ane; Instagram. Seorang pria berkulit gelap menyimpan wadah makanan sejenis piring di atas air comberan. Kemudian, menyiramnya dengan air yang ada di baskom sedang dekat piring-piring tersebut diletakkan.

Yang lebih membuat netizen heran dan melongo, di dekat piring-piring itu terdapat kumpulan sampah. Airnya pun sangat kotor. Ya, namanya juga air comberan, ya, GanSist.

Gimana, nih, menurut, GanSist? Apakah seorang pedagang boleh melakaukan hal seperti itu? Jika benda-benda alias wadah makanan itu tidak lagi digunakan, mungkin bolehlah, dibersihkan sisa-sisa makanannya dengan air comberan. Tapi, bila dibersihkan untuk kembali digunakan, wih! Itu gila namanya.

Ada berapa banyak kuman-kuman yang menempel di wadah tersebut? Bisa-bisa menimbulkan penyakit bagi para pengguna yang belanja atau membeli makanan di tempat tersebut.

Pada penasaran, nggak, nih, dengan vidionya? Okey, GanSisit. Cekidot! Selamat menyaksikan dan berpendapat, ya.




Menurut, GanSist, apakah air yang ada di baskom sedang itu, merupakan air bersih atau air comberan juga? Jika memang air besih, syukur-syukur saja. Akan tetapi, cara pria itu mencuci piringnya tetap saja tidak benar.

Bagaimana mungkin bersih jika hanya disiram dengan cara seperti dalam vidio di atas? Kuman-kuman dari air comberan tentu saja masih tersisa dan menempel, bukan?

Pedagang ini bisa disebut pedagang bandel, nggak, sih? Secara, mereka memanfaatkan air comberan untuk mencuci piring atau wadah makanan. Tapi, jika dipikir-pikir, pria itu melakukannya di tempat terbuka. Artinya, yang hendak membeli dagangan pria tentu tentu dapat melihatnya dengan jelas, bukan?

Jadi, mungkin memang tidak masalah bagi orang-orang di sana. Jika terjadi di Indonesia, wah, akan seperti apa kira-kira? Bisa-bisa kena hujatan yang bikin pedagangnya pengen gali kuburan sendiri mungkin.

Untuk para pedagan makanan di mana pun berada. Mohon utamakan kebersihan, ya. Juallah makanan-makanan yang higenis. Gunakan wadah-wadah yang bersih dan wajar. Kesehatan pelanggan alias pengonsumsi makanana kalian itu lebih utama daripada hanya memijirkan keuntungan diri sendiri.

Jangan sampai setelah memakan dagangan kalian, ada banyak yang mengalami sakit perut, dan lain-lain. Berdagang memang berarti mencari untuk atau laba. Namun, jangan sampai membuat nyawa orang lain dalam bahaya hingga mengakibatkan hilangnya nyawa.

Sekian thread dari ane. Semoga bermanfaat. Buang negatifnya. Ambil positifnya. Mari menjadi manusia yang saling memberi manfaat, bukan malah saling memanfaatkan.


See you nex time everyone ...


Terima kasih telah mampir dan membaca


Penulis: @darmawati040
Referensi: di sini


Bima, 11 Maret 2020