Pernahkan Agan/Sista dikhianati? Seperti apa rasanya? Hahaha... Kalau ada yang bilang tak sakit. Mungkin orang akan menyebutnya tidak waras. Dikhianati pasti sakit rasanya. Kecewa tak terkira.

Siapa yang berpeluang jadi pengkhianat?

Jawabnya pasti siapa saja. Gw dan Agan/Sista sama-sama punya peluang. Lima puluh lima puluh, bisa juga sebeles duabelas. Terserah saja. Yang penting setiap orang punya peluang jadi pengkhianat dan jadi korban pengkhianatan.

Adanya media sosial yang sudah menjadi milik masing-masing orang. Hampir tak ada oeang yang tidak bersentuhan langsung dengan media sosial. Kadang orang yak tak pernah bertatap langsung menjadi sok dekat sok akrab.

Merekalah salah satu pengkhianat yang ada di sekitar kita, frend-enemies (frenemies). Seperti apa sih mengenali mereka? Sekedar sedikit berbagi, siapa tau ada manfaatnya. Walaupun secara teori psikologi mungkin saja tak dapat dibuktikan secara empiris. Namun tak salahnya sedikit berhati-hati terhadap teman yang ditemukan di media sosial.

Dalam sebuah kasus, namanya juga dalam grup yang berisi banyak orang. Kalau WA mampu menampung setidaknya 256 anggota untuk satu grupnya. Berbeda dengan telegram yang jumlahnya ribuan. Masing-masing media sosial memiliki keistimewaan tersendiri.

Karena WA memasyarakat, jadi sebagian besar pengguna media sosial pasti menggunakan WA, misalnya A punya teman B ditemukan di media sosial kemudian berada dalam satu grup WA. B berteman dengan C, D, E dan seterusnya.

Anggaplah Gw A, Gw mengenal B dan D. Sementara Gw tak tahu apakah B dan D saling berteman. Apakah pertemanan B dan D lebih dekat dari pada saya berteman dengan B dan D atau dengan C, E, dan seterusnya. Bisa jadi mereka inilah nantinya yang akan akan mengkhianati kita.

Sungguh sebuah hubungan pertemanan yang seperti sarang laba-laba. Seketika bisa akrab, namun seketika juga bisa buyar.

Untuk itu, mengenali sedikit tentang ciri-ciri orang yang kemungkinan akan berkhianat suatu ketika pada kita adalah mereka seolah-olah sangat terbuka. Dia berusaha sebisa mungkin menarik perhatian kita. Ketika keceplosan kita merasa dekat, maka tanpa disadari kita akan terbuka secara jujur bercerita tentang kondisi kita.

Orang yang berpeluang menjad penghianat selanjutnya adalah teman yang selalu ingin meminta perhatian. Dengan keras orang itu mencoba mengisolasi kita dari pergaulan dengan lainnya. Sehingga hanya dia saja yang ingin mendapat perhatian kita.

Tak sedikit seorang yang nantinya akan berkhianat adalah mereka yang selalu melihat sisi jahat setiap kejadian. Seolah menjadi sahabat, namun dia mengotori pikiran kita untuk melakukan pembalasan. Melawan kejahatan dengan kejahatan.

Jika kita sudah terjebak terlalu akrab padahal dalam hatinya selalu memiliki motif untuk melakukan percakapan serius dengan kita. Mencari-cari kesalahan barangkali yang tanpa sengaja kita ucapkan.

Dan masih banyak lagi kebiasaan orang dekat atau teman di media sosial yang nanti akan menjadi pengkhianat bagi kita.

Kondisi inilah suatu ketika yang akan mereka jadikan senjata untuk menjebak kita. Apalagi jika obrolan berlangsung melalui jalur pribadi WA. Screnshoot obrolan yang telah dilakukan dapat menjadi bukti percakapan yamg telah dilakukan.

Oleh karena itu, sebelum meminta pertemanan dengan orang lain apalagi di WA, atau masuk dalam grup WA perlu kehati-hatian dalam setiap komentar ataupun percakapan.

Bahkan tak sedikit yang karena bercanda dijadikan senjata untuk menjatuhkan kita. Namanya juga pengkhianat. Ketika mereka melakukan aksinya sebagai pengkhianat maka sebuah kebahagiaan tersendiri.

So, kita mau jadi pengkhianat atau korban penghianatan. Kalau saya memilih tidak kedua-duanya. Menjadi pengkhianat tak tega. Dikhianati tak mau. Kalau begitu bagaimana? Yach, mending tak usah saja punya grup-grup WA yang anggotanya belum teruji kesetiaannya.