Dahulu kala kalau wong wedok atau perempuan jalan berdua dengan lelaki, waduh gosip-gosip tetangga seperti lebah yang mengusik telinga. Kalau sekarang perempuan berduaan dengan lelaki sudah dianggap biasa, nama kerennya pacaran.

Apa fungsi dari pacaran? Dahulu sih untuk saling mengenal lebih jauh, namun sekarang berubah untuk mereguk kenikmatan hubungan dua raga yang layaknya dilakukan setelah menikah. Entah apa yang merasuki anak-anak zaman sekarang, jelas sudah banyak korban tapi terus terjadi dan terjadi lagi.



Cinta itu adalah merekatkan badan hingga terjadilah proses pembuahan, berbeda dengan cinta dimasa lalu yang bagaikan rasa sayang untuk saling menjaga, saling mengasihi bahkan tak segan menjadi bucin agar kehormatan wanitanya tidak dirusak hingga mahligai pernikahan itu tiba.

Tapi, berbeda dengan saat ini punya pacar ya harus disetubuhi kalau tidak mau cari penggantinya, cinta hanyalah sekedar nafsu semata hingga terkadang ketika birahi sudah di ubun-ubun tindakan pemaksaan juga dilakukan untuk kenikmatan sesaat.



Kisah ini terjadi di Tulungagung, diawali dengan ajakan sang pacar untuk ketemuan dirumah temannya di daerah rejotangan melewati applikasi chatting WA. Sang gadis tersipu malu dan setuju, lalu ia pun pamit pada orang tuanya dengan alasan belajar kelompok bersama temannya. Sebuah kebohongan besar yang menjadi petaka.

Mereka pun bertemu, layaknya seorang pacar canda dan tawa menghiasi hari-hari yang semakin sendu. Matahari mulai lelah untuk bersinar, maka sang gadis pun pamit untuk pulang. Namun dihalangi sang pacar yang masih kangen, lalu birahi sang pacar pun meningkat ia akhirnya menyewa sebuah kamar dan mengajak sang gadis untuk melepaskan kenikmatan duniawi.



Tentu saja sang gadis menolak, apalagi di umurnya yang masih 14 tahun dan saat itupun ia sedang menstruasi. Tapi birahi sudah meninggi sang pacar pun merajuk dan terus memintanya untuk melayani nafsu yang sudah tak tertahan. Akhirnya sang gadispun menyerah, ia pun rela melayani nafsu sang pacar yang ia sayangi.

Setelah itu si gadis pun di belikan dua kaus oleh sang pacar, ketika ia pulang kerumah orang tua si gadis merasa ada yang janggal, setelah di introgasi terkuaklah fakta yang menyesakkan kehormatan si gadis sudah diambil sang pacar maka orang tua korban melaporkannya ke polisi. Itu yang diceritakan Kapolres Tulungagung AKBP Eva Guna Pandia dengan cerita yang di dramatisir oleh TS, tersangka sendiri berinisial ARK (20) warga Kecamatan Rejotangan, Tulungagung.



Berhubung sang gadis masih dibawah umur, maka pelaku dapat dikenakan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun maksimal 15 tahun.

Pacar dipenjara, keperawanan menghilang, hidupnya kini serasa tersiksa di dunia. Apakah ia mampu untuk mengarungi kehidupan ketika gunjingan pun menyertai dirinya.

Pesan TS, jangan berbohong pada orang tua cinta itu bukan untuk bersetubuh, siapkan air merica dan cabai bila pacar ingin sesuatu yang lebih, toh putus lebih baik daripada hancur masa depan, dunia itu tak selebar daun kelor ya sis.

##################

Referensi klik
Pic google