Papa.T.BobAvatar border
TS
Papa.T.Bob
Momen Absurd yang Membuat Haruki Murakami Memutuskan Menjadi Penulis
Quote:

*****


newyorker.com

Pada tahun 2015 lalu, Haruki Murakami menulis sebuah kata pengantaruntuk dua novel debutnya yang dirilis ulang. Di situ Murakami bercerita mengenai bagaimana ia memulai karirnya sebagai penulis fiksi di usia 29 tahun.

Bagi agan yang mungkin belum mengenalnya, Haruki Murakami adalah seorang pengarang terkemuka asal Jepang. Karya-karyanya, sebut saja Norwegian Wood, Kafka on the Shore, dan 1Q84, telah meraih berbagai penghargaan internasional dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Ciri khas yang sering ditemukan dalam karya-karya Murakami adalah adanya narator tanpa nama yang gemar menikmati bir, merokok, serta memelihara kucing sambil bercerita seputar tema-tema misterius, soal kesendirian, kehilangan, kehadiran, kepergian, dan tema-tema sejenis.

*****


newyorker.com

Kembali pada permulaan karir Haruki Murakami, jika umumnya masyarakat kita mengikuti pola lulus sekolah - bekerja - lalu menikah, Murakami justru kebalikannya. Ia menikah dahulu - bekerja - baru menyelesaikan sekolahnya.

Murakami menikahi istrinya, Yoko, yang ia kenal sewaktu berkuliah di Universitas Waseda. Saat itu Murakami menyambi menjadi karyawan di sebuah record store. Ketertarikannya pada musik membuatnya ingin membuka sebuah jazz club berbentuk bar. Maka Murakami dan istrinya mulai menabung dengan mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu sekaligus, untuk mewujudkan impian mereka.


loscaffaledelleswappine.blogspot.com

Menjelang lulus kuliah, yaitu di usianya yang ke-25, impian Murakami terwujud. Ia membuka jazz bar yang diberi nama Peter-cat.

Pada masa itu Murakami bekerja keras untuk bisa membayar tagihan-tagihan demi mempertahankan keberlangsungan jazz club miliknya. Dengan begitu, ia hanya punya sedikit waktu luang. Tapi di sela-sela waktunya yang tidak banyak itu Murakami selalu menyempatkan diri untuk membaca. Sesibuk apapun itu.

*****


lithub.com

Singkat cerita, pada suatu hari di usianya yang ke-29, Murakami pergi ke stadion Jingu untuk menonton pertandingan bisbol. Siang itu ada jadwal pertandingan antara tim Yakult Swallows dengan Hiroshima Carp.

Dalam tulisannya, Murakami mengakui bahwa saat itu dirinya mendukung tim Yakult Swallows, meskipun tim tersebut bukanlah tim unggulan.

Ia masih ingat persis yang menjadi starting pitcher hari itu adalah Yoshiro Sokotoba dari Hiroshima Carp. Sedangkan yang jadi pemukul adalah Dave Hilton, seorang pemain asing dari Amrik, yang memperkuat tim Yakult Swallows.

Momen absurd itu datang ketika Hilton memukul bola lemparan Yoshiro dengan keras. Suara celepuk yang menggema, diiringi tepuk tangan dari penonton di seisi stadion membuat Haruki Murakami merasakan suatu sensasi yang aneh. Tiba-tiba di otaknya terlintas sekelebat pikiran, "Ku rasa aku bisa menulis sebuah novel". Suatu hal yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya.

Selepas mengalami epifani itu, hidup Murakami tidak pernah sama lagi. Sebelum pulang, Murakami membeli setumpuk kertas dan sebuah pena untuk menulis. Saat itu, tahun 1978, komputer belum umum digunakan.

Setiap malam, sepulang dari bekerja, Murakami akan duduk dan menulis di meja dapurnya hingga larut malam. Naskah novel pertamanya, Hear the Wind Sing, selesai ditulis enam bulan kemudian. Bertepatan dengan berakhirnya liga bisbol yang kebetulan dimenangi oleh Yakult Swallows, tim yang nyaris tidak diunggulkan untuk juara sama sekali.

*****

Spoiler for :

Namun, membaca cerita Murakami tidak semata-mata menjadikan pekerjaan mengarang serupa sihir. Tidak ada tulisan yang jadi secara tiba-tiba. Ada usaha dan kerja keras di balik itu semua. Murakami sendiri mengakui bahwa menulis adalah pekerjaan yang membosankan.

Di awal karirnya ia bahkan tidak punya petunjuk tentang aturan atau tata cara menulis novel. Ia juga hanya punya sedikit waktu di malam hari untuk menulis novel setiap harinya. Namun, setelah melalui semua rintangan itu, pada akhirnya Murakami menemukan bakatnya secara alami.

Soal epifani berupa momen absurd yang mengubah hidup Murakami, ada penjelasannya sendiri. Epifaniterjadi melalui sebuah proses pencarian panjang yang dikombinasikan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang. Dan kita tidak pernah tahu kapan datangnya momen itu.

Bisa saja seperti Archimedes yang menemukan momen Eureka-nya saat mandi. Atau Isaac Newton yang menemukan epifaninya saat melihat apel jatuh. Atau malah seperti Murakami, saat sedang menonton pertandingan bisbol. Kita tidak pernah tahu gan emoticon-Smilie

*****

Sekian dari ane Bre & Sis.
Agan pernah punya momen yang mengubah hidup agan? emoticon-Roll Eyes (Sarcastic)
Mari bercerita di kolom komen emoticon-Big Grin
Salam dan sampai jumpa di thread Cipt. Papa.T.Bob selanjutnya.
emoticon-Rate 5 Star emoticon-Toast
Diubah oleh Papa.T.Bob 07-03-2020 05:51
sebelahblog
4iinch
infinitesoul
infinitesoul dan 32 lainnya memberi reputasi
33
10.4K
66
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan