Pontianak, CNN Indonesia -- Sembilan warga Kalimantan Barat harus menjalani isolasi di rumah masing-masing usai berlibur ke Korea Selatan selama 25 Februari-1 Maret. Diketahui, kasus virus corona paling banyak ditemukan di China dan Korea Selatan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalbar Harrison Azroi mengatakan mereka boleh menjalani isolasi di rumah lantaran tidak mengalami demam serta pneumonia atau batuk.

"Kami harapkan mereka tidak keluar rumah dan selalu menggunakan masker jika terjadi batuk dan pilek. Namun kemarin memang sembilan orang ini tidak mengalami batuk pilek atau demam," katanya, Senin (2/3)


Harrison memastikan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat dan Dinas Kesehatan Kota Pontianak bakal memantau mereka secara ketat. Andai ada yang mengalami gejala virus corona, maka akan langsung diperiksa lebih lanjut.

Dia merujuk pada standar WHO yang mana karantina baru perlu dilakukan ketika seseorang sesudah mengalami batu dan suhu tubuh tinggi. Jika itu terjadi, maka mereka yang kini menjalani isolasi akan langsung dievakuasi ke RSUD Sudarso.

"Berarti kita siap siaga. Bisa saja mereka dalam masa inkubasi. Itulah Gubernur (Sutarmidji) benar-benar mewanti-wanti supaya masyarakat yang baru pulang ini betul-betul dijaga," katanya.

sejauh ini, ucap Harrison, pihaknya masih menunggu hasil laboratorium sampel lendir dan darah sembilan warga tersebut.

"Jadi kita akan menunggu laboratoriumnya. Petugas Dinkes Provinsi dan Kota Pontianak akan memantau para warga Kalbar ini yang baru datang dari Korea ini selama 14 hari," ungkap Harrison.

Lihat juga:

 Kasus Virus Corona di Korsel Capai 4.212 Orang, 26 Meninggal


21 Warga Kalbar ke Korsel

Harrison menjelaskan bahwa sebenarnya ada 21 warga Kalbar yang sempat bepergian ke Korea Selatan pada 25 Februari hingga 1 Maret. Mereka berlibur memanfaatkan jasa agen travel.

Rute yang ditempuh yakni dari Pontianak, naik pesawat Air Asia menuju Kuala Lumpur. Di sana mereka naik pesawat Vietnam Airlines dan sempat transit di Vietnam.

Pada 26 Februari, kata Harrison, mereka baru tiba di Seoul, Korea Selatan. Mereka lalu berwisata dan sempat mengunjungi dua kota.

Pada 29 Februari, rombongan sempat berencana pulang dari Seoul menuju Vietnam. Namun, mereka mendapat informasi dari bandara setempat bahwa Vietnam bakal mengarantina selama 14 hari terhadap orang yang datang dari Korsel.

"Jadi mereka membatalkan penerbangan dari Seoul ke Vietnam," tuturnya.

Mereka lantas menempuh rute berbeda. Ada 14 orang menggunakan pesawat Air Asia rute Seoul-Kuala Lumpur. Sementara 6 lainnya langsung menuju Jakarta dengan Garuda Indonesia dengan transit di Pontianak terlebih dahulu.

"Nah 6 orang ini semalam sudah sampai di Pontianak dan kita sudah meminta Dinkes Kota dan bersama dengan petugas puskesmas untuk melakukan pemeriksaan terhadap 6 orang ini," ungkap Harrison.

Kemudian, dari 14 orang rombongan yang berada di Kuala Lumpur, 1 diantaranya dinyatakan mengalami peningkatan suhu tubuh (demam) dan dikarantina oleh pihak kesehatan Kuala Lumpur. Satu orang pemimpin grup dari travel agen juga turut dikarantina.

Kemudian, pada 2 Maret 2020, ada satu orang berangkat langsung ke Yogyakarta dari Kuala Lumpur. Guna mengantisipasi virus corona, Dinkes Pemprov Kalbar memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta.

"Kemudian dua orang dari KL langsung ke Jakarta tapi kita sudah tahu rencana perjalanannya," tutupnya.

sumber berita

Opini TS



Sudah tau Korsel sedang ada wabah virus ehh malah jalan-jalan, dah gitu bukannya seperti rute yang sudah di sepakati lewat Vietnam agar di karantina dulu. Malah Bandel ingin cepat sampai rumah, kalo ternyata terdeteksi corona bisa bahaya dah tuh wilayah yang dilalui oleh mereka.

Apalagi ada kontak fisik, virus ini memang tak seberbahaya seperti flu burung, tapi mudah menular. Apalagi ada satu yang ke Yogyakarta dan Jakarta, semoga pemerintah cepat tanggap untuk antisipasi masyarakat yang terinfeksi virus ini.

Memang secara tak langsung yang lebih dulu terkena adalah orang-orang kaya, hobinya jalan-jalan atau TKI yang pulang kampung tentu saja mereka juga rentan terkena virus ini. Bila kontak fisik diantara mereka, baik itu ketika ada acara besar dalam ruangan seperti pesta pernikahan dan sebagainya rentan menular. Terlebih lagi untuk mereka yang usia sudah berumur, imun tubuh juga sudah melemah.



Virus ini sudah menyebar ke banyak negara, bahkan sudah menginfeksi 5 benua jadi bukan tak mungkin penyebaran virus ini akan cepat di wilayah yang pusat kesehatannya baik fasilitas dan kesehatannya kurang.

Tapi mbok ya sudah ada travel warning ke negara-negara yang virus ini sudah menyebar mbok ya jangan nekat, giliran di Indonesia sudah terdeteksi yang panik borong sembako, borong masker juga yang punya duit. Bisa dikategorikan terlihat orang-orang kaya sibuk takut mati, mereka tak peduli dengan nyawa orang lain.

Si miskin pun mati bukan karena corona tapi stok sembako kosong diborong orang kaya, untuk itu pemerintah harus cepat tanggap. Kan ga lucu masyarakat mati kelaparan, gara-gara ulah si kaya.

Mau kabur ke Luar Negeri pun sama saja disana juga kota-kota besar banyak yang sudah terinfeksi, disini terlihat kesenjangan sosial benar-benar timpang. Panik attack banyak didominasi mereka yang punya uang banyak, mereka sibuk ngumpulin uang tapi tak bisa membeli nyawa.



Sedangkan si miskin nerima saja, apa yang terjadi ya terjadilah. Bisa saja imun tubuhnya lebih kuat, tapi setidaknya tetaplah waspada. Bila ada gejala terinfeksi segera ke rumah sakit, karena ISPA akan membuat sulit bernafas karena yang diserang paru-paru.