1. Arisan

Hari ini dewi fortuna sedang berpihak padaku. Tidak sia-sia menunggu sejam untuk mengocok aridan, gulungan kertas yang keluar berisikan namaku, Markonah.

"Selamat ya," kata teman-temanku bersamaan.

"Ah, hari ini bisa makan enak dan kenyang," ucapku sambil memandang anak usia sepuluh tahun yang  ketakutan menatapku.

Untung saja tangannya sudah terikat tali dan mulutnya tertutup lakban. Panitia arisan memang pintar.


2. Bantal

Malam kian larut, mataku belum bisa terpejam. Suara berisik ini membuatku semakin susah tidur. Andai saja pacar Munawaroh tidak mendengkur sekeras ini, pasti aku sudah bersantai di alam mimpi.

Keesokan harinya ....

Sial betul nasibku. Sudah dicap pelakor, harus diciduk polisi pula. Aku terpaksa membungkam mulut lelaki gembul itu dengan bantal agar tidurku nyenyak tadi malam.


3. Kutang

"Munawaroh! Budeg ya, kamu!" teriak ibu sambil membanting tas belanjaan yang baru saja kuletakan.

"Iya, iya, Bu. Bentar," ucapku sambil tergesa keluar dari kamar.

"Sudah Ibu bilang berkali-kali jangan salah nomer! Minta kutang size 32 malah dibeliin nomer 42. Emangnya mau makan bakso pakai bra segede mangkok?!"


4. Ijazah

"Mak! Mak lihat nggak tumpukan buku dan kertas di atas meja belajarku?" tanya Wawan pada Emaknya.

"Udah Emak beresin tadi siang, buat apa numpuk buku kalau udah lulus dan kerja," jawab Emak santai sambil menyeruput kopi.

"Alamak! Ada ijazahku di sana. Emak taruh mana?"

Seketika Emak tersedak kopi. Dia teringat dua dus buku yang sudah diloakan tadi siang.