i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Stafsus Menteri PUPR Kritik Keras Naturalisasi Ala Anies


Stafsus Menteri PUPR Kritik Keras Naturalisasi Ala Anies

Jakarta, CNN Indonesia -- Staf Khusus (Stafsus) Menteri PUPR Bidang Air dan Sumber Daya Air Firdaus Ali menyatakan konsep naturalisasi sungai yang diusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak mungkin terealisasi.

Firdaus menyampaikan Sungai Ciliwung punya tugas berat memikul debit air hingga 750 meter kubik per detik. Sementara tidak ada waduk besar di hulu dan lahan yang cukup di hilir untuk menahan laju air tersebut.

"Untuk Kali Ciliwung is impossible, enggak akan mungkin sama sekali. Kalau saya bisa pakai kata-kata lebih sederhana lagi, sampai lebaran kuda pun tidak akan mungkin kita lakukan," kata Firdaus dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV, Jumat (3/12).

Menurut Firdaus, naturalisasi sungai bisa efektif jika banyak bendungan di hulu dan aliran air dapat dikendalikan sesuai keinginan.

Selain itu, kata Firdaus, lahan di sepanjang Ciliwung harus dibebaskan. Dia menyebut konsep naturalisasi Anies dapat sukses apabila Pemprov DKI Jakarta mampu membebaskan total 1.000 meter di kanan dan kiri sungai.

Namun ia menyangsikan kemampuan Pemprov DKI Jakarta. Sebab pembebasan lahan untuk sodetan Ciliwung yang hanya 1,2 kilometer baru mampu dilakukan separuhnya.

"Ini juga sangat menyedihkan sekali. Pembebasan lahan yang panjang sodetan 1,2 kilometer masih tersisa 600 meter, setengahnya. Itu masih belum mampu diselesaikan oleh Pemprov DKI Jakarta dan itu sudah ke pengadilan dan sebagainya,"tutur dia.

Pakar Bioteknologi Lingkungan Universitas Indonesia itu juga mengkritik pernyataan Anies yang ingin mengadopsi konsep naturalisasi dari Singapura. Menurutnya, kondisi lahan sempit di Jakarta dan kompleksitas aliran hulu hingga hilir membuat konsep itu mustahil.

" Jangankan mau bikin konsep naturalisasi tadi. Untuk memindahkan warga yang ada di bantaran sungai saja, kita struggle-nya setengah mati," kata Firdaus.

"Jadi yang saya katakan bahwa mimpinya Gubernur Anies itu untuk punya sungai alami itu sangat bagus sekali, tetapi utopis apabila kita berhadapan dengan realita yang ada di Jakarta," pungkasnya.
(dhf)
sumber

******
Tiap orang punya mimpi.
Tiap orang bebas buat bermimpi.
Tapi mimpi tak selalu sejalan dengan kenyataan. Mimpi terkadang hanya bunga tidur. Mimpi bisa datang dengan indah, bisa juga menakutkan. Mimpi bisa hadir terkadang karena dikeseharian kita terlalu memikirkan sesuatu.

Tapi yang tengah kita bahas bukanlah mimpi yang hadir dalam tidur kita. Ini mimpi dalam tanda kutip. Dan yang tengah bermimpi adalah Anies Baswedan. Mungkin juga mimpinya berbarengan dengan timnya di TGUPP yang mengurusi soal DAS dan pemukiman.

Seseorang bisa saja keukeuh atau kopig dalam mempertahankan sebuah pendapat. Dan dia tak perlu seorang pakar, jika saja dia memang mendapat masukan yang benar dari orang-orang disekelilingnya yang berkompeten dan mumpuni dalam bidangnya.

Tapi kita tengah membicarakan Anies Baswedan. Dan kita bisa saja salah menilai tim TGUPPnya yang katanya terkenal dengan kepakarannya masing-masing. Mungkin juga kita tidak salah menilai. Lantas darimana kita bisa menilai seberapa pakarnya orang-orang disekeliling Anies? Mudah saja.

Lihat soal waring sebagai solusi konyol menutup bau dan penampakan kali hitam.. Lihat soal tanaman lidah mertua yang katanya bisa mengatasi polusi udara. Lihat soal bronjong batu yang katanya untuk mengganti beton sisi sungai, akhirnya malah dipindah ke pusat kota dengan segala tetek bengek filosofi yang mudah saja dicari-cari.
Dan dari semua kekonyolan itu, yang paling menyita perhatian jelas soal konsep naturalisasi yang sampai kini tak kelihatan ujudnya.

Anies tak bisa diajak bicara halus. Tak juga bisa diajak bicara tentang perumpamaan. Bicara dengan Anies harus to the point. Kita harus bisa membongkar isi kepalanya saat itu juga dengan kata-kata yang tajam agar dia segera sadar. Contohnya seperti seorang warga yang menegur tanpa babibu di lokasi banjir.

Jadi, tak perlu seorang pakar yang harus bicara dengan Anies. Mau dia pakar Bioteknologi. Mau dia pakar teknik geologi. Mau dia pakar teknik sipil. Semua akan mentah didepan Anies, jika bicaranya harus halus dan bertele-tele. Sebab Anies jelas merasa pintar. Dia menyandang gelar PhD. Sisi angkuhnya pasti ada. Apalagi dia pernah menjadi Rektor. Makin lengkap sudah keangkuhannya.

Bicara dengan Anies, seseorang harus siap dengan sebuah maket untuk menjalankan sebuah simulasi. Kalau mau membicarakan mengenai DAS, maka seseorang harus siap dengan sebuah maket lengkap. Ada air, ada maket rumah, maket sungai, maket bendungan, dan maket lautan. Sama halnya kalau kita mensimulasikan Likuifaksi.

Kalau setelah itu Anies tetap tak bisa juga mengerti, ya sudah. Abaikan. Kita tak perlu berdebat dengan orang pandir. Pandir itu adalah penyakit hati yang dibawa mati.

Bukan.
Bukan kita tak mau menghormati seorang Gubernur. Gubernur adalah Umara bagi seluruh masyarakat sebuah propinsi. Tapi kalau seorang Umara tak bisa menerima masukan dan kritik, kita tak wajib untuk menghormatinya. Sebab mustahil dia mau menghormati orang lain. Dia hanya mau menghormati orang lain andai orang itu dianggap membawa manfaat bagi dirinya sendiri.

Jadi, ucapan Stafsus Menteri PUPR yang menganggap bahwa mimpi Anies sampai lebaran kuda tak akan terwujud, bukan berarti menghina Anies. Dia hanya membangunkan Anies agar berhenti bermimpi.

Penampakan ketinggian air sungai Ciliwung yang ditahan oleh benteng beton sehingga bisa berbeda tinggi dengan jalan disisi sungai yang kelihatan "kering" adalah sebuah bukti nyata bahwa betonisasi dalam konsep normalisasi DAS adalah nyata, bukan mimpi. Bayangkan jika tak ada betonisasi. Maka tinggi air yang berbeda hingga 1 meter dengan jalan disisi sungai wilayah Kampung Pulo akan tumpah membanjiri seluruh pemukiman. Dan itu akan jadi beban Anies sekarang. Mengapa Anies tak tersentuh hatinya? Sebegitu keraskah keangkuhannya hingga tak bisa menghargai hasil kerja orang lain?

Lantas kenapa wilayah yang sudah dinormalisasi masih terkena banjir? Ya dilihat saja ketinggian permukaan sungai dengan banjir yang menggenangi wilayah yang sudah dinormalisasi. Lihat batas dimana yang belum tersentuh. Pasti air akan menghantam disana dan meluber kemana-mana yang pastinya juga akan menyentuh wilayah terdekatnya yang sudah dinormalisasi. Lagipula masa iya tak ada saluran pembuangan warga ke sungai. Ini logika mudah sebenarnya. Tapi kenapa jadi sulit jika berbicara dengan Anies.

Sekali lagi TS tekankan.
Ini baru intro. Belum masuk reff.
Alunan kritik ke Anies masih terbilang lembut. Nanti kalau puncak hujan datang, maka reffnya akan lebih keras. Jangan marah. Jangan emosi. Mungkin kita harus menurut apa kata Aa Gym. Ganti sajalah Anies ditengah jalan. Mungkin Anies termasuk pemimpin ujub.

Bukan begitu Aa Gym?
A????
Aa????
Aa kemana ya?????
Diubah oleh i.am.legend. 03-01-2020 15:49
sebelahblog
4iinch
tien212700
tien212700 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2.8K
42
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan