Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

tityannAvatar border
TS
tityann
Short Story : Curhat Colongan (Curcol)



"Delapan tahun kami pacaran, ujung-ujungnya dia nikah dengan yang lain."

Meski pencahayaan remang-remang, kilatan di kedua mata wanita itu kala berucap begitu kentara. Ia berdiri di samping gerobak bakso pinggir jalan. Mengenakan jeans abu dan kaus oranye polos. Ujung kerudungnya diikat ke belakang sehingga menampilkan sedikit tonjolan di bagian depan. Bibirnya terpoles gincu merah darah, senada dengan cairan balutan dua buah bakso di tangan kirinya.

Satu bulatan itu masuk ke mulutnya. "Delapan tahun kami pacaran. Dia memilih wanita lain sebagai pendampingnya." Ia mengulang kalimat dengan masih dalam kunyahan.

Rahangnya beradu keras, seolah meluapkan segala emosi tentang dia lewat lumatan-lumatan bakso. Mungkin, ia sedang membayangkan kepala dia dan wanita lain--yang ia sebutkan--sebagai bulatan kecil itu.

Dua pria, seorang tukang bakso dan juru parkir, di hadapannya tertawa. Entah, tertawa untuk apa. Yang pasti, dua orang itu mengerti, luka akan sembuh pada waktunya, dan akan ada ganti untuk sesuatu yang pergi.

"Kami menjalin hubungan sejak SMP. Aku yang menemaninya dari nol, saat ia hanya bocah bau kencur. Lalu sekarang, ketika baju loreng menempel di tubuhnya. Ceritanya berubah alur."

Wanita itu berdecih. Dibuangnya tusukan bakso penuh tenaga ke trotoar. Kemudian mulutnya komat-kamit tanpa melodi. Sebab, suara serak beceknya tadi teredam bunyi knalpot racing yang melintas di jalan raya.

Tangannya merogoh saku jeans bagian depan. Setelah itu, menyerahkan selembar uang dua ribuan pada abang tukang bakso. Lantas berjalan ke  selatan. Mendekati tumpukan kardus mie instan dan mengangkatnya.

Sebelum masuk pertokoan, matanya sempat melirik saya sekilas. Lalu, saya dapati ada pendar kecewa di kedua netranya.

****

Saya paham rasanya ditinggalkan- pernah menjadi penggalan cerita dalam perjalanan hidup. Bukan sebuah pengalaman menyenangkan. Saya juga paham perihal amarah dan kecewa yang wanita berjilbab cream itu rasakan. Sesuatu yang menghimpit perasaan.

Ketika saya berusaha merampungkan kami yang rumpang. Mencari makna di balik tanya, ia--pria yang enggan saya sebut namanya--justru menemukan makna dalam tanya lainnya.

Saya dan wanita itu, adalah sedikit di antara orang-orang yang menyesap secangkir ketidakberuntungan dalam bercinta. Realita kehidupan memang begitu. Ironisnya, yang menanam kadang tak selamanya akan menuai.



Terima kasih sudah mampir, menyempatkan diri membaca tulisan ane yang kaku. Tidak selues ketika mengetik balasan pesan dari doi.emoticon-Blue Guy Smile (S)emoticon-Big Grin
NadarNadz
nona212
embunsuci
embunsuci dan 14 lainnya memberi reputasi
15
2K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan