Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Stafsus Jokowi Sarankan Anak Muda Ikuti Jejak Soe Hok Gie


Stafsus Jokowi Sarankan Anak Muda Ikuti Jejak Soe Hok Gie

Jakarta - Aktivis mahasiswa Soe Hok Gie yang meninggal dunia mengingatkan banyak kenangan. Pria yang lahir 17 Desember itu menjadi inspirasi pemuda.

"Salah satu inspirasi dari Gie adalah bahwa ia sosok muda yang menolak tunduk atas realitas yang melawan nalar idealismenya. Dari situ kita belajar, bahwa anak muda memiliki idealisme hebat. Tentu jika kita bawa pada konteks kekinian sebagai generasi bangsa, idealisme yang membawa kepada kemajuan bangsanya, salah satunya menjadi inspirasi untuk berinovasi," kata Staf Khusus Presiden Jokowi, Aminuddin Ma'ruf, dalam keterangan tertulis, Selasa (17/12/2019).

Soe Hok Gie sosok yang melawan kediktatoran Presiden Sukarno dan Presiden Soeharto saat itu. Dia adalah mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) Jurusan Sejarah tahun 1962-1969. Ia meninggal dunia di Gunung Semeru saat usia 26 tahun.

"Gie adalah potret manusia merdeka. Perangainya khas anak muda. Enggan mengikuti arus, dan cenderung revolusioner. Milenial sekarang bisa mengikuti jejaknya dengan merevolusi diri terlebih dahulu. Misalnya bangun pagi lebih awal dari biasanya, lalu berinovasi dengan kerja kerja yang tak biasa," kata Aminuddin.

"Gie juga seorang pecinta. Dalam bukunya ia menulis "The eagles flies alone", elang terbang sendirian. Tidak lebih parah dari Khalil Ghibran yang berkisah tentang sayap-sayapnya yang patah, tapi Gie kerap termenung dalam kesendirian. Ini sisi lain dari seorang pejuang," sambung dia.

Menurut mantan Ketum PB PMII itu, Sok Hok Gie merupakan inspirasi anak bangsa dan bisa membangun heroisme.

"Gie adalah inspirasi anak bangsa. Ia menggugah dengan heroisme dan romansa," tutur dia.
(fai/dnu)
sumber

☆☆☆☆☆

Mencontoh So Hok Gie? Mimpi!
Bangsa ini adalah bangsa pendendam sekaligus bangsa pelupa. Siapa yang menjajah siapa yang dibenci. Siapa yang kalah siapa yang dibenci. Siapa yang menjadi pecundang siapa yang dibenci.

Bangsa ini terlalu lama mudah mempersalahkan orang lain, ketika ketidakmampuan membatasi langkah, maka orang lain dijadikan pelampiasan kekesalan.

Soe Hok Gie jelas hanya masa lalu. Ketika nasionalisme lebih utama dibanding sebuah nama. Ketika kejujuran lebih bernilai dibanding ketenaran. Ketika kesendirian menemukan keabadian.

Soe Hok Gie adalah cerminan idealisme. Idealisme yang menemukan kematiannya dipuncak kesendirian. Ketika elang tak lagi bisa menemukan jalan pulang. Ketika elang tak lagi bisa melihat dengan mata tajam.

Kita sekarang hanya bisa mengelus dada. Indonesia kini milik ormas. Betapa setiap sudut jalan telah dikuasai ormas, dan negara hanya diam. Ketika sebuah propinsi dikuasai banyak ormas, Gubernur pun diam.

Politik itu punya banyak muka. Hari ini dia menyerang, besok dia membela. Hari ini dia membeli, besok dia menjual. Tak ada kawan yang abadi. Yang ada hanyalah kepentingan abadi.

Berharap akan ada lagi anak muda seperti Soe Hok Gie? Mimpi. Sekarang ini lebih banyak manusia Indonesia yang bermimpi menjadi Salahudin Al Ayubi. Bermimpi menjadi Sultan yang mempunyai banyak selir. Bermimpi menjadi Bill Gates yang mempunyai banyak uang. Untuk apa lagi punya kepedulian terhadap bangsa yang makin sakit ini? Ketika bani "sekedar mengingatkan" makin merajalela, maka akan ada keputusasaan disana.

Soe Hok Gie mungkin akan mati langkah jika hidup dimasa ini. Dia akan takjub, betapa cepatnya informasi menyebar bagai kecepatan cahaya. Peduli setan itu salah atau benar. Yang penting bisa membela agama, membela ulama, maka semuanya akan menjadi benar. Dan pahala akan mengalir deras hanya dengan memainkan jari tangan. Bukankah mengucap ancaman kerak neraka itu lebih mudah daripada menyebarkan kebaikan bagi bangsa ini?

Soe Hok Gie adalah anak muda Indonesia. Dan sayangnya dia bukan keturunan warga gurun, yang makin memainkan politik identitas. Berharap akan ada lagi anak muda seperti Soe Hok Gie adalah sebuah keniscayaan yang nihil. Mereka akan lebih mementingkan diri sendiri dan keluarga mereka demi kehidupan mereka yang lebih baik, daripada mereka berpikir soal bangsa dan negara. Karena apapun juga yang mereka perbuat akan dianggap salah. Kesalahan yang dianggap dosa turunan meskipun mereka tak pernah tahu apa dosa yang harus mereka tanggung.

Soe Hok Gie pasti tak akan pernah percaya, ketika begitu banyak kebencian disekelilingnya saat ini, bagi mereka yang sama dengan Soe Hok Gie. Sama wajah, sama kulit.

Perjuangan Soe Hok Gie amat sia-sia. Tak ada yang tersisa dari sejarah kehidupannya. Sia-sia. Dan Soe Hok Gie hanyalah masa lalu, hanya selembar sejarah anak muda Indonesia dari tebalnya buku sejarah Indonesia, yang ditulis semaunya berdasarkan pemenang. Dan kita tak pernah tahu mana yang benar mana yang salah. Butuh 1000 tahun untuk menemukan kebenaran sejarah bangsa ini.

Suku aku paling hebat!
Ormas aku paling kuat!
Keturunan aku paling berjasa!
Agama aku paling benar!

Dan Soe Hok Gie tetap menjadi elang dalam kesendirian, dalam kematiannya yang sunyi, dalam pencariannya yang sepi.

Ketika airmata menetes, untuk siapakah air mata itu? Untuk kekasih? Keluarga? Sahabat? Agama? Atau bangsa?

Dan mereka tetap mentertawakan keinginan itu.
Perjuanganmu menjadi sia-sia Gie.
Sia-sia.
sebelahblog
4iinch
tien212700
tien212700 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2.7K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan