meanynovendiAvatar border
TS
meanynovendi
Ijinkan Aku Kembali


Kisah Hijrah




Sumber gambar : hijrahprinting.wordpress.com

Quote:



Dentuman musik disko Cumiakkan telinga. Lampu sorot warna-warni berkelap-kelip menambah panas suasana. Goyangan tubuh anak manusia di depanku, makin menambah euforia dari busa alkohol yang memabukkan. Belum lagi, gadis manis yang memeluk erat tubuh ini membuat aku makin hanyut terbuai nafsu.

"Sayang, ayo kita keluar dari sini." Ia berkedip manja padaku yang langsung mengiyakan ajakannya.

Sesaat menuju parkiran, ponselku berdering. Sebuah nama yang sesaat terlupakan, terpampang jelas di sana. Tania, isteriku.

Aku mengirim kode pada Angel, gadis yang menemani malam ini untuk diam.

"Ya, Sayang. Ada apa?" ujarku sambil berusaha bicara senormal mungkin.

"Abang sedang menemani tamu perusahaan. Nia tidur aja dulu. Besok Abang pulang!" Aku menjawab pertanyaan yang ia lontarkan dan langsung menutup telepon.

'Ah, tak ada urusan kantor. Sebenanya aku hanya ingin menghabiskan malam ini bersama Angel'.

"Yuk, Angel sayang. Kita nikmati malam ini!" ucapku sambil terbahak. Angel makin mengeratkan pelukannya.

***

Malam tadi benar-benar indah. Ah, seorang Vandi memang sangat beruntung. Karier bagus, punya istri yang cantik dan dua anak yang sehat dan lucu -satu berumur lima tahun dan satunya berumur tiga tahun-, juga punya seorang simpanan yang siap memanjakan kapan saja. Hidup serasa di dalam surga.

Setiba di rumah, Tania menyambutku dengan segelas kopi buatannya yang sangat lezat itu. Lihat, kan? Isteriku adalah wanita serba bisa. Dia bisa mengurus rumah dan anak-anak dengan baik, memasak makanan lezat, membuat kue-kue yang sangat enak, dan pandai menyenangkan hati suami. Namun, entah mengapa aku merasa masih ada yang kurang. Aku tak tahu, bagian mana dan apa yang tak sempurna itu.

"Abang, mandi dulu ya? Habis itu baru makan. Nia siapkan makanan kesukaan Abang, Asam Pedas Tenggiri." Mendengar nama masakan itu, membuat semangatku bangkit.

"Terima kasih, Sayang. Nia memang pintar menyenangkan suami!" ucapku sambil mencubit pipinya.

Aku tak sanggup memandang mata bening itu berlama-lama. Laksana manikam yang menembus jantungku, dan membuat rasa bersalah ini kian menjadi-jadi.

Resah melanda. Aku tak mengerti mengapa baru sekarang di dera rasa bersalah. Setelah dua tahun belakangan ini mengkhianatinya dengan menjalin cinta bersama seorang wanita malam. Angel. Ah, nama itu membuat aku mengingat lagi bagaimana awal mengenal gadis itu.

***

"Kenalin, Van. Angel, idola di sini," ujar temanku, Jan. Saat itu aku menemuinya untuk urusan bisnis di sebuah motel kelas melati di kota kami. Jan, teman lamaku masa sekolah dulu.

"Hai, Van. Angel," sapanya sambil mengulurkan tangan.

Berani juga gadis ini menawarkan perkenalan, batinku sambil menyambut uluran tangannya.

Awalnya, aku tak mau terlibat jauh. Cukup hanya kenal saja, sebab isteri yang sangat kucintai dan juga mencintaiku, setia menunggu di rumah. Namun, dengan seringnya Jan mengajakku bertemu untuk membicarakan bisnis di motel tersebut, perlahan membuat hubunganku dan Angel makin akrab. Tak sadar, aku makin dalam terperosok dalam pesona gadis malam itu.

Pergaulan bebas, alkohol, dan narkoba mengelilingi hari-hariku. Tania tak pernah tahu, sebab saat pulang ke rumah, aku akan bersikap seperti tak terjadi apa-apa. Kembali menjadi suami kesayangannya. Ah, pandainya aku bermain sandiwara.

***

Selesai mandi, aku beranjak menuju meja makan. Tania dengan senyum termanisnya, segera mengambilkan piring dan menyendokkan nasi beserta lauk-pauk ke hadapanku.

"Capek ya, Bang? Siang kerja, malam masih harus menemani tamu kantor. Hari ini, libur ya?" Ia tersenyum melihat betapa lahapnya aku makan. "Pelan-pelan, Bang. Nanti tersedak."

"Iya, hari ini libur. Nanti kita jalan-jalan ya, Sayang!" tukasku pelan setelah menyelesaikan makan yang secepat kilat bagai orang kelaparan.

Belum lagi habis kalimatku, ponsel milikku kembali berbunyi. Suara Jan di sebelah sana. Meminta aku segera datang.

"Maaf, Sayang. Lain kali ya kita jalan-jalannya? Jan menelepon, katanya ada urusan penting."

Tampak binar sedih di matanya tapi sekejap hilang digantikan dengan senyum manis di bibirnya.

"Pergilah. Urusan kita masih bisa menunggu. Hati-hati di jalan."

Begitulah selalu, dia mampu mengerti aku.

***

"Ada apa, Jan? Aku harus membatalkan rencana dengan isteriku gara-gara telepon darimu!" tukasku tak sabar.

"Tenang, Van. Aku cuma mau mengabarkan, ada proyek senilai seratus juta. Kita harus mengedarkan barang-barang ini di sejumlah diskotek dan pub. Kau mau ikut?" ujarnya tenang.

"Lain kali lah! Kau kerjakan sendiri dulu. Aku sudah terlalu lama menelantarkan anak dan istriku. Mereka juga butuh untuk kuajak jalan-jalan." tolakku halus. Sebenarnya sayang menolak proyek ini. Lumayan, aku bisa dapat bagian sedikit untuk menyenangkan anak dan istriku, juga Angel.

"Okelah, nanti malam aku operasi di sekitar Sedap Malam." Jan menyebutkan nama klub malam terkenal di kotaku. "Jangan iri lho, kalau aku dapat banyak malam ini!

Aku cuma tersenyum saja. Ekor mataku menangkap bayangan Angel. Cepat aku berpaling dan menuju ke arahnya.

"Jan, sampai nanti. Aku ke sana dulu."

Jan hanya menganggukkan kepala dan tersenyum. Memahami tingkahku sebagai sesama lelaki.

Aku mendekat dan duduk di samping Angel yang melihat kedatanganku dengan senyum merekah indah.

"Apa kabar, Sayang?" Aku menyapa dengan menjawil hidungnya. Dia berjengit manja.

"Seperti yang terlihat. Aku mau bicara serius, Van!" Tiba-tiba air muka menunjukkan keseriusan.

"Hei, ada apa? Kenapa tiba-tiba begini?" tanyaku penasaran.

"Kita sudah berhubungan selama dua tahun. Aku ingin kejelasan, Van. Aku sedang mengandung anakmu. Dua bulan!" Kata-katanya menohok tajam jantungku. Bagaimana ini. Tak mungkin ini terjadi.

"Kau bilang apa? Hamil? Tak mungkin. Itu pasti bukan anakku."

" Ini anakmu, Van! Aku tak berhubungan dengan siapa pun sejak mengenalmu. Aku ingin status!" Hampir berteriak ia, jika tak ingat kami sedang di lobby motel. Sepi memang, tapi pasti suara bakal lebih jelas terdengar ke meja resepsionis. Terbukti mereka sekarang mencuri pandang ke arah kami.

Aku lantas mengajak Angel masuk ke kamar yang biasa kami pakai di sana. Tentu saja setelah aku membayar sewanya.

Aku menutup pintu sambil mendudukkan Angel di tepi tempat tidur. Ia masih menahan tangis.

"Katakan, apa maumu?" Tandasku.
Ia terkejut mendengar nada suaraku.

"Aku ingin kita menikah! Anak ini harus punya ayah, dan kau-lah ayahnya!" Ia berteriak sambil tergugu.

Mataku melotot ke arahnya. Kemarahan menguasaiku campur aduk dengan rasa cemas. Aku tak mau rumah tangga yang ku bina hancur karena hal ini.

"Mana mungkin kita menikah. Aku sudah punya keluarga. Dari awal juga kau tahu itu!"

"Jadi, kau anggap apa aku? Anak ini? Hubungan kita?" Dia makin histeris.

"Aku tak pernah menganggapmu apa-apa. Kau hanyalah hiburan bagiku. Sekadar tempat bermain melepas penat. Lagi pula, semua terjadi selalu dalam keadaan aku tak sadar, kan? Bukan salahku!"

"Laki-laki bajingan! Teganya kau menghancurkan hatiku! Aku akan menghancurkan keluargamu. Istrimu harus tahu siapa suami tercintanya itu! Kau ingat itu. Pergi kau!" teriaknya sambil melempar bantal dan guling ke arahku.

Aku bergegas keluar kamar. Gila! Ini memang gila! Tak pernah aku sangka gadis malam itu akan meminta dinikahi. Aku tak pernah menganggap serius hubungan dengannya.

Keringat menetes di dahiku. Ah, bagaimana jika dia betul-betul menghubungi istriku? Bisa hancur pernikahan yang selama ini terbina.

Aku bergegas pulang ke rumah. Tak kupedulikan tatapan heran resepsionis karena biasanya setelah menyewa kamar, baru malam atau esok harinya aku keluar.

***

Syukurlah, setiba di rumah, Tania masih bersikap biasa saja. Aku harus jungkir balik menahan cemas sambil berbaring dipangkuannya.

"Bang, tadi ada yang sms Nia lho!" ujarnya di sela-sela kegiatan memijit dahiku. Biasanya pijitannya mampu meredakan sakit kepalaku, tapi mendengar perkataannya, rasa sakit itu semakin menjadi.

"Oh ya? Siapa?" tanyaku dengan hati berdebar.

"Entah. Tanpa nama. Katanya Abang selingkuh dengan seseorang. Lah, emang dia pikir Nia akan percaya dengan segala macam sms kaleng tanpa bukti?" Dia tertawa.

Ah, terima kasih Tuhan. Isteri yang kau berikan memang betul-betul baik. Aku memejamkan mata tenang. Menikmati lagi setiap pijitan isteriku.

"Lain kali, abaikan saja sms yang tak jelas begitu." Aku berucap sebelum jatuh tertidur.

***

Pagi yang indah. Aku terbangun dan mendapati Tania masih berselancar di sosmed.

"Loh, kok malah main hape? Bukannya bikinin sarapan untuk Abang!" ujarku pelan.

"Bang ... " Dia masih memelototi layar ponselnya.

"Kenapa, Nia?" tanyaku heran.

"Ini, Jan Huges teman abang, kan? Ada yang ngucapin belasungkawa untuk dia."

"Ha, ... masa iya?" Aku terbelalak tak percaya. Cepat kusambar ponselku dan menghubungi nomor isteri Jan.

Kabar yang kuterima betul-betul mengejutkan. Jan tewas ditembak timah panas petugas kepolisian yang malam itu razia di tempat hiburan bersama badan narkotika setempat. Polisi terpaksa menembak karena ia melawan petugas.

Ya, Allah. Rasanya tak mungkin. Kemarin dia masih mengobrol denganku. Tak ada sedikit pun tanda kalau ia akan meninggal secepat ini.

Aku merenung dalam. Apa yang akan aku lakukan seandainya tiba-tiba nyawaku di ambil sang pemiliknya? Apa yang akan terjadi pada tubuhku yang berlumuran dosa ini.

Kematian mendadak Jan, membuka tabir di hatiku. Betapa selama ini telah lalai memaknai hidupku. Sungguh jauh dari nilai ilahiah. Aku lupa kapan terakhir bersujud menyembah-Nya, tak ingat kapan terakhir bibir ini berzikir mengagungkan asma-Nya dan bila terakhir kali melantunkan firman-Nya. Ternyata, inilah kekosongan yang kurasakan, meski hidupku telah sempurna. Inilah yang kurang selama ini, sebab aku menjauh dari rahmat-Nya.

Sungguh, betapa banyak dosa melumuri jalan hidupku. Entah bagaimana menghapusnya.

"Abang, kenapa?" Tania bertanya, aneh dengan kebisuanku. "Abang menangis?"

Tak sadar ternyata air mata telah menetes di pipiku.

"Sayang, Abang minta maaf pada Nia. Selama ini Abang selalu menelantarkan Nia. Abang selalu sibuk dengan urusan sendiri. Maafkan Abang ya, Sayang?" Aku merayu dan memohon sambil menggenggam tangan dan menatap mata indahnya yang kini makin penuh tanya.

"Abang tidak ada salah apa-apa. Abang kan memang sibuk bekerja untuk kami," maklumnya.

"Tapi, abang tetap merasa bersalah pada Nia dan anak-anak. Abang mohon maaf," ujarku tergugu, tak sanggup lagi menahan air mata.

"Sudahlah, Bang. Nia sudah memaafkan Abang. Meski kadang ada rasa kecewa karena Abang terlalu sibuk, tapi Nia coba untuk mengerti. Siapa lagi yang bisa mengerti suami, jika bukan isteri?" Ia menenangkan sambil memelukku.

"Terima kasih, Sayang."

Betapa bersyukur Allah memberi isteri sebaik ini dan aku hampir menyia-nyiakannya.

Aku beranjak menuju kamar mandi untuk berwudhu. Sajadah terbentang, rakaat demi rakaat Shalat Taubat kuhayati.

"Ya, Allah. Ampunilah segala dosa-dosa yang pernah aku lakukan. Aku tak akan sanggup menghadapmu dalam keadaan berlumur dosa-dosa itu. Ampunilah aku, Ya Allah. Jika tidak dengan keampunanmu, betapa aku insan yang sangat merugi." Doa kulantunkan di ujung shalatku.

***

Setelah peristiwa yang membalik perjalanan hidupku, tak pernah lagi ada waktu shalat yang kutinggalkan. Lantunan ayat suci dan zikir mengalun kembali dalam ruang kalbu. Pengajian dan majelis ilmu, aku datangi untuk mengisi ruh-ku yang sempat kosong.

Aku tahu, Tania tampak sangat bersyukur dengan perubahanku. Tidak ada lagi waktu yang kubuang sia-sia di luar sana. Tak ada lagi pergaulan bebas, alkohol, dan tak ada lagi obat terlarang. Waktu pulang kantor adalah saat bersama keluarga. Beribadah bersama, mengajarkan buah cinta kami dengan kalimah ilahi.

Tak pernah lagi kudengar kabar Angel. Aku juga tak mau tahu lagi. Bersyukur Allah masih memberi kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki rumah tanggaku.

Mulai hari ini yang kuinginkan hanyalah untuk terus beribadah mengumpulkan bekal menghadap Allah dan membahagiakan keluarga kecilku. Alhamdulillah, Engkau mengizinkan aku untuk kembali ke jalan-Mu, Ya Allah.

Selesai
Diubah oleh meanynovendi 05-11-2019 00:52
someshitness
faridatul.a
bukhorigan
bukhorigan dan 23 lainnya memberi reputasi
24
5.3K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan