blackrosestAvatar border
TS
blackrosest
CINTA UNTUK DUA JIWA


Quote:




CINTA UNTUK DUA JIWA


Saat ini, hati tengah dilanda asmara, pada dua sosok sekaligus. Dilema, karena tak bisa memilih salah satu dari mereka. Bagai berada di persimpangan, aku ingin melalui kedua jalan itu tapi tak bisa bersamaan. Lalu kupilih menapakinya secara bergantian. Dua-duanya memiliki tempat yang sama dalam hati. Di sinilah aku saat ini, hidup dicintai dan mencintai mereka.

Dion, lelaki hangat, penyayang dan romantis. Aku berkali-kali jatuh cinta pada sikap dan tutur katanya. Dialah tempat bermanja dan berbagi cerita. Bersamanya dunia selalu terasa indah, bahkan jika hanya menghabiskan malam dengan menatap langit. Dion adalah sosok yang sensitif dan melankolis.

Lain lagi dengan Leon. Sosoknya yang dewasa, tegas, dan sedikit agresif juga agak pemarah. Dia lelaki pelindungku juga tempat bertukar pikiran. Aku suka sifat kerasnya, sisi posesifnya terhadapku menandakan cintanya yang terlampau besar. “Clara, maukah kau hidup denganku meski ada dua jiwa dalam ragaku?” Pertanyaan Leon saat melamarku ketika itu. Aku menerima lamarannya dengan segala risiko terburuk sekalipun. Bukankah cinta terkadang mengusir logika?


-End-

Black Rose
24.10.19

-----------***-----***-------------



SEPENGGAL KISAH DI JANUARI


Kini, hampir setiap malam suara berisik di rumah membuat mata tak bisa terpejam. Bahkan penutup telinga yang sengaja kupakai tak berhasil menghalangi suara Ayah dan Ibu angkatku yang tengah adu mulut. Sesekali suara benda jatuh membuatku tersentak. Entah persoalan apalagi yang sedang mereka hadapi. Namun, aku sama sekali tak heran karena sifat keduanya yang tempramental.

Malam beranjak kian larut, suara gaduh malah semakin nyaring terdengar. Kusibakkan selimut yang sedari tadi memeluk tubuh. Gigi gemeretak menahan geram karena setiap malam kulewatkan tanpa bisa memejamkan mata meski hanya sejenak. Sudah cukup selama ini berperan sebagai anak penurut. Tak pernah melawan meski lebam acap kali menghias tubuh.

Lantas segera saja kulangkahkan kaki menuruni anak tangga dengan lakban dan gunting di genggaman. Menuju ruang bawah tanah yang hampir tak terurus. Lampu lima watt menggantung, memperlihatkan sekeliling ruangan yang sudah dipenuhi sarang laba-laba. Aku sama sskali tak peduli, pun dengan udara yang terasa mulai pengap ini. Tanganku segera membuka peti kayu yang sedikit berdebu. "Sekarang kalian tak akan bisa lagi bersuara,” ucapku. Kemudian memasangkan lakban di kedua mulut mereka. “Ah, bahkan di alam baka saja kalian tak bisa akur.” Seringaian tipis menghias bibirku, sepenggal kisah telah kuukir di Januari kemarin.

-End-

Black Rose
24.10.19


----------***-----***------------



JEJAK YANG TERTINGGAL


"Mira, besok malam apakah ayahmu ada di rumah? Aku ingin mengenalnya, sebagai tanda aku serius dengan hubungan kita." Satu tahun sudah kita menyatukan hati dalam sebuah ikatan bernama kekasih. Selalu ada kamu di setiap rasaku. Sedih, marah, bahagia dan juga rindu. Aku ingin meminta restu kedua orang tuamu, untuk melangkah ke depan. Mengikatmu dalam janji suci, menjadikan ratu dalam istana kecilku.

Maka hari ini sampailah diriku di depan rumahmu, berdiri gugup dengan tangan sedikit gemetar. Kali pertama pertemuan dengan lelaki yang kau panggil Ayah sungguh membuatu gugup setengah mati. Meski cerita tentangnya hampir setiap hari menjadi perbincangan kita. Kutekan bel pintu dengan tangan dingin seolah beku, sedangkan keringat terus saja membanjir. "Bismillah," ucapku pelan sambil beberapa kali menarik napas agar jantung kembali berdetak normal.


Akhirnya pintu itu terbuka, memperlihatkan sosok cantik bergaun biru. Ah, malam ini kau kembali membuatku terpesona. Senyum manis dengan lesung pipi itu selalu membuatku rindu. Akan tetapi, seketika tubuhku bergeming kala melihat sosok lelaki yang kau kenalkan sebagai ayahmu itu. Duniaku runtuh, porak poranda. Lantas, tanpa sepatah kata pun kuputuskan angkat kaki dari rumahmu. Mungkin aku akan berakhir sebagai jejak dalam hidupmu. Karena ternyata kita berasal dari darah yang sama.

-End-

Black Rose
24.10.19


-----------***-----***--------------


SEBUAH NAMA


Ya Tuhan, kenapa semua terlihat gelap? Apakah aku buta? Atau listrik tengah padam? Aku teriak memanggil nama ibu tapi tak ada sahutan. Kemudian nama ayah yang selanjutnya kusebut. Namun, hanya menggema kemudian menghilang. Seluruh badan terasa kaku, cuma kepala yang bisa aku gerakkan. Lelehan air mata semakin deras seiring rasa takut yang mendera. Kilasan peristiwa mencoba kuputar berharap mendapat jawaban terkait keadaan yang tengah aku alami saat ini.

Kaki mengayuh pedal sepeda dengan sisa tenaga yang kupunya. Tak peduli rinai hujan membasahi badan, obat ini harus segera kuserahkan pada Ibu. Tak tega melihat Dino terus-terusan batuk sepanjang malam. "Dino, tunggu kakak, ya. Kakak sudah belikan obat untuk Dino," ucapku dalam hati. Dari pandangan mata yang sedikit terhalang hujan, terlihat sedan hitam melaju kencang. Lalu seketika tubuhku seolah terangkat kemudian terhempas. Air hujan tampak berwarna merah. Itulah peristiwa terakhir yang kuingat.

Perlahan tiba-tiba muncul cahaya, masuk menembus gelap yang sedari tadi menyelimuti pandangan. Membuat perasaanku sedikit lega, menyadari mataku ternyata tidak buta. Sungguh menakutkan jika harus kulalui hidup dalam kegelapan. Menjadi beban bagi Ibu dan adik. Kemudian, dengan susah payah berusaha untuk bangkit dan berdiri. Seketika mataku nanar melihat di hadapanku terdapat seonggok tanah merah bertabur bunga. Sesak mendera dada saat membaca papan berukiran nama; “Taufik Hidayat bin Sastra Jaya. Wafat: 18 Januari 2019.” Namaku.

-End-

Black Rose
24.10.19
feliia
tata604
lina.wh
lina.wh dan 2 lainnya memberi reputasi
3
628
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan