Siapa yang mau berusaha, rezeki itu pasti ada.



Ane mau cerita sedikit, Gan. Sewaktu baru pindah ke daerah tempat domisili sekarang, ane membujuk suami untuk membuatkan sebuah warung. Ane merasakan bosan dengan kegiatan itu-itu aja, karena memang ane hanyalah seorang ibu rumah tangga dengan satu anak yang saat itu sudah berusia 3 tahun.

Pekerjaan sehari-hari ane, hanya seputar mengurus rumah tangga, dan setelah itu hanya bisa berleha-leha di depan TV, atau berbaring dengan ponsel di tangan. Badan ane sampai sakit-sakit karena kebanyakan diam di rumah.



Suami ane menyanggupi. Beliau membuatkan ane sebuah warung non permanen di tepi jalan, karena memang di sepanjang jalan lintas utama di kota ane, ada larangan membuat warung permanen. Jika ada yang ketahuan sewaktu razia, petugas Satpol PP gak akan segan-segan membongkar. Untuk mengisi ruko, pasti modal yang dibutuhkan sangat besar. Sementara kami, baru berusaha merintis hidup di kota itu.

Agan dan Sista tahu gak gimana bentuk warung bentuk gerobak tersebut? Pasti tahu kan?

Ini nih bentuknya,



Di warung itu, ane menjual berbagai kebutuhan harian, jajanan anak-anak, berbagai jenis minuman botol, hingga rokok. Tidak lupa pula ane selipkan jualan pulsa.



Memang di deretan warung kami itu, juga ada warung lain yang sudah berjalan lebih dulu daripada ane. Di sebelah kiri, berjarak satu pintu ruko, sementara di sebelah kanan, masih ada pemisah 6 pintu toko-toko yang terbuat dari papan.

Ternyata berbeda tanggapan yang ane terima dari dua orang pemilik warung itu, setelah melihat ane memulai usaha yang sama dengan mereka. Yang sebelah kiri lebih menanggapi santai, karena memang ia terlihat gak konsisten dengan usahanya. Namun, yang sebelah kanan, yang letaknya lebih jauh daripada ane, memberi tanggapan yang lebih wah. Ia bahkan gak mau lagi bertegur sapa dengan ane. Jika terpaksa bertemu dan bertatap muka, ia memasang muka masam.

Salah ane apa coba, Gan?



Yap, menurutnya ane pasti salah Gan, karena ane berani memulai usaha yang sama. Pasti semua itu berakibat berkurangnya pelanggan yang akan datang padanya.

Tapi ....
Bukankah rezeki itu adalah hak prerogatif Allah sebagai Dzat yang memberikan rezeki?

Tidak ada yang namanya rezeki tertukar. Tidak akan ada yang namanya salah tempat. Kita akan menerima sesuai dengan porsi masing-masing, gak kurang, gak lebih.

Tidak ada yang salah dengan persaingan, asal semua berjalan secara sehat. Seharusnya kita bisa bercermin kepada contoh yang setiap saat bisa disaksikan. Pasar sebagai pusat jual beli. Ada puluhan kios yang berdiri berdampingan, dengan isi yang sama. Toko sembako sesama toko sembako. Toko kelontong dekat dengan toko kelontong. Begitupun kios ikan, ayam, atau sayur-sayuran. Semua berdiri berdampingan dengan nyaman.



Memang ada sebagian orang yang terkadang gak bisa nerima dengan lapang dada, ketika ada orang yang berusaha "mengusik" usahanya. Rasa takut berkurangnya pemasukan, adalah alasan utama hatinya dililit kebencian. Bahkan ada yang berusaha dengan meminta bantuan dukun. Tujuannya tidak lain tidak bukan, untuk menaikkan usahanya dengan penglaris atau malah menjatuhkan sang lawan. Wallahu a'lam.




Sumber : Opini Pribadi