Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

noldeforestasiAvatar border
TS
noldeforestasi
Ada 'Udang' di Balik Tragedi 'Pengosongan' Wamena?


Kondisi kota Wamena usai pecah kerusuhan berdarah pada 23 September 2019 lalu diklaim sudah surut dan mulai kondusif.

Salah satu kerusuhan paling berdarah yang penah terjadi di Tanah Papua itu telah menyebabkan lebih dari 11 ribu orang meninggalkan Wamena. Dilansir dari CNN Indonesia, Kamis (3/10), Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat bilang sebanyak 11.646 orang terdata eksodus sejak 23 September hingga 2 Oktober 2019. Jumlah tersebut belum termasuk ribuan orang yang mengungsi ke berbagai titik di kota tersebut.

https://www.cnnindonesia.com/nasiona...pascakerusuhan

Entah memang memang sudah mulai mendingin atau hanya klaim sepihak, pemerintah dan aparat ramai-ramai menebar aura positif soal situasi di Wamena. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto,menyatakan, kondisi di Papua dan Papua Barat sudah kondusif meskipun masih perlu diselesaikan.

Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengimbau warga tidak eksodus meninggalkan Wamena mengingat kondisi keamanan mulai membaik pascakerusuhan di daerah tersebut. Senada, Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasi Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab mengajak masyarakat pendatang untuk lebih tenang serta mengurungkan niatnya meninggalkan Wamena.

Epicentrum Gejolak Bergeser ke Ibu Kota

Boleh jadi suhu “panas” di Wamena memang sudah lebih adem. Sekitar sepekan terakhir ini, epicentrum gejolak memang tengah bergeser dari Bumi Cendrawasih ke ibu kota Jakarta. Demo besar-besaran mengepung seputaran kompleks gedung DPR yang melibatkan mahasiswa dari berbagai almamater, bahkan menyeret pelajar SMA, STM, SMK bahkan hingga tingkat SMP, sukses menenggelamkan pemberitaan dan perhatian publik soal Papua.



Kondisi demikian mungkin saja membuat pemerintah dan aparat jadi makin percaya diri bahwa situasi di Papua telah terkendali. Ingat, jangan takabur!

Esok hari, Sabtu 5 Oktober 2019 adalah peringatan HUT ke-74 TNI. Satu hari sesudahnya, 6 Oktober 2019 jatuh bertepatan dengan hari peringatan tragedi “Wamena Berdarah" yang terjadi tepat 19 tahun silam

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49835477

Konflik horisontal antara pendatang dengan pribumi yang berujung pada terjadinya pembantaian besar-besaran di Wamena dan menyebabkan tujuh orang Papua dan 24 warga pendatang meninggal itu, tentu masih menyisakan trauma dan dendam bagi tidak sedikit warga Wamena baik pribumi maupun pendatang.

Trauma dan dendam tersebut merupakan kesempatan bagi kanal-kanal dan organ-organ pro-kemerdekaan Papua Barat seperti The United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) untuk kembali ‘membakar’ semangat separatisme rakyat Papua. Ajakan-ajakan untuk memperingati tragedi tersebut tentu saja harus diwaspadai.

Hal serupa pun berlaku bagi TNI yang akan merayakan HUT-74. Alangkah bijaksana jika Panglima TNI Hadi Tjahjanto tidak mengumbar keberhasilan pasukannya ikut serta meredam dan menjaga keamanan Wamena. Untaian kata-kata yang dari sudut pandang Jakarta bermaksud baik, bisa saja berubah menjadi penyulut api dendam warga Wamena!

Kepentingan Energi Asing di Balik 'Pengosongan' Wamena?

Dan yang terakhir, mengingat hal serupa pernah terjadi di Asmat, Papua, dimana Kementerian ESDM pada 2010 menemukan adanya cadangan minyak dan gas yang terkandung di Kawasan tersebut, muncul pertanyaan. Jangan-jangan ada “udang” di balik tragedi berdarah Wamena?

Beberapa waktu lalu, eks anggota Komisioner Komnas HAM RI 2012-2017 yang juga seorang aktivis asal Papua, Natalius Pigai, pernah menuding adanya kesengajaan oleh pemerintah untuk membiarkan warga Papua mati perlahan demi mendapatkan sumber daya alam yang melimpah yang ada di dalam kandungan Bumi Cendrawasih.

Asmat yang selama ini dikenal karena keunikan budayanya, ternyata memiliki cadangan sumber daya alam dalam skala sangat besar, bahkan hingga mencapai 45 miliar barel minyak!

https://politik.rmol.id/read/2018/01/27/324293/

Adanya eksodus besar-besaran penduduk keluar dari Wamena tentu menguatkan dugaan ke arah tersebut. Jika kerusuhan yang pecah pada 23 September 2019 lalu berhasil membuat lebih dari 11 ribu orang angkat kaki dari Wamena, coba bayangkan apa yang kira-kira terjadi jika kerusuhan dengan skala yang sama kembali terjadi dalam waktu dekat? Bisa-bisa Wamena kosong ditinggal para penduduknya!



Entah sadar atau tidak, gerakan-gerakan separatis di Papua patut diduga diboncengi oleh kepentingan-kepentingan energi asing baik dari Barat maupun Timur, yang ingin menguasai sumber daya alam yang terkadung di perut Bumi Cendrawasih.

Pembersihan etnis yang dilakukan oleh negara-negara maju demi menguasai sumber daya alam sebuah wilayah, lazim terjadi di berbagai belahan dunia. Cadangan minyak di delta Nigeria diganggu dengan dihadirkannya kelompok Boko Haram peliaraan asing. Ada pula aksi militer Myanmar mengusir Muslim Rohingya dari Rakhine terjadi akibat motif bisnis minyak dan gas, pelabuhan internasional hingga zona industri.

Di sektor energi, berdasar data Forbes, Rakhine memiliki kandungan cadangan minyak dan gas sebesar 11 triliun dan 23 triliun kaki kubik. Rakhine memiliki sejumlah ladang gas lepas pantai. Ada juga eksplorasi minyak lepas pantai.

Papua dikenal memiliki potensi ekonomi yang bagus. Namun adanya konflik komunal berkepanjangan dengan pemerintah pusat telah menghambat laju pembangunan di wilayah tersebut. Di “air keruh” inilah kepentingan asing selalu bermain!



Click link below for video:

Diubah oleh noldeforestasi 05-10-2019 00:42
peluk.aku.say
pinkcharllote
rizaradri
rizaradri dan 6 lainnya memberi reputasi
5
5.4K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan