Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

momoshinyAvatar border
TS
momoshiny
Dear suami, jangan abaikan keluhan istrimu yang enggan tinggal bersama mertua!
Aku menyimak berbagai curhatan di grup yang mayoritas berisi para ibu rumah tangga. Dari hasil pengamatan, yang seringkali dikeluhkan adalah betapa beratnya seatap dengan mertua

Sedikit bercerita.

Sebut saja namanya Sari. Ia baru saja dihalalkan oleh kekasihnya, dan setelah terikat dalam pernikahan, mereka tinggal di rumah orang tua si lelaki.

Sari merupakan tipe perempuan penurut, ia pun hanya mengikuti kemauan suaminya--pada awalnya. Bulan-bulan awal pernikahan, keluarga suaminya masih memperlakukannya dengan baik. Namun, setelah hampir satu tahun, mulai tak ada lagi rasa canggung atau tidak enak meminta bantuan Sari. Sari mulai diperintahkan untuk mencuci pakaian seluruh penghuni rumah yang jumlahnya enam orang. Ayah mertua, ibu mertua, suami, dua adik perempuan suaminya, dan dirinya. Tak hanya itu, segala urusan beberes rumah, semua dilimpahkan ke Sari, dengan alasan dirinya hanyalah ibu rumah tangga yang tidak ada kegiatan apapun. Adik ipar Sari pun hanya sesekali membantu pekerjaan rumah tangga. Mereka selalu beralasan sibuk kuliah dan bekerja.

Image hanya ibu rumah tangga tertancap pada diri Sari. Tak jarang adik-adik iparnya memerintah tanpa sopan santun kepadanya.

"Kak, besok sepatu yang biru mau dipake, cuciin, ya."

"Kak Sari banyak kerjaan, setrikaan numpuk, nih. Ibu besok mau kondangan ke luar kota, jadi harus siap sekarang." Sari berusaha menolak perintah adik iparnya.

"Cuci sepatu doang apa susahnya, sih! Nyetrika bisa dikerjain abis nyuci sepatu."

"Kamu emangnya ga bisa sendiri? Ga lagi ngapa-ngapain juga, kan?"

"Itu kan kerjaan Elu!"

Bukan sekali dua kali Sari menerima perlakuan seperti itu dari adik-adik iparnya. Ia pun hanya mampu mengelus dada.

Beberapa kali ia mengeluh kepada suaminya. Namun, selalu berujung pertengkaran. Bukannya merasa kasihan, suaminya justru menganggap Sari tak menyayangi keluargannya.

Ketika pertengkaran terjadi, suaminya sering melontarkan kalimat. "Kamu kalo sayang sama aku harusnya sayang sama keluargaku juga! Tulus ke keluarga aku. Bukan mengeluh terus begini."

Kalimat itu seolah menjadi senjata untuk membungkam keluhan Sari. Hingga akhirnya Sari hanya mampu pasrah. Mengerjakan segala perintah mertua dan adik-adik suaminya, meski tanpa keikhlasan.

Sari menderita, tapi tak pernah mengungkapkan kehidupannya yang tidak bahagia kepada orang tuanya. Itu dilakukan agar ibunya yang seorang janda tak banyak pikiran. Ia terus menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja, meski hatinya begitu tersiksa.

***

Di tahun ke dua usia pernikahan, Sari hamil. Awalnya seluruh keluarga senang, karena akan ada cucu pertama yang lahir. Namun, perlakuan mereka kepada Sari tak banyak berubah. Dalam kondisi hamil muda, mual-mual, ia harus tetap menjalankan tugasnya mengurus rumah tangga. Bahkan hingga hamil besar, tak ada kelonggaran dari keluarga suaminya.

Sari harus tetap mencuci, menyetrika, menyapu, masak, dan segala perintah lainnya, tanpa boleh menolak.

Suatu hari, ketika kandungan telah menginjak usia tujuh bulan, Sari merasa begitu lelah. Hari sebelumnya memang tenaganya baru saja terkuras, beberes setelah ada acara arisan di rumah.

Ia duduk sambil mengelus-elus perutnya. Namun, istirahatnya harus terganggu karena ibu mertua menyuruhnya menyapu halaman. Sari pun menolak, dengan alasan sangat lelah.

Bukannya khawatir, ibu mertuanya justru mengoceh, "Kalo lagi hamil tu jangan males! Hamil kebo itu. Nanti anaknya pemalas. Banyak gerak sana!"

Malas mendengar ocehan mertuanya, Sari pun mengambil sapu, kemudian melaksanakan perintah sewenang-wenang sang ibu mertua. Beberapa saat mengayunkan gagang sapu, ia merasa perutnya sangat sakit. Tak tahan dengan sakitnya, ia pun menghentikan gerakan, dan duduk di lantai sambil mengelus-elus perutnya. Bukan membaik, rasa sakit itu justru semakin menyiksa, hingga ia merasa harus meminta pertolongan.

"Bu ... Bu ... tolong, Bu. Perut Sari sakit."

Tak ada reaksi dari dalam.

"Bu ... tolooong ...."

Ia terus memanggil-manggil. Namun, tetap tak ada jawaban. Hingga akhirnya ia mencoba bangkit sambil menahan rasa ngilu di perutnya. Bersusah payah ia bangun, tubuhnya begitu lemas, dan ia terjatuh lagi. Darah pun mengalir dari selangkangannya.

"Apa ini?"

Sari mulai ketakutan, karena begitu mengkhawatirkan kandungannya. Meski semakin lemas, ia terus mencoba bangkit untuk mencari bantuan. Beberapa langkah, ia terjatuh lagi. Sakitnya begitu menyiksa. Mata pun mulai berkunang-kunang.

"Bu ... tolooong ...."

Sari tak dapat lagi bangkit, hingga akhirnya ia pingsan.

***

Malam hari, suami Sari sungguh terkejut melihat istrinya terkapar berlumuran darah di lantai teras. Kulit tubuhnya begitu dingin dan pucat.

"Sari ... kamu kenapa?!"

Mendadak ia begitu ketakutan melihat kondisi istrinya.

"Bu .... Ibuuu ...."

Ibu mertua Sari keluar. "Apa, sih, teriak-teriak?!"

"Ini Sari kenapa?!"

"A-apa? Ga tau. Pulang arisan ibu langsung tidur dan ini baru bangun."

Mereka membawa Sari ke rumah sakit. Namun, sungguh disayangkan. Bayi dalam kandungan Sari tak dapat diselamatkan. Ketuban Sari pecah dini karena terlalu kelelahan. Pendarahan pun terjadi akibat bekerja terlalu berat. Wanita malang itu terjatuh, dan sebelum akhirnya pingsan, selama beberapa jam ia terkapar begitu saja di lantai. Kedinginan, kesakitan, tak ada seorang pun yang menolongnya.

***

Kisah di atas aku ambil dari keluhan seorang ibu rumah tangga di salah satu grup curhatan. Terasa seperti cerita sinetron, tapi nyatanya ada di sekitar kita. Bisa jadi saudara atau teman kita sendiri mengalaminya. Bahkan mungkin ada yang lebih buruk.

Miris ... ketika seorang pria berani berkomitmen di hadapan tuhan untuk melindungi, menjaga orang yang dicintainya, tapi tanpa disadari justru ia menyiksa, hanya karena membawanya tinggal bersama orang tua.

Aku tak mengatakan bahwa seluruh mertua di dunia itu tidak baik. Ada yang baik dan tulus, pastinya. Namun, satu banding seribu, itu realitanya.

Dari tulisan ini, tak ada maksud menyampaikan betapa horornya tinggal bersama mertua. Namun, aku merasa perlu mengingatkan kepada para pria beristri. Jangan abaikan keluhan istrimu yang enggan tinggal bersama mertua, karena bisa fatal akibatnya.

Ingat! Tugas seorang suami bukan hanya menafkahi, tetapi juga menyayangi serta melindungi, termasuk melindungi istri dari kesewenangan tindakan keluarga sendiri.

-Momo Shiny-
Diubah oleh momoshiny 23-09-2019 16:55
boni1973
tata604
tien212700
tien212700 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
3.9K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan