mengejaAvatar border
TS
mengeja
Stop Rasisme, Memang Bisa?


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Shalom, salam sejahtera. Om swastiastu. Namo buddhaya. Wei de dong tian.

emoticon-I Love Indonesia


Rasisme.
Gambar: gcorr.org

GanSis menurut Oxford Dictionary, rasisme adalah kepercayan akan keunggulan satu ras atas ras lainnya. Termasuk pula stereotip, prasangka, dan diskriminasi yang ditujukan kepada mereka yang berasal dari ras atau etnis berbeda.

Rasisme sudah ada sejak dulu GanSis. Sama tuanya dengan peradaban manusia. Bahkan menurut penelitian salah satu penyebab kepunahan Homo Neanderthal adalah akibat diskriminasi dari Homo Sapiens (manusia) yang sering melakukan tindak kekerasan dengan dalih persaingan.


Homo Neanderthal.
Gambar: indusage.com.au

Itu pada zaman purba, bagaimana dengan era sesudahnya? Sama saja! Hampir semua peradaban kuno mengenal sistem perbudakan yang berlatar belakang rasial/etnis. Mesir Kuno, Tiongkok Kuno, Mesopotamia, Indian Kuno, dll. Pokoknya sejak manusia mengenal sistem pertanian pada zaman Neolitikum (11.000 tahun yang lalu), di situlah praktik perbudakan dimulai GanSis. Ibarat mau tenaga gratisan, malas mengeluarkan upah.

Perbudakan yang tercatat pertama kali oleh sejarah ada di Mesopotamia (1754 SM), tepatnya Babilonia Kuno yang membuat prasasti Hukum Hammurabi. Di situ mencatat semacam undang-undang atau hukuman untuk mengontrol kehidupan sosial. Salah satunya memuat perbudakan GanSis.


Hukum Hammurabi yang ditulis dengan huruf paku.
Gambar: history.com

Lanjut ke zaman selanjutnya yang terkenal banget di ajaran Samawi (Yahudi, Kristen, dan Islam), namanya peristiwa The Exodus waktu Nabi Musa membawa bangsa Yahudi keluar dari perbudakan Mesir. Kalau GanSis lupa, coba ingat waktu Nabi Musa dikejar Firaun, terus Nabi Musa membelah Laut Merah. Ingat dong sekarang hehe.


Ilustrasi saat Musa membelah Laut Merah.
Gambar: salom.com.tr

Arkeolog sekaligus profesor Perjanjian Lama, Edwin Thiele menyatakan kalau The Exodus terjadi sekitar tahun 1450 SM. Penghitungan rekonsiliasinya banyak diterima berbagai pihak.

Lanjut lagi ke zaman Yunani Kuno yang melakukan perbudakan terhadap orang bar-bar (merujuk pada orang non-Yunani). Terus ke Abad Pertengahan meskipun masyarakat Eropa telah mengenal Kristen yang melarang diskriminasi apalagi perbudakan. Bahkan para sejarawan Barat modern percaya bahwa istilah Bangsa Slavia berasal dari kata "slave" karena banyaknya orang Slavia yang menjadi budak di Kekaisaran Byzantium. Begitu pun Islam yang sangat menolak perbudakan, namun tetap melakukan praktik ini kepada penduduk Afrika.


Kondisi pasar budak di Yaman pada abad ke-13.
Gambar: wikipedia.com

Perang juga menjadi pemicu tindak perbudakan rasial. Pihak yang kalah mendadak menjadi budak bagi yang menang. Ini hal biasa pada zaman itu GanSis. Biasanya cewek-cewek dari pihak yang kalah bakal dibawa buat dijadikan budak seks.


Lukisan pelelangan budak di Konstantinopel karya Sir William Allan.
Gambar: indusage.com.au

Perbudakan rasial tumbuh subur saat Zaman Penjelajahan Eropa. Orang-orang Afrika banyak diangkut ke Dunia Baru (Amerika) sebagai budak perkebunan atau tambang. Di sisi yang lain, orang-orang Indian yang menjadi penduduk asli Amerika juga mendapat perlakuan rasisme dari orang-orang Eropa. Di Nusantara juga begitu, Belanda menerapkan tanam paksa dan kerja rodi di sini yang berlanjut romusha pada zaman Jepang.


Sistem tanam paksa di Nusantara.
Gambar: www.idpengertian.com

Manusia semakin maju dan wacana hak asasi manusia mulai menggeliat. Perlahan-lahan perbudakan dihapuskan. Namun, apakah rasisme hilang? Jawabannya sudah jelas ya GanSis: TIDAK. Kalau rasisme hilang, gak bakal ada Konflik Sampit, Konflik Ambon, diskriminasi terhadap etnis Tionghoa di Indonesia, dll.

Malah yang terbaru kasus rasisme kepada mahasiswa Papua di Surabaya. Ane cuma mau bilang kalau rasisme itu sudah melekat kuat di dalam diri manusia GanSis.

Kok begitu?

Kalau gak percaya, coba misal ada 2 orang di depan kita. Satu orang Nigeria, satu lagi orang Islandia.


Orang Nigeria (atas) dan orang Islandia (bawah).
Gambar: wikipedia.com dan pinterest.com

GanSis pasti bisa membedakan mereka dengan jelas dan tepat. Ya poin utama ane adalah secara naluriah manusia mampu mengidentifikasi ras atau etnis.Kalau melihat penjelasan ane sebelumnya, tentu saja itu tindakan rasisme GanSis.

Spoiler for Penjelasan Sebelumnya:

Ya, prasangka siapa yang hitam (orang Nigeria) dan siapa yang bule (Islandia). Ini tindakan rasisme, tapi dalam koridor biasa saja GanSis. Meskipun begitu, “rasisme biasa saja” ini bakal menjadi gerbang untuk rasisme yang lebih frontal.

Manusia hidup berdasarkan persepsi dan pengalaman yang didapatkan GanSis. Bisa dari orang tua yang menanamkan sejak kecil atau pengalaman pribadi. Contoh yang ditanamkan orang tua, misal orang tua GanSis benci banget sama orang Cina karena mungkin dulu pernah ditipu bisnis, jadi langsung pukul rata kalau Cina penipu. Kebencian itu pasti akan diturunkan ke GanSis. Kalau sudah begitu, muaranya cuma ada 2: omongan orang tua GanSis bisa dianggap benar atau salah.

Omongan orang tua GanSis bisa dianggap benar kalau di kehidupan pribadi akhirnya ada orang Cina yang menipu GanSis. Nanti GanSis bakal ikut mengamini, “Ternyata betul kata Enyak dan Babeh, orang Cina memang suka menipu!”

Tapi omongan orang tua GanSis bisa dianggap salah hingga akhirnya GanSis ketemu sama orang Cina yang jujur dan baik. Nanti GanSis bakal menyimpulkan sendiri, “Ah gak semua orang Cina penipu, ini barusan ada orang Cina jujur dan baik.”

Panjang lebar sudah ane jelaskan. Lalu muncul pertanyaan STOP RASISME, MEMANG BISA? Ane jawab dengan sedih: TIDAK BISA. Manusia bermacam-macam GanSis. Mungkin kita bisa untuk gak rasis, tapi orang lain belum tentu. Itu kenapa dari zaman purba sampai sekarang rasisme tetap ada dan kemungkinan besar di masa depan juga gak bakal hilang. Mungkin rasisme hilang kalau manusia punah hahaha.

Ane gak ada solusi, tapi ane punya cara jitu menangkal rasisme yang sudah ane terapin ke diri sendiri. Caranya keluarlah! Merantau, menjelajah daerah lain supaya open minded dan menjadi pribadi yang lebih baik dengan bertemu orang-orang baru. Carilah orang-orang baik dari ras/etnis yang ente gak suka.

Misal GanSis benci sama orang Jawa. Coba cari teruuus teruuuuus teruuuuuuuuuus orang Jawa yang lain sampai akhirnya ketemu sama orang Jawa yang baik hati supaya persepsi negatif GanSis bisa berubah.

Bukan apa-apa, masalah positif dan negatif gak bisa asal pukul rata GanSis. Selalu ada orang jahat di setiap ras/etnis tertentu. Begitu pun orang baik yang selalu ada di setiap ras/etnis tertentu.


Beragam suku di Indonesia.
Gambar: www mejakomputer.com

Mengutip perkataan Ibu ane yang sering bilang: JANGAN NYUBIT ORANG KALAU KITA SENDIRI DICUBIT KESAKITAN. Jangan rasis ke orang lain karena kalau kita sendiri kena tindakan rasisme, pasti sakit hati GanSis.

Semoga dunia akan menjadi lebih baik lagi. Amin.

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia

Sumber Referensi:
12 3 4

Gambar: Google Images

emoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesiaemoticon-I Love Indonesia

Sekian thread dari ane. Ambil bagusnya, buang buruknya. Semoga bermanfaat. Bye.

emoticon-Blue Guy Cendol (L)emoticon-Rate 5 Star
0
1.4K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan