- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[SEJARAH] Aliansi Jepang-Inggris pada Perang Jepang-Rusia 1904-1905
TS
NejiHolic117
[SEJARAH] Aliansi Jepang-Inggris pada Perang Jepang-Rusia 1904-1905
Spoiler for pic:
Quote:
Perjanjian Shimonoseki dan mulainya rivalitas Jepang-Rusia dalam memperebutkan Korea
Di awal abad dua puluh Jepang mulai menunjukkan geliat infasi luar negrinya dengan berusaha untuk menguasai Korea. Untuk tujuan tersebut Jepang harus berhadapan terlebih dahulu dengan Cina yang merupakan negara yang telah menjadikan Korea sebagai negara bawahan selama berabad-abad lamanya. Permasalahan dengan Cina dalam hal kekuasaan terhadap Korea ini berpuncak pada perang Jepang-Cina pada tahun 1894-1895. Perang tersebut berakhir dengan Perjanjian Shimonoseki yang menghasilkan kewajiban bagi Cina untuk menyerahkan Semenanjung Liaotung, Taiwan, kepulauan Pescadores dan membayar ganti rugi perang pada Jepang. Akan tetapi karena adanya intevensi tiga negara Eropa (sangoku kansho) yaitu Jerman, Rusia, dan Prancis yang mempunyai kepentingan di Cina, perjanjian tersebut dikaji ulang dan hasilnya Cina tidak perlu menyerahkan Semenanjung Liaotung.
Kemenangan Jepang terhadap Cina membawa pengaruh besar terhadap pemerintahan Korea di mana jajaran pemerintah diganti dari orang-orang yang pro-Cina menjadi orang-orang yang pro-Rusia. Kekuasaan Jepang di Korea mengundang kebencian dari pihak lain yang semula berkuasa. Kelompok ini kemudian melirik Rusia untuk meminta bantuan dalam menghadapi Jepang. Rusia yang sedari awal mempunyai kepentingan di Korea menggunakan kesempatan ini untuk membentuk kelompok pro-Rusia dan berusaha untuk memasukkan tentara Rusia ke Korea dengan dalih untuk menjaga keamanan kedutaan dan aset negaranya di Korea.
Di awal abad dua puluh Jepang mulai menunjukkan geliat infasi luar negrinya dengan berusaha untuk menguasai Korea. Untuk tujuan tersebut Jepang harus berhadapan terlebih dahulu dengan Cina yang merupakan negara yang telah menjadikan Korea sebagai negara bawahan selama berabad-abad lamanya. Permasalahan dengan Cina dalam hal kekuasaan terhadap Korea ini berpuncak pada perang Jepang-Cina pada tahun 1894-1895. Perang tersebut berakhir dengan Perjanjian Shimonoseki yang menghasilkan kewajiban bagi Cina untuk menyerahkan Semenanjung Liaotung, Taiwan, kepulauan Pescadores dan membayar ganti rugi perang pada Jepang. Akan tetapi karena adanya intevensi tiga negara Eropa (sangoku kansho) yaitu Jerman, Rusia, dan Prancis yang mempunyai kepentingan di Cina, perjanjian tersebut dikaji ulang dan hasilnya Cina tidak perlu menyerahkan Semenanjung Liaotung.
Kemenangan Jepang terhadap Cina membawa pengaruh besar terhadap pemerintahan Korea di mana jajaran pemerintah diganti dari orang-orang yang pro-Cina menjadi orang-orang yang pro-Rusia. Kekuasaan Jepang di Korea mengundang kebencian dari pihak lain yang semula berkuasa. Kelompok ini kemudian melirik Rusia untuk meminta bantuan dalam menghadapi Jepang. Rusia yang sedari awal mempunyai kepentingan di Korea menggunakan kesempatan ini untuk membentuk kelompok pro-Rusia dan berusaha untuk memasukkan tentara Rusia ke Korea dengan dalih untuk menjaga keamanan kedutaan dan aset negaranya di Korea.
Quote:
Pemberontakan Petinju
Hubungan yang kian memanas antara Jepang dan Rusia ini semakin bertambah berat dengan adanya peristiwa pemberontakan Petinju yang terjadi di Cina.
Pada tahun 1900 di Cina Utara terjadi pemberontakan Petinju (giwadan no ran). Pemberontakan ini sebenarnya bernama Yihe quan atau I-ho ch’uan, tetapi karena markas pemberontakan ini adalah di sasana tinju barat di Shantung dan mereka selain berbekal ilmu magis juga berbekal ilmu bela diri tinju, maka orang-orang barat menyebut pemberontak ini sebagai kelompok Petinju.Gerakan nasionalis ini menentang keberadaan bangsa asing di Cina. Mereka merusak instalasi-instalasi milik orang asing di Cina dan membunuh anggota senior kedutaan besar Jepang di Cina dan seorang menteri Jerman.[ii]
Menghadapi pemberontakan ini, Cina meminta bantuan negara-negara asing untuk mengirimkan pasukannya ke Cina. Delapan negara asing membantu Cina untuk memadamkan pemberontakan ini. Dari kedelapan negara tersebut, Jepang dan Rusia adalah negara yang mengirimkan tentara paling banyak yaitu sebanyak 21.634 orang dan 15.570 orang dari total keseluruhan tentara tersebut adalah 71.920.[iii] Jumlah tentara Jepang dan Rusia yang banyak menunjukkan tingkat kepentingan mereka yang tinggi.
Wilayah pemberontakan yang merembet ke Manchuria ini dimanfaatkan Rusia sebagai alasan untuk mengkonsentrasikan seluruh pasukannya ke Manchuria selatan guna melindungi instalasinya dari perusakan. Walaupun demikian, ketika pemberontakan sudah berhasil dipadamkan, Rusia tetap tidak mau menarik pasukannya dengan dalih perlindungan terhadap instalasinya di Mancuria. Hal tersebut tentu saja menimbulkan kontroversi akan maksud dari Rusia. Charles Hardinge, wakil Inggris di St. Petersburg mengatakan sebagai berikut:
[I]“Sekarang telah diusulkan untuk memperbesar pasukan ini. Untuk memberi kesan tentang adanya penarikan tentara Rusia dari Manchuria, maka pasukan tersebut diberi nama sebagai pasukan penjaga rel kereta api dan akan berada di bawah Witte (Menteri Keuangan, pen.). Tapi karena anggotanya adalah anggota dari militer, pasukan yang harusnya berada di bawah pengawasan menteri keuangan tersebut akan dapat dikendalikan oleh Menteri Peperangan yang dapat menggerakkan mereka dalam posisi yang strategis "[iv]
Keberadaan pasukan Rusia di Manchuria ini tentu saja ditentang oleh Inggris dan Jepang. PM Jepang Yamagata menganggap bahwa pengiriman pasukan secara besar-besaran tersebut bukanlah sekedar untuk melindungi instalasi Rusia di Manchuria saja, tetapi lebih pada usaha untuk menguasai Manchuria secara permanen[v]. Menteri Luar Negeri Jepang Komura Jutaroo mengatakan bahwa “jika Manchuria menjadi milik Rusia, Korea tidak dapat tetap merdeka[vi]. Hal ini wajar mengingat letak Korea berbatasan dengan Manchuria dan dengan menjadikan Manchuria sebagai basis militer maka Korea akan menjadi korban Rusia selanjutnya.
Keberadaan pasukan Rusia di Manchuria yang berbatasan dengan Korea ini mengkhawatirkan Jepang karena akan mengganggu rencananya untuk menguasai Korea. Berbagai negosiasi ditempuh Jepang untuk mendapatkan pengakuan Rusia atas kepentingan Jepang di Korea. Akan tetapi semua negosiasi tersebut tidak membuahkan hasil yang diinginkan Jepang sehingga perang menjadi satu-satunya jalan untuk mendapatkan Korea.
Hubungan yang kian memanas antara Jepang dan Rusia ini semakin bertambah berat dengan adanya peristiwa pemberontakan Petinju yang terjadi di Cina.
Pada tahun 1900 di Cina Utara terjadi pemberontakan Petinju (giwadan no ran). Pemberontakan ini sebenarnya bernama Yihe quan atau I-ho ch’uan, tetapi karena markas pemberontakan ini adalah di sasana tinju barat di Shantung dan mereka selain berbekal ilmu magis juga berbekal ilmu bela diri tinju, maka orang-orang barat menyebut pemberontak ini sebagai kelompok Petinju.Gerakan nasionalis ini menentang keberadaan bangsa asing di Cina. Mereka merusak instalasi-instalasi milik orang asing di Cina dan membunuh anggota senior kedutaan besar Jepang di Cina dan seorang menteri Jerman.[ii]
Menghadapi pemberontakan ini, Cina meminta bantuan negara-negara asing untuk mengirimkan pasukannya ke Cina. Delapan negara asing membantu Cina untuk memadamkan pemberontakan ini. Dari kedelapan negara tersebut, Jepang dan Rusia adalah negara yang mengirimkan tentara paling banyak yaitu sebanyak 21.634 orang dan 15.570 orang dari total keseluruhan tentara tersebut adalah 71.920.[iii] Jumlah tentara Jepang dan Rusia yang banyak menunjukkan tingkat kepentingan mereka yang tinggi.
Wilayah pemberontakan yang merembet ke Manchuria ini dimanfaatkan Rusia sebagai alasan untuk mengkonsentrasikan seluruh pasukannya ke Manchuria selatan guna melindungi instalasinya dari perusakan. Walaupun demikian, ketika pemberontakan sudah berhasil dipadamkan, Rusia tetap tidak mau menarik pasukannya dengan dalih perlindungan terhadap instalasinya di Mancuria. Hal tersebut tentu saja menimbulkan kontroversi akan maksud dari Rusia. Charles Hardinge, wakil Inggris di St. Petersburg mengatakan sebagai berikut:
[I]“Sekarang telah diusulkan untuk memperbesar pasukan ini. Untuk memberi kesan tentang adanya penarikan tentara Rusia dari Manchuria, maka pasukan tersebut diberi nama sebagai pasukan penjaga rel kereta api dan akan berada di bawah Witte (Menteri Keuangan, pen.). Tapi karena anggotanya adalah anggota dari militer, pasukan yang harusnya berada di bawah pengawasan menteri keuangan tersebut akan dapat dikendalikan oleh Menteri Peperangan yang dapat menggerakkan mereka dalam posisi yang strategis "[iv]
Keberadaan pasukan Rusia di Manchuria ini tentu saja ditentang oleh Inggris dan Jepang. PM Jepang Yamagata menganggap bahwa pengiriman pasukan secara besar-besaran tersebut bukanlah sekedar untuk melindungi instalasi Rusia di Manchuria saja, tetapi lebih pada usaha untuk menguasai Manchuria secara permanen[v]. Menteri Luar Negeri Jepang Komura Jutaroo mengatakan bahwa “jika Manchuria menjadi milik Rusia, Korea tidak dapat tetap merdeka[vi]. Hal ini wajar mengingat letak Korea berbatasan dengan Manchuria dan dengan menjadikan Manchuria sebagai basis militer maka Korea akan menjadi korban Rusia selanjutnya.
Keberadaan pasukan Rusia di Manchuria yang berbatasan dengan Korea ini mengkhawatirkan Jepang karena akan mengganggu rencananya untuk menguasai Korea. Berbagai negosiasi ditempuh Jepang untuk mendapatkan pengakuan Rusia atas kepentingan Jepang di Korea. Akan tetapi semua negosiasi tersebut tidak membuahkan hasil yang diinginkan Jepang sehingga perang menjadi satu-satunya jalan untuk mendapatkan Korea.
Quote:
Rumusan permasalahan.
Dalam merumuskan permasalahan pada penelitian ini, penulis terlatarbelakangi dengan fakta bahwa Jepang yang merupakan negara kecil dan baru mengalami restorasi yang mengganti sistem feodal ke sistem modern mampu mengalahkan Rusia yang merupakan negara yang modern dan memiliki kekuatan militer yang diperhitungkan oleh negara-negara barat. Intervensi tiga negara yang Rusia masuk sebagai salah satu angotanya mampu menaklukan Jepang bahkan tanpa menggunakan kekerasan sedikitpun. Hal ini tentu saja karena besarnya kekuatan Rusia yang sangat menakutkan bagi Jepang sehingga Jepang setuju untuk tidak menjadikan semenanjung Liaotung sebagai bagian ganti rugi.
Penulis ingin mengetahui strategi politik internasional apakah yang dilakukan oleh Jepang dan bagaimana pengaruh strategi tersebut dalam memenangkan Jepang memperebutkan Korea. Penulis mengajukan strategi internasional ini sebagai tema lantaran mengetahui bahwa peperangan memperebutkan Korea ini bukan hanya antara Jepang dan Rusia semata, tetapi juga melibatkan negara-negara lain yang memiliki kepentingan di wilayah Asia Timur, khususnya terhadap wilayah Korea dan Cina.
Dalam merumuskan permasalahan pada penelitian ini, penulis terlatarbelakangi dengan fakta bahwa Jepang yang merupakan negara kecil dan baru mengalami restorasi yang mengganti sistem feodal ke sistem modern mampu mengalahkan Rusia yang merupakan negara yang modern dan memiliki kekuatan militer yang diperhitungkan oleh negara-negara barat. Intervensi tiga negara yang Rusia masuk sebagai salah satu angotanya mampu menaklukan Jepang bahkan tanpa menggunakan kekerasan sedikitpun. Hal ini tentu saja karena besarnya kekuatan Rusia yang sangat menakutkan bagi Jepang sehingga Jepang setuju untuk tidak menjadikan semenanjung Liaotung sebagai bagian ganti rugi.
Penulis ingin mengetahui strategi politik internasional apakah yang dilakukan oleh Jepang dan bagaimana pengaruh strategi tersebut dalam memenangkan Jepang memperebutkan Korea. Penulis mengajukan strategi internasional ini sebagai tema lantaran mengetahui bahwa peperangan memperebutkan Korea ini bukan hanya antara Jepang dan Rusia semata, tetapi juga melibatkan negara-negara lain yang memiliki kepentingan di wilayah Asia Timur, khususnya terhadap wilayah Korea dan Cina.
Quote:
Catatan singkat tentang jalannya perang Jepang-Rusia
Perundingan antara Jepang dan Rusia dalam menyelesaikan permasalahan perebutan kekuasaan di Korea tidak menghasilkan kesepakatan yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Jepang dan Rusia, masing-masing bersikeras untuk menguasai Korea dan tidak mau berbagi kekuasaan di dalamnya.
Setelah buntunya jalur perundingan, maka pihak Jepang bersiap-siap untuk melakukan peperangan dengan Rusia. Pada tanggal 9 Februari 1904 Jepang menyerang pangkalan angkatan laut Rusia di Port Arthur. Serangan menddak ini cukup mengejutkan Rusia dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sehari sesudahnya Jepang secara resmi menyatakan berperang dengan Rusia.
Perundingan antara Jepang dan Rusia dalam menyelesaikan permasalahan perebutan kekuasaan di Korea tidak menghasilkan kesepakatan yang bisa diterima oleh kedua belah pihak. Jepang dan Rusia, masing-masing bersikeras untuk menguasai Korea dan tidak mau berbagi kekuasaan di dalamnya.
Setelah buntunya jalur perundingan, maka pihak Jepang bersiap-siap untuk melakukan peperangan dengan Rusia. Pada tanggal 9 Februari 1904 Jepang menyerang pangkalan angkatan laut Rusia di Port Arthur. Serangan menddak ini cukup mengejutkan Rusia dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Sehari sesudahnya Jepang secara resmi menyatakan berperang dengan Rusia.
Quote:
Pertempuran Darat
Ada banyak pertempuran darat selama perang Jepang-Rusia ini. Dari berbagai pertempuran yang terjadi, pertempuran Mukden adalah pertempuran darat terbesar. Pada tanggal 1 Maret 1905 pasukan Jepang memulai penyerangan terhadap tentara Rusia yang berada di jalur menuju Mukden. Akibat perlawanan sengit tentara Rusia, tentara Jepang sulit untuk bergerak maju. Pertempuran hanya berjalan di tempat saja. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terkurung di medan pertempuran itu saja sehingga pada tanggal 3 Maret rencana untuk memasuki Mukden melalui arah barat laut diubah melalui arah barat.[vii]
Tentara Jepang dengan gigih mendesak tentara Rusia sehingga pada tanggal 10 Maret brigade II dan IV berhasil menduduki wilayah di dekat Mukden. Pada tanggal 16 Maret tentara Jepang berhasil mendesak tentara Rusia dan menduduki kota Teelin yang terletak di sebelah utara Mukden.[viii]
Jumlah tentara yang bertempur di pertempuran Mukden ini sangatlah besar. Pada pihak Jepang terdiri dari 250.000 orang tentara dan di pihak Rusia terdiri dari 320.000 orang tentara. Korban yang mati dan terluka di pihak Jepang berjumlah 70.000 orang sedang di pihak Rusia berjumlah 90.000 orang.[ix]
Ada banyak pertempuran darat selama perang Jepang-Rusia ini. Dari berbagai pertempuran yang terjadi, pertempuran Mukden adalah pertempuran darat terbesar. Pada tanggal 1 Maret 1905 pasukan Jepang memulai penyerangan terhadap tentara Rusia yang berada di jalur menuju Mukden. Akibat perlawanan sengit tentara Rusia, tentara Jepang sulit untuk bergerak maju. Pertempuran hanya berjalan di tempat saja. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terkurung di medan pertempuran itu saja sehingga pada tanggal 3 Maret rencana untuk memasuki Mukden melalui arah barat laut diubah melalui arah barat.[vii]
Tentara Jepang dengan gigih mendesak tentara Rusia sehingga pada tanggal 10 Maret brigade II dan IV berhasil menduduki wilayah di dekat Mukden. Pada tanggal 16 Maret tentara Jepang berhasil mendesak tentara Rusia dan menduduki kota Teelin yang terletak di sebelah utara Mukden.[viii]
Jumlah tentara yang bertempur di pertempuran Mukden ini sangatlah besar. Pada pihak Jepang terdiri dari 250.000 orang tentara dan di pihak Rusia terdiri dari 320.000 orang tentara. Korban yang mati dan terluka di pihak Jepang berjumlah 70.000 orang sedang di pihak Rusia berjumlah 90.000 orang.[ix]
lanjut di bawah
Diubah oleh NejiHolic117 19-03-2013 01:57
0
7.7K
Kutip
20
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan