Foto: Penjual makanan jalanan di New York saat melayani pelanggannya dengan tertib (dok. CNN)

Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut penataan pedagang di trotoar dilakukan di berbagai negara. Salah satunya, dia menyebut New York, Amerika Serikat (AS) sebagai pengelola pedagang di trotoar terbaik.

"Anda lihat di kota-kota besar. Bahkan salah satu kota yang memiliki manual pengelolaan PKL terbaik itu New York untuk di trotoar," ucap Anies kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (4/9/2019).

Menurutnya, penataan PKL ingin tempat berjualan wajar di trotoar. Ada PKL yang berjualan keliling, ada pula yang memiliki kios.

"Di seluruh dunia, yang namanya sidewalk itu ya ada untuk jalan kaki, ada untuk berjualan. Ada yang berjualannya permanen, ada yang berjualannya mobile. Yang permanen itu kios-kios, toko buku, itu banyak yang permanen," ucap Anies.

Anies berpandangan, seharusnya memang ada pembagian fungsi trotoar. Saat ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang membahas aturan tersebut.

PKL di New York

PKL di New York dikenal dengan istilah street vendor. Dikutip dari laman resmi The Street Vendor Project, ada sekitar 20.000 PKL di New York City. Dari mulai penjual hot dog, penjual bunga, penjual kaos, seniman jalanan dan truk makanan.



Para PKL umumnya adalah pengusaha kecil. Sebagian besar adalah imigran. Beberapa yang lainnya, veteran militer AS. Untuk menggelar dagangannya, mereka wajib mendapatkan lisensi untuk berdagang di trotoar. Untuk aturannya sendiri, PKL di New York City harus patuh pada regulasi yang begitu ketat. Bahkan, jika melanggar mereka akan mendapatkan denda.

Di New York sendiri memang ada beberapa titik kawasan trotoar yang diperbolehkan untuk menjadi kawasan perdagangan. Misalnya seperti Pasar Petani Down to Earth Chelsea yang berlokasi di trotoar sisi utara di sisi Utara St. 23rd, East of 9th Avenue. Atau para pemilik gerai food truck The Halal Guys yang biasa berjualan makanan halal di area West 53rd Street &, 6th Ave.

Sulitnya Izin PKL di New York

Pada 4 April 2019, The Guardian pernah menulis laporan berjudul 'Unjust and immoral': street vendors call on New York City to issue more permits'. Laporan itu bercerita tentang betapa sulitnya perizinan PKL di New York City.

Mohamed Mohamed, salah seorang PKL yang menjual kopi di Manhattan mengungkapkan keluhannya. Dia mengaku keuntungannya tak berimbang dengan biaya perizinan untuk berjualan di trotoar.

Mohamed mesti merogoh kocek sebesar $ 25.000 atau setara Rp 350 juta setiap dua tahun untuk izin yang memungkinkannya berjualan di jalan-jalan kota.

"Tidak ada yang tersisa. Percayalah. Tidak ada yang tersisa," keluh Mohamed.

Selain itu, laporan itu juga menjelaskan tentang pembatasan PKL yang semakin menyulitkan. Bahkan banyak PKL yang dipaksa pergi ke pasar gelap dan membayar puluhan ribu dolar untuk menggunakan izinnya. Tak jarang, mereka juga kerap mendapatkan denda. Oleh karena itu, para PKL di New York mendorong RUU yang bisa memudahkan mereka untuk mendapatkan izin.

Aturan PKL di New York

Berdasarkan laporan buku Street Vendor Studio Final Report terbitan 2011, disebutkan ada aturan ketat yang wajib dipatuhi para PKL di New York City. Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Para PKL harus memiliki lisensi, jika tidak maka hal tersebut termasuk kejahatan.
2. Para PKL tidak boleh menutup jalan di New York
3. Mereka dilarang berjualan di baikk tertentu, seperti di sebelah taman New York City dan Plaza Pejalan kaki.
4. PKL harus berjarak 8 kaki dari jalur pejalan kaki.



SUMBER

Kira-kira nanti bakal ngeles lagi ga pak aniesnya ??..