mbakendutAvatar border
TS
mbakendut
Bentuk Solidaritas, Makassar Gelar Dukungan Anti Rasisme


Rasisme, menurut Wikipedia, adalah suatu istilah yang merujuk pada doktrin bahwa perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu, bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Sikap rasisme ini rentan memunculkan diskriminasi sosial hingga genosida besar-besaran atas ras yang cenderung minoritas dan dibenci.



Sejarah mencatat peristiwa penting atas rasisme yang bergejolak. Perang saudara Amerika (penolakan ras kulit putih terhadap ras kulit hitam (negro) atas hak-hak sosial dan politik) jadi salah satu contoh rasisme yang berlebihan bahkan mengerikan. Jika Agan pernah membaca kisahnya atau pernah menonton film genre fiksi sejarah berjudul “Lincoln” pasti tahu. Bukan hanya itu, pembataian besar-besaran Kaum Yahudi oleh NAZI pada masa kekuasaan otoriter Adolf Hitler jadi saksi rasis paling mengerikan sepanjang sejarah.

emoticon-Turut Berdukaemoticon-Turut Berdukaemoticon-Turut Berduka

Kasus di atas adalah kisah nyata dari luar negeri. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Nyatanya Negara kita tercinta ini sedang dalam keadaan darurat. Situasi Negara memanas, apalagi di Papua sana.

Menanggapi peristiwa rasisme tersebut yang katanya hanya kesalahpahaman, nyatanya rakyat Papua tetaplah merasa keberatan dengan hal itu. Mereka menuntut agar mahasiswa Papua diberi keadilan dan dilindungi haknya.

Makassar sebagai salah satu kota dengan ribuan pelajar dari Papua pun ikut bersuara. Beberapa waktu yang lalu, beberapa mahasiswa asal Papua di Kota Daeng menggelar demonstrasi sebagai aksi menggugat dan bentuk solidaritas terhadap saudara-saudara kita orang Papua.




Terrkait dengan adanya aksi baku lempar antara mahasiswa Papua di asrama Papua dengan warga Makassar beberapa waktu yang lalu, Dr. H. Syahrul Yasin Limpo—Mantan Gubernur Sulawesi Selatan bersama Prof. Hamdan Juhannis, rektor UIN Alauddin Makassar dan Prof. Husain Syam, rektor UNM pada FGD Kebangsaan bertajuk “Dari Makassar untuk Indonesia Damai” menegaskan bahwa, “Papua adalah kita. Makassar tidak boleh dipisahkan dari Papua. Bagaimana jika ada bangsa lain yang mengatakan kita monyet, apa yang kita lakukan?” Hamdan melanjutkan, “Kita orang Makassar terbiasa sebagai juru damai.” (Dilangsir dari detiknews).



Supporter PSM Makassar pada laga di Stadion Makassar pada hari senin kemarin juga membentangkan pesan “No Rasis” mereka untuk masyarakat Papua, juga sebagai bentuk dukungan terhadap mahasiswa ataupun masyarakat Papua bahwa mereka aman dan memiliki hak yang setara dengan saudara-saudaranya yang lain di Kota Daeng.


Kita ini NKRI, loh. Perbedaan ras, suku, agama, budaya, ataupun bahasa bukanlah hal yang baru dan sudah mengakar, menjadi jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Kita kuat dan besar karena kita Bhineka Tunggal Ika. Mengapa mesti rasis dengan perbedaan? Tidak maukah kita belajar dari sejarah?

Sebagai orang awam yang mencoba untuk berkontribusi walau kecil, TS cuma ingin menyampaikan bahwa belajarlah untuk menghargai perbedaan dari hal kecil. Misal, stop mengejek temanmu yang berkulit hitam karena kulitmu lebih terang. Percayalah, Gan, Sis! Itu adalah bentuk rasis meski dalam taraf kecil.


Referensi:
Opini Pribadi dan Berbagai Sumber

Sumber Gambar:

1, 2, 3

emoticon-Cendol Ganemoticon-I Love Indonesiaemoticon-Peluk
Diubah oleh mbakendut 03-09-2019 07:09
haz0204
ba.noeng
swiitdebby
swiitdebby dan 17 lainnya memberi reputasi
18
2.8K
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan