Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ndutsetiawanAvatar border
TS
ndutsetiawan
Cinta Mati Sebelum Berkembang


Cinta Mati Sebelum Berkembang




Ilustrasi dari Gamers P


Langit biru cerah ramai dengan awan yang menari
Angin pun riuh menderai bawa suara seperti peluit
Semesta ikut bersuka rupanya



Secerah hati Jagat Kecil yang begitu bersemangat pulang sekolah sambil membawa kabar gembira. Ia ikut tergabung dalam kelompok Persami ( Perkemahan Sabtu Minggu) saat ia duduk di bangku kelas 5 SD.

Ikut berkemah yang sudah diimpi-impikan. Sebenarnya untuk model " berkemah " sudah sering ia lakukan bersama-sama teman-teman sekampung.

Ramai-ramai mengumpulkan " jarik " kain batik simbok atau simbah yang sudah tidak dipakai sebagai pengganti kain atau terpal tenda.

Atau kalau tidak, saat musim panen padi usai. Anak- anak seusia dirinya pasti akan mendapatkan tambahan ekstra karena bisa bermain kemah-kemahan dengan " dami " atau bekas batang padi kering. Yang disusun seperti rumah suku pedalaman di Papua sana.

" Hemmm " batinnya senang. Ia sudah membayangkan betapa serunya nanti, jika minggu depan ia berkemah sungguhan.

*

Setelah sholat dan makan siang, dengan semangat 45, Jagat kecil mengumpulkan segala keperluan untuk kemah minggu depan.

Yang bisa dicari atau dibuat sendiri, ia kerjakan terlebih dahulu.

Perlengkapan yang harus beli, ya terpaksa minta uang sama simbok dan memecah celengan sebagai tambahan.
Tak mengapa jika celengan jagonya dipecah demi mimpinya menjadi seorang pramuka.

*
Tangan kecilnya cekatan berbekal " bendo " semacam golok dan gergaji disiapkan bambu yang ia ambil dari kebun belakang rumah.

Sambil bernyanyi riang, dilakukan semua itu dengan riang gembira.

" Sawung kampret jadi pramuka
Sawung kampret jadi siaga
Naik gunung turun gunung
Masuk kampung keluar kampung
Sawung kampret jadi pramuka "


Lagu itu diulang-ulanginya sampai semua pekerjaan yang dilakukan selesai.
Membuat " patok " dari bambu, membuat tiang bsndera dari bambu yang telah dicat rapi, berwarna selang seling merah dan putih sudah selesai juga bahkan sekarang sudah dijemur supaya cepat kering oleh panas sinar matahari yang sudah bergulir senja.

Jagat Cilik sangat puas melihat hasil karyanya sendiri. Meski tidak sempurna, namun ia bisa berbangga bahwa semua itu adalah hasil karya tangannya sendiri.

Ya, Jagat Cilik sudah dari kecil terbiasa mandiri.

Melihat perekonomian keluarganya yang pas-pasan " memaksa " ia berbeda dengan teman-temannya.

Ia sebenarnya iri melihat mainan teman-teman yang bagus dan baru dibelikan oleh orang tua mereka, namun kerterbatasan orang tua menjadikan Jagat Kecil piawai.membuat mainan sendiri. Apa pun itu. Begitu juga kali ini. Menyiapkan keperluan kemah minggu depan.

Sekali lagi, dilihatnya hasil karyanya. Ia tanpa sadar tersenyum lebar dan mengangguk-angguk senang. Tinggal beli topi, duk atau dasi, asesoris pramuka, tali pramuka, bendera, lambang regu. Dari semua keperluan itu, akan dibelinya nanti setelah selesai sholat Asyar ke toko pecinan yang berada di tengah kota.
Sepeda jengkinya sudah ia siapkan.

*

Sepanjang jalan pulang pergi, lagu.Sawung Kampret tidak pernah berhenti dinyanyikan. Lagu itu sangat mengena sebagai wakil perasaan saat itu.

Menjelang Magrib, Jagat Kecil sudah kembali berbelanja dan sudah tidak sabar melihat tongkat pramuka yang pasti sudah kering sekarang.

*

Jagat Kecil sudah tidak sabar untuk menunggu hari Sabtu. Waktu baginya seakan berjalan seperti siput saja. Lammmmaaaaa... !

Sekarang hari Jumat sore.
Diceknya sekali lagi semua persiapannya sebelum tidur. Satu persatu dilist buku catatannya. Dicroscek dengan teliti, sampai dua kali balik untuk menyakinkan agar semua aman terkendali.

Diliriknya sekilas baju seragamnya yang sengaja ia cuci sepulang sekolah dan kemudian diangin-anginkan di tali jemuran dekat kamar tidurnya. Dicek sepatunya, dicek kaos kakinya, dan barang-barang apa yang harus dibawa.

" Beres. Sudah semua," batinnya senang dan berangkatlah Jagat Kecil tidur lebih awal.

*

Dalam tidurnya Jagat Kecil nampak gelisah, bukannya mimpi indah yang ia alami. Namun, mimpi buruk yang membuat tidurnya tidak pulas.

**

Pagi, hari Sabtu datanglah. Hari yang ditunggu-tunggu. Sengaja Jagat Kecil mandi lebih awal setelah sholat Subuh. Segarnya air yang mengucuri kepala dan tubuhnya membuat hatinya senang dan bersemangat.
Sambil mandi, ia membayangkan regu Macan yang akan seru karena ia berada di dalamnya.

" Mbok, aku berangkat ya!" pamitnya kepada Simboknya yang sedang sibuk memasak di dapur.

Hampir setengah berlari Jagat Kecil membawa semua keperluannya disandang di tas punggung dan dijinjing tangan kecilnya.

Setelah mendekati sekolahannya, diayunkanlah langkahnya dengan tegap dan gagah. Tangan kanan memegang bambu bendera, dengan bendera kecil berkibar menemani perjalanannya ke sekolah. Gagah, tegap persis Sawung Kampret di ruang khayalnya.

*

Semua sudah berkumpul. Masing-masing anak sudah dibagi sesuai regu masing-masing. Tidak terkecuali dengan Jagat Kecil.

Namun petaka pagi itu terjadilah. Entah dimulai dari mana mulanya, Pak Guru memanggil namanya.

" Jagat.. !"
Dengan sumringah dan semangat Jagat Kecil berlari ke depan kelas menuju gurunya.

Perkataan gurunya yang semula manis berubah menjadi tikaman pisau seperti yang terselip di pinggangnya. Tepat mengorek hatinya!

" Jagat, kamu hari ini tidak jadi ikut Persami ya!"

Hanya kata itu yang masih ia ingat. Alasan ketidakikutannya ia sudah lupa sama sekali.

Gurunya membiarkan berdiri mematung, tanpa sedikit pun berusaha menghibur atas kekecewaannya.

Dengan lunglai dan hati tawar Jagat Kecil berbalik untuk kembali duduk di bangkunya.
Ia tidak tahu apa yang dirasakan saat itu.
Hanya dengan tatapan kosong,

Jagat Kecil melepas rombongan pramuka siaga itu berangkat ke tempat Persami dengan menaiki satu truk Kayu besar.


Berangkat dengan ceria.
Berangkat dengan semangat.
Menyanyi bersama.
Menyanyi Sawung Kampret.
Sambil melambai-lambaikan bendera.

Wajah-wajah ceria itu pergi --- tanpa dirinya!


Cinta yang ia impikan untuk Pramuka Yang Melegenda adalah luka yang tidak pernah hilang sepanjang masa.

Cintanya Mati Sebelum Berkembang.




Langit hari itu tersaput mendung
Angin pun mati berlari
Beburungan sepi
Hati rapuh terbakar api
Hanya berteman air mata tak terbendung
Sendiri terbawa mati


Jagat kecil bertumbuh menjadi Jagat Alit, membiarkan hatinya yang telah mati lama. Tak berkubur dan bernisan, dan terus menganga luka. Entah sampai kapan, ia bisa berdamai dengan dirinya?

Setidaknya mampu menyemai mimpi baru. Bukan buat dirinya lagi, tapi buat anak dan cucunya nanti.


Quote:
Diubah oleh ndutsetiawan 07-08-2019 06:49
leon4202
bekticahyopurno
anasabila
anasabila dan 15 lainnya memberi reputasi
16
2K
29
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan