Mantan satu kata yang mampu membangkitkan berjuta kenangan. Entah itu kenangan manis atau pun pahit. Namun tak pernah terbersit dipikiranku untuk menghapus semua kenangan tersebut. Aku anggap itu bagian dari perjalanan kisah hidupku. Aku terkadang risih dengan kemunculan semua kenangan yang datang, tapi aku harus berdamai dengan hal tersebut. Sebab hal tersebutlah yang membentuk aku sekarang.

Rambutnya cokelat mengurai, kulitnya sawo matang khas perempuan Indonesia. Setiap kali berbicara matanya menatap tajam lawan bicaranya. Perempuan itu bernama Kina Putri. Seorang gadis asal Bandung yang membuat aku terpesona. Ia selalu tampil apa adanya, yang pentingnya nyaman buat dirinya.

Hubungan kami berawal dari sebuah aplikasi pertemanan. Dulu aplikasi semacam ini belum semarak sekarang. Kami berkenalan, saling berbalas chat. Mungkin hampir setiap hari kami berbalas chat. Berawal dari sana kami mulai merasa nyaman. Aku pun minta nomor teleponnya, Kina memberikannya. Sejak saat itu komunikasi pindah melalui sambungan telepon atau via Whatapps. Saat malam hari tiba Kina menelpon aku. Katanya ada yang mau dia diceritakan. Ia pandai bercerita, sekali menelpon kuping saya bisa panas saking lamanya. Kina pun orang yang supel dan terbuka. Ketika ia punya masalah selalu bercerita padaku.

Sudah ratusan cerita yang aku dengarkan. Aku memang dikenal sebagai pendengar baik. Aku lebih suka mendengar. Tapi bukan berarti aku tidak banyak bicara. Untuk beberapa hal aku cukup banyak bicara juga. Dari saling tukar cerita itu, hubungan kami semakin erat. Kami pun jadi lebih sering bertemu hanya untuk sekedar melihat muka. Lalu mengobrolkannnya di malam hari.

Entah sudah berapa purnama yang telah kami lewati. Aku memutuskan untuk menjadikan Kina pacarku. Tak perlu menunggu lama, Kina mengiyakannnya. Dari sana hubungan kami semakin intensif. Namun ternyata rasa perteman dan pacaran memang berbeda. Tanpa disadari aku sangat posesif terhadap Kina. Tapi Kina tak mempermalahkannya, malah ia bilang itu artinya aku sangat sayang dirinya.

Komunikasi terus kami bangun, mulai dari masalah kuliah, makan hingga hal yang tak jelaspun kami obrolkan. Seolah komunikasi kami tak ada sekat, aku bisa menjadi diriku sendiri dan Kina bisa menjadi dirinya sendiri. Hubungan pacaran kami berjalan dengan cukup baik, dan minim konflik.

Sudah hampir empat bulan aku membina hubungan dengan Kina. Sejauh itu pun aku belum berpikiran untuk membawa hubungan ke arah serius atau lainnnya. Toh aku masih harus menyelesaikan kuliahku. Dan Kina pun baru ingin mau berkuliah.

Akan tetapi hubungan kami mulai renggang ketika jarak mulai mengganggu komunikasi kami. Kina harus pergi ke Jakarta untuk ikut orang tuannya dan berkuliah di sana. Jarak Bandung-Jakarta memang tak seberapa. Selama Kina di Jakarta, setidakny kami dua minggu sekali selalu menyempatkan untuk bertemu. Entah itu aku ke Jakarta atau sebaliknya.     

Awalnya aku merasa baiknya saja. Aku pikir bisa melewati hubungan Long Distance Relationship (LDR). Aku belum pengalaman soal LDR, tapi aku akan coba. Namun segiat aku coba, ada rasa yang mengganjal dalam hatiku. Aku mulai curigaan, apalagi jika Kina lupa kasih kabar. Tapi Kina selalu bersikap dewasa menghadapi kelakuan aku yang mirip anak kecil ini.  

Hingga akhirnya hubungan kami retak. Komunikasi yang jarang membuat rasa yang dulu pernah ada lambat laun hilang. Ditambah jarak yang saat itu terasa jauh. Kemudian sikap aku yang kekanak-kanakan membuat semuannya berantakan.

Namun ketika sudah tak saling memiliki, selalu ada sesal di hati. Kina perempuan paling pengertian yang pernah aku temui. Aku harap sekarang kamu bahagia di sana.

Maaf aku tak bisa menuliskan secara utuh dan detail. Karena aku tak ingin terlalu larut dalam hal yang lama telah aku lalui.    


Sumber gambar di sini 
Referensi tulisan: pengalama TS pribadi