Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aduhaisayangAvatar border
TS
aduhaisayang
Pacar Kedinginan di Gunung. Aku Terpaksa Berbuat Dosa ini. Astaghfirullah!

Aku tak akan melupakan peristiwa itu. Sebuah dosa yang terus membayang sekalipun sudah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu. Aku ingat betul kejadiannya ketika kami liburan semester genap, ketika usia hubungan pacaran kami masih sekitar tiga bulan.

Karena sama-sama gak pulang kampung. Untuk mengisi liburan biar lebih berkesan, kami pun sepakat untuk melakukan pendakian di salah satu gunung yang tidak terlalu tinggi. Kata orang-orang sangat cocok untuk pemula. Kami pun memutuskan untuk mendaki ke sana. Terlebih niat kami adalah untuk sekadar menikmati nuansa alami, bukan untuk menakhlukkan ketinggian gunung.

Aku dan pacar sama-sama belum pernah naik gunung sebelumnya. Jadi kami di masa persiapan sekitar tiga hari itu rutin bertanya ke teman-teman yang ahli, browsing di internet, sambil terus menyiapkan perbekalan dan latihan fisik.

Singkat cerita hari H tiba. Kami mulai mendaki sekitar pukul 16:00 WIB. Sengaja memilih sore karena emang punya rencana menikmati malam di pegunungan. Naasnya ketika dalam perjalanan kami tersesat. Melewati semak belukar dan menyusuri jalan curam. Tak beberapa lama kemudian kaki pacarku tergelincir. Untunglah gesit aku tangkap satu tangannya. Badannya mengayun-ayun di atas jurang. "Lepaskan saja bawaanmu!" Teriakku memberikan instruksi. Aku memeganginya hanya dengan satu tangan, sementara tanganku satunya berpegang pada batu yang tersinyalir tidak kuat.

Pacarku menggeleng. Tidak tega. Mungkin dia kepikiran dengan barang-barang berharga di dalam ransel itu. Aku mengigit bibir. Berhitung dalam hati. 'Utamakan nyawa yaang!" Teriakku lebih kencang. Syukurlah akhirnya pacarku mau mematuhi perintah. Dia melepaskan ranselnya. Tubuhnya pun berhasil aku angkat. Kami berdua selamat.

"Tapi dompet, HP, tenda camping dan sleeping bag ada di ransel itu." Ucap pacarku sambil terisak. Aku lagi-lagi dihadapkan pada keputusan berat. Mau balik pulang tak tahu jalan. Akhirnya dengan gerak lebih pelan kami terus berjalan dengan tanpa arah dan tujuan.

Sementara malam sudah menampakkan diri. Matahari sudah bersembunyi. Kami terduduk di bawah pohon besar. Untunglah perlengkapan makan dan pakaian ganti aku yang bawa. Tapi sekalipun perut kami terisi kenyang, suhu dingin pegunungan tak bisa dibohongi. Tampak sekali pacarku mengigil hebat.

Dan kesalahan fatal kami tidak bawa korek api. Aku cuma menepuk jidat usai tahu kesalahan itu. Waktu terus bergulir, dari arah rembulan aku bisa membaca hari sudah sekitar pukul 9 malam. Pacarku sudah meringkuk bak udang dan bergetar hebat bak vibr*tor, berjuang keras menahan dingin.

Seketika aku teringat tentang Hipotermia. Kondisi kedinginan teramat hebat. Dari yang aku lihat di pacar, dia sudah menunjukkan tanda-tanda. Aku tak ingin kami berakhir konyol di gunung ini. Maka aku segera melepas jaket, kaos kaki, sarung tangan dan penutup kepala. Aku pasangkan ke dia, sehingga punya pertahanan tambahan dari suhu dingin.

Kini giliran aku yang menggigil. Aku ingat trik sederhana, aku harus terus bergerak. Maka seketika aku panjat pohon tertinggi di sekitar itu dengan disinari terang rembulan. Aku terengah-engah setiba hampir mendekati puncak. Badanku selamat dari kedinginan karena terjadi pembakaran dalam tubuh.

Ketika berada di atas pohon itulah aku melihat seperti nyala api. Lokasinya tidak jauh dari kami. Aku pun segera turun. Lantas setengah berlari ke arah nyala api itu. Aku menyengir bahagia ketika melihat ada tenda. Ketika makin mendekat. Aku mendengar dua suara orang berteriak-teriak. Seperti sedang bertengkar mulut. Aku terus melangkah.

"Kita belum halal! Gak boleh!" Itu ucapan yang paling jelas aku dengar, berasal dari suara perempuan. Selebihnya mereka menggunakan bahasa daerah lain yang tak aku ketahui.

Di dekat tenda itu aku melihat seonggok tenda yang belum terpasang dan satu sleeping bag, masih terikat. Aku berpikir cepat. Mereka sedang bertengkar, masa aku datang. Jangankan dapat bantuan justru ntar aku diusir. Maka dengan nekat aku terpaksa berbuat dosa. Aku terpaksa mencuri tenda yang belum terpasang itu beserta sleeping bag-nya.

Aku mengendap-endap, setengah merayap agar tak ketahuan. Usahaku berhasil. Segera berlari menuju pacarku yang sudah mengigil hebat. Syukurlah setelah di dalam tenda pacarku tak lagi mengigil. Bisa istirahat dengan nyaman. Sementara aku tidur di luar dengan sleeping bag.

Keesokan harinya pacarku yang bangun duluan. Dia sudah menyiapkan sarapan.

Tenda dan sleeping bag itu kemudian mau kami kembalikan ke yang empunya. Tetapi mereka sudah tidak ada di tempat semula, entah kemana. Hanya ada jejak berupa  sisa perapian,bungkus mie instan, dan bekas bungkus alat pengaman dari kehamilan.

Kami selamat. Namun aku masih merasa bersalah dan berdosa karena sudah melakukan tindakan pencurian. Sekalipun tujuannya untuk kebaikan, aku sadari itu perbuatan tak bisa dibenarkan. Astaghfirullah!

*Tamat*

Itulah kisah tentang sebuah pengorbanan. Tapi TS sarankan khususnya buat para wanita, jangan mau kalau pacarmu ngajak ke gunung terlebih cuma berduaan. Banyak bahaya dan resikonya. Selain keselamatan jiwa, iman juga terancam. Berduaan tanpa didampingi mahram amat rentan melakukan perzinahan.

TS juga beri tahu ya. Cowok baik-baik gak bakal menikmati tubuhmu sebelum menghalalkanmu. Kalau si cowok berani melakukan zina denganmu, maka sangat mungkin kelak ketika kalian sudah menikah dia bakal melakukan hal serupa kepada wanita lainnya.

Sumber: Terinspirasi dari kisah yang pernah penulis Alami

Sumber Lainnya: tribunnews.com, republika.co.id, dream.co.id 


4iinch
yugi17
tenarsyndrome
tenarsyndrome dan 9 lainnya memberi reputasi
10
23.7K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan