Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ndutsetiawanAvatar border
TS
ndutsetiawan
Menguak Muasal Para Leluhur


Telur Bukan Sembarang Telur




Quote:


Ini bukan sejarah.
Ini bukan muasal pengetahuan.
Ini juga bukan kebenaran yang harus diyakini.
Ini hanya kisahyang sangat luar biasa bagiku.

Jangan diperdebatkan.
Jangan pula dijadikan sebuah sebab perpecahan.
Harap nikmati saja seperti membaca tulisan fiksi yang membutuhkan imaji liar yang tak berbatas.

Syahdan

Di Kahyangan Keling, tempat tinggal Sang Hyang Tunggal, sedang bercengkerama dengan penuh kemesraan di hadapan anak turunnya. Yaitu Sanghyang Rudya, Sanghyang Darmastuti dan Sanghyang Dewanjali.

Menguak muasal para leluhur yang telah dibukukan dengan rapi di sebuah kitab gaib yang bernama Kitab Pusaka Darya hasil tulisan dari Sanghyang Nurcahya leluhur mereka.

Kitab yang berisi segala kejadian dan pengalaman hidup dari Sanghyang Nurcahya.

Berdasarkan kitab tersebut ternyata Sanghyang Nurcahya sejatinya adalah makhluk yang berbadan jasmani, namun berkat ketekunannya bertapa puluhan tahun, maka berubahlah menjadi makhluk yang berbadan rohani dan bisa tinggal di alam halus atau alam gaib. Sebagai cikal bakal dewa atau dewa pertama penghuni Kahyangan.

*

Sanghyang Tunggal terketuk hatinya, ingin rasanya ia mempunyai keturunan yang mampu mempunyai badan jasmani dan badan rohani sekaligus. Sehingga digadang-gadang akan menjadi pemimpin di alam Triloka yaitu, alam atas, alam tengah dan alam bawah.

Berharap turunannya yaitu para dewa mampu menguasai bangsa jin dan manusia, tak kalah dengan kehebatan Nabi Sulaeman. Tokoh yang mampu mengalahkan ayahnya.

Maka untuk memenuhi keinginannya, Sanghyang Tunggal segera berangkat bertapa setelah mendapatkan ijin istrinya Dewi Darmani bahkan iklas jika suaminya menikah lagi guna memperoleh keturunan yang dicita-citakan.

Berangkatlah Sanghyang Tunggal bertapa, Kahyangan diserahkan kepada anaknya Sanghyang Rudra yang kelak bergelar sebagai Sanghyang Darmadewa.

*

Sanghyang Tunggal bertapa di tepi pantai, duduk di atas batu karang. Muja semedi kepada Tuhan untuk terkabulnya impiannya.

Keberadaan Sanghyang Tunggal ditemukan oleh Prabu Rekatatama yang berbentuk siluman kepiting raksasa penguasa Kerajaan Telengsamodra yang sengaja mencarinya untuk dijadikan mantunya.
Karena sang putri Dewi Rekatawati yang cantik jelita itu telah bermimpi menemukan jodoh yang bernama Sanghyang Tunggal ini.

Prabu Rekatatama berusaha membangunkan " calon mantu " nya dari tapa bratanya. Namun karena kesaktian dan perbawa yang luar biasa, dirinya tidak mampu membangunkan malah tubuhnya terpental jauh dan jatuh pingsan.

Sstelah siuman, terpaksa Prabu Rekatatama membawa " paksa " Sanghyang Tunggal dengan cara gaib.

*

Sanghyang Tunggal terkejut terbangun dari tapa bratanya dan menemukan dirinya berada di tempat asing di bawah laut. Sebuah kerajaan bawah laut. Dan tepat dihadapannya berdiri Raja Jin Keping dan putrinya yang cantik jelita.

Tanpa berpanjang lebar Raja Jin Kepiting menyampaikan semua cerita mimpi puterinya dan sekaligus memyampaikan keinginannya untuk melamar Sanghyang Tunggal sebagai jodoh puterinya Dewi Rekatawati.

Sanghyang Tunggal mendapat firasat bahwa jalan cerita inilah yang akan membawa tercapainya cita-cita untuk mempunyai turunan berbadan jasmani dan rohani sekaligus.

*

Dewi Rekatawati akhirnya mengandung dan kemudian melahirkan. Namun apa yang terjadi?

Ujud jabang bayinya itu ternyata berbentuk sebutir telur.

Ujud inilah yang membuat Sanghyang Tunggal marah dan membantingnya. Telur itu bukannya pecah, malah melenting terbang meninggalkan Kerajaan Telengsamodra, Sanghyang Tunggal penasaran dan mengejarnya terbang ke arah mana telur itu melesat pergi.

*

Telur ajaib itu ternyata terbang ke arah Kahyangan Tengguru yang membuat Sanghyang Wenang terkejut dan segera menangkapnya dengan merapal kesaktiannya. Telur berhasil ditangkap. Bersamaan dengan datangnya sang anak Sanghyang Tunggal.

Sanghyang Tunggal menceritakan bahwa telur itu adalah anaknya dari istrinya Dewi Rekatawati.

Sanghyang Wenang mengerti dan memahami isi hati anaknya dan membantunya dengan berdoa dan semedi kepada Tuhan untuk merubah telur itu menjadi anak.

Sanghyang Wenang menyiram telur itu dengan air keabadian Tirtamarta Kamandanu. Berubahlah telur ajaib itu menjadi tiga orang anak.

Dari cangkang telur berubah menjadi seorang laki-laki yang kemudian diberi nama Batara Antaga.

Dari putih telur berubah menjadi seorang laki-laki yang kemudian diberi nama Batara Ismaya.

Dan yang terakhir dari kuning telurnya berubah menjadi laki-laki pula yang diberi nama Batara Manikmaya.

Betapa bahagia Sanghyang Tunggal melihat ketiga anaknya sesuai keinginannya. Yaitu berbadan jasmani dan berbadan rohani.
Bahkan, meramalkan bahwa Ismaya nanti mempunyai keturunan sepuluh anak dan Batara Manikmaya sembilan anak.


*

Sudah tiba masanya Sanghyang Wenang mengundurkan diri menyerahkan Kahyangan Tengguru kepada Sanghyang Tunggal kemudian menitis ke dalam tubuh Sanghyang Tunggal setelah membekali ilmu kesaktian, ilmu pengetahuan dan segala pusaka. Dan kemudian bergelar sebagai Sanghyang Padawenang.

*

Beberapa tahun kemudian terjadilah perselisihan antara Batara Ismaya dan Batara Antaga memperebutkan kelayakan sebagai pewaris Kahyangan Tengguru, maka terjadilah perang adu kesaktian antara keduanya. Sama-sama kuat, sama-sama sakti tidak ada yang kalah.

Akhirnya dipanggilah Batara Manikmaya untuk menjadi saksi sekaligus memberikan tantangan lomba untuk mencari pemenang di antara keduanya.

Batara Manikmaya mengusulkan bahwa keduanya harus menelan sebuah gunung dan kemudian dikeluarkan lewat dubur.

*

Pertama, Batara Antaga melakukan aksinya menelan gunung dari Himalaya, sekali telan dan langsung masuk perut akibatnya karena memaksa maka mulutnya menjadi robek, matanya melotot dan perut dan badanya menjadi bulat dan gemuk. Tapi gunung itu tidak bisa dikeluarkan dari dubur.

Giliran Batara Ismaya, tidak mau kalah menelan gunung yang lebih besar, dimasukan dengan sabar, telaten dan berhari-hari kemudian berhasil menelannya, namun tidak bisa juga mengeluarkannya lewat dubur akibatnya wajahnya berubah jelek, mata sembab, hidung pesek dan ingusan. Badannya juga karena gunungnya lebih besar yang ditelan maka tubuhnya juga menjadi lebih besar dibandingkan dengan Batara Antaga.

Melihat tingkah kedua anaknya Sanghyang Padawenang menjadi murka.
Memerintahkan keduanya untuk turun ke alam Sunyaruri bertapa dan menunggu titah selanjutnya muncul di alam nyata menjadi pengasuh turunan Batara Manikmaya.

Batara Antaga menjadi pengasuh para raksasa.
Batara Ismaya menjadi pengasuh para manusia.


Dan mengangkat Batara Manikmaya sebagai pewaris Kahyangan Tengguru.

*

Batara Antaga dan Batara Ismaya mematuhi perintah Sanghyang Tunggal, namun tidak begitu rela melepas Kahyangan Tengguru kepada Batara Manikmaya.
Maka dengan kesepakatan, Batara Manikmaya harus melakukan yang sama untuk menelan gunung dan mengeluarkan dari dubur juga.

Dengan cerdik, Batara Manikmaya sebelum menelan gunung Kaelasa yang terindah di Himalaya, dengan merapal ajian terlebih dahulu. Gunung diubah menjadi kecil dan ditelannya. Kemudian dikeluarkan lewat dubur.

Setelah itu dikembalikan lagi ke bentuk asalnya.

Melihat itu Batara Antaga dan Batara Ismaya mengakui kecerdikan dan kehebatan adiknya dan rela menyerahkan singasana Kahyangan Tengguru kepada Batara Manikmaya.

Demikianlah akhirnya Batara Antaga berubah nama menjadi TOGOG.
Batara Ismaya berubah nama menjadi SEMAR
Dan, Batara Manikmaya menjadi penguasa Kahyangan Tengguru berubah nama menjadi BATARA GURU


Bersambung...



Diubah oleh ndutsetiawan 14-07-2019 02:06
knoopy
Docan
Indriaandrian
Indriaandrian dan 21 lainnya memberi reputasi
22
9.9K
64
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan