Sepakbola menjadi olahraga yang hampir di cintai seluruh dunia, magnet dari pemain bintang yang lahir dari ranah sepakbola biasanya akan menjadi pembicaraan dunia. Terutama bagi mereka yang bermain di liga tertinggi di negara eropa, kiprahnya dapat disejajarkan dengan artis papan atas dunia.

Tentu saja banyak negara yang menggelar liga profesional berharap liga mereka di akui dunia, FIFA pun juga sudah membuat turnament mini antar pemenang juara piala tertinggi di benuanya masing-masing untuk menjadi yang terbaik di seluruh dunia. Bukan rahasia lagi final sangat di dominasi klub Eropa dan Amerika Latin. Ini semua karena pola permainan dan bakat alam mereka di racik secara sempurna.



Tapi kita tak bicarakan bintang lapangan maupun berapa throphy yang sudah di renggut oleh klub eropa dan Amerika Latin. Tapi perbedaan mereka dengan liga yang ada di Indonesia, bukan bicarakan skill pemain yang jelas Indonesia di bawah mereka tapi perbedaan yang sangat mencolok dan menjadi satu hal penting yang harusnya dilakukan perubahan bila ingin menjaga kualitas dari permainan.



Apa itu ?

Di club level dunia baik itu di Eropa maupun di Amerika Latin mereka lebih fokus ke masalah dengan strategi dan banyaknya taktik permainan, passing yang akurat dilatih terus menerus, hingga dilatih juga untuk bermain secara sabar, bahkan di sepakbola modern saat ini mereka sering mengandalkan possession, dan proses membangun serangan secara cepat dan akurat namun tetap mengontrol permainan dengan menguasai bola. Walau dalam strategi bertahan pun mereka tetap menerapkan berbagai macam taktik, hingga pemain bintang di eropa biasanya memiliki otak yang bisa dibilang jenius. Karena tak hanya bisa mengolah si kulit bundar namun bisa juga membaca situasi di lapangan, hanya butuh sepersekian detik untuk berfikir antara mengumpan atau menendang ke arah gawang.



Bagaimana dengan klub di Indonesia ? Dengan banyaknya pemain dan pelatih asing, Indonesia sebenarnya menerapkan langkah yang kurang lebih sama. Tapi yang terjadi penerapan di lapangan seakan berbeda dengan instruksi pelatih, ada budaya yang grusa grusu dalam bermain yang tertanam hingga anak cicit nanti sepertinya. Walau tubuh mungil Indonesia selalu mengandalkan kecepatan tentu saja itu sangat menguras fisik, terlebih lagi bila body player tidak mempunyai massa otot yang mumpuni sekali senggol bisa jatuh tidak dapat melindungi bola dari lawan. Begitu juga pengaturan tempo sering naik-turun tidak stabil karena seringnya berfikir bahwa pertahanan yang baik itu menyerang, maka tak heran banyak winger cepat yang doyan menyerang hingga bek pun terkadang overlap karena permainan di liga Indonesia adalah terus menyerang, menyerang, dan menyerang.



Maka sudah pasti 45 menit di babak kedua fisik mereka sudah kehabisan bensin, disinilah kekalahan sudah di depan mata karena permainan lebih mengandalkan umpan lambung yang membuat striker berlari bak kesetanan, transisi menyerang ke bertahan pun seperti tak rapih karena tidak adanya pemahaman taktik yang mumpuni. Bila tim yang berada di level dunia mereka sedang bertahan tanpa menguasai bola selama 5 menit, strategi yang mereka lakukan yang utama ialah tetap bertahan, sehingga menutup celah pemain lawan untuk menyerang. Namun di liga Indonesia permainan seperti terbuka, tim yang bertahan cenderung bermain kasar untuk merebut bola dan kembali menyerang seakan akan tak ada hari esok.

Inilah perbedaan yang sangat mencolok mengapa permainan Indonesia tidak bisa bicara banyak di kancah sepakbola dunia, karena minimnya pengetahuan taktik dalam permainan sepakbola.



Nah bagaimana nih pendapat agan dan sista semua, silahkan komentar, beri TS cendol, follow, rate bintang 5, dan tentu juga jangan lupa share and like karena semua itu gratis !! 

:nyantai

c4punk@2019

Gambar google
referensi

GIF