Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
DULU EMAK PROTES HARGA TELUR, KINI EMAK JUAL SENJATA


"Itu sesuatu yang tidak masuk akal. Mana ada emak-emak yang demo bawa senjata"

Mereka berduyun-duyun datang ke depan Istana Merdeka, Jakarta, bersenjatakan panci penggorengan, serok, telenan, dan sendok. Para ibu-ibu yang mengaku bergabung dalam organisasi Barisan Emak-emak Militan (BEM) itu menyambangi Istana pada pertengahan Juli 2018 lalu. Mereka tentu tak bermaksud pamer kelihaian di dapur, tapi mereka berniat memprotes kenaikan harga bahan-bahan pokok.

"Permintaan kita, sembako, urusan dapur tolong diturunkan. Bagaimanapun diturunkan," Fifi Soeprapto, koordinator protes emak-emak itu, berorasi dari atas mobil, dikutip CNN Indonesia. Menurut Fifi, sudah banyak sekali harga bahan pokok yang naik. Terbaru, kata Fifi adalah kenaikan harga telur. “Dari Rp 21.000 sekarang Rp 35.000. Bahkan emak-emak, saking mahalnya terpaksa beli telur yang pecah. Kalau pecah kan kumannya banyak, banyak penyakit."

Tuntutan emak-emak bersenjata panci ini tak main-main. Mereka menilai, pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah gagal, sehingga semestinya Jokowi mengundurkan diri. “Mundur lebih bijaksana, daripada dimundurkan oleh rakyat," kata Fifi. Tak cukup sekali Fifi dan teman-temannya menggelar protes kepada Jokowi.


Satu setengah bulan kemudian, Fifi dan BEM-nya, ‘menyerbu’ Komisi Pemilihan Umum. Saat itu, bukan lagi urusan telur yang dipersoalkan, meski tuntutannya masih sama. Emak-emak ini menuntut Jokowi mundur sebagai Presiden setelah maju sebagai Calon Presiden untuk Pemilihan Presiden 2019. "Presiden harus mundur karena sudah jadi capres. Mundur lebih terhormat demi menyelamatkan demokrasi," ujar koordinator aksi Tri Erniyanti dalam orasinya.

Setelah berbulan-bulan jarang muncul, kini Fifi kembali jadi sumber berita. Bukan lagi karena urusan dapur, tapi urusan yang sungguh gawat : penjualan senapan ilegal. Yang lebih gawat lagi, konon menurut polisi, Fifi alias Asmaizulfi Moerwanto Soeprapto ini, terkait dengan kelompok yang berencana membunuh empat pejabat penting di negeri ini yakni Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen Gregorius ‘Gories’ Mere.

Satu lagi sasaran yang akan dibunuh adalah salah seorang pengelola lembaga survei swasta yang juga membuat quick count atau penghitungan cepat hasil pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Kelima tokoh ini rencananya akan dieksekusi pada saat aksi Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) di depan Gedung Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) pada tanggal 22 Mei 2019 lalu. Bagaimana Fifi, dari koordinator protes soal telur bisa tersangkut kelompok berbahaya ini?

Rencana pembunuhan terungkap setelah polisi menangkap dan menetapkan enam tersangka terkait kerusuhan 22 Mei lalu. Mereka adalah HK alias Iwan, AZ, IR, TJ, AD dan AF alias Fifi. Kini keenam orang itu sudah ditetapkan sebagai tersangka dugaan rencana pembunuhan tersebut. Menurut Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, nama kelima tokoh ini diketahui dari keterangan para tersangka yang telah dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Bukan lagi berdasarkan informasi intelijen.

Si HK ini hanya menerima orderan saja untuk membunuh empat tokoh nasional dan satu tokoh lembaga survei, sudah itu saja'
Selain berencana membunuh para tokoh, mereka juga berencana melakukan penembakan pada massa aksi GNKR yang berakhir rusuh pekan lalu. “Kenapa tokoh-tokoh tersebut disasar menjadi target pembunuhan, itu yang memberikan order langsung aktor intelektualnya, langsung kepada HK. HK ini sebagai leader di lapangan,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo kepada detikX di ruang kerjanya, kemarin.

Siapa nama aktor intelektual ini, kata Dedi, belum bisa disebutkan identitasnya dengan jelas, karena masih dalam upaya penangkapan. Bila aktor intelektual itu sudah ditangkap dan diperiksa, baru akan diketahui secara jelas alasan yang bersangkutan memilih kelima target tersebut. Juga akan baru ketahuan siapa penyandang dana dan alur kerja kelompok tersebut.

“Si HK ini hanya menerima orderan saja untuk membunuh empat tokoh nasional dan satu tokoh lembaga survei, sudah itu saja. ‘Kamu melakukan survei lokasi, kamu siapkan perencanaan untuk eksekutornya’,” ujar Dedi, menirukan hasil keterangan dari pemeriksaan terhadap HK.

Dedi menjelaskan, rencana pembunuhan ini sudah terendus oleh intelijen kepolisian sejak bulan Oktober 2018 silam. Hanya saja, polisi belum bisa mengetahu secara jelas kelompok itu akan bermain pada tahapan-tahapan Pemilu 2019 di mana saja. HK sebagai pemimpin lapangan diperintahkan mencari senjata api sekaligus eksekutornya. Ia juga memimpin tim turun dalam aksi GNKR pada tanggal 21 Mei.

HK membawa satu pucuk senjata api revolver Taurus kaliber 38 dan membawa uang sebesar Rp 150 juta. Sementara AZ bertugas mencari eksekutor sekaligus merangkap sebagai eksekutor. Ada dua orang lagi yang dia rekrut. Yang pertama adalah IR, mantan prajurit TNI Angkatan Darat. Dia sudah menerima uang muka sebesar Rp 5 juta. Satu lagi yang direkrut sebagai eksekutor adalah TJ. Mantan prajurit baret ungu alias Korps Marinir TNI Angkatan Laut ini membawa dua senjata laras pendek dan panjang kaliber 22 dan sudah menerima uang Rp 55 juta.

“Hasil tes urin TJ ini positif menggunakan narkoba jenis Methaphetamine dan Amphetamine,” ujar Dedi lagi. Ada dua orang yang diduga berperan sebagai penyedia senjata yaitu AD dan Fifi. AD menjual tiga pucuk senjata api laras panjang dan pendek jenis Mayer pada Maret lalu kepada HK. Hasil tes urine AD juga positif menggunakan narkoba jenis Amphetamine, Methaphetamine dan Benzodiazepin. AF alias Fifi tersangkut dalam kelompok ini sebagai pemilik dan penjual senjata ilegal jenis Taurus. Ia menjual senjata api jenis revolver tersebut seharga Rp 50 juta pada Oktober tahun lalu kepada HK.

Kelompok HK ini, menurut Dedi, berbeda dengan kelompok penyelundupan senjata api laras panjang jenis M4 Carbine yang dilakukan oleh mantan Komandan Jenderal Koppasus TNI AD, Mayor Jenderal (Purn.) Soenarko. Kasus Soenarko dan Praka BP ditangani Pusat Polisi Militer TNI. “Yang jelas ini masih didalami dulu, menunggu upaya paksa terhadap otak intelektualnya,” kata Dedi.

Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferry Mursyidan Baldan merasa aneh dengan penangkapan AF alias Fifi yang yang dituduh memiliki dan menjual senjata ilegal, apalagi berkonspirasi untuk membunuh sejumlah tokoh nasional. Ia membenarkan, bila Fifi sempat menjadi relawan pemenangan Prabowo-Sandiaga hingga hari pemungutan suara tanggal 17 April lalu.

Beberapa bulan lalu, nama Asmaizulfi Moerwanto memang sempat disebut-sebut sebagai Ketua Umum Gerakan Emak-Emak Peduli Rakyat (Gempar). Organisasi yang berkantor di Jalan Rawa Badak Barat No. 2, Koja, Jakarta Utara, ini didirikan pada November 2018. Di antara tokoh yang ada dalam daftar pengurus Gempar antara lain Habib Muchsin Alattas, mantan Ketua Umum DPP Front Pembela Islam dan Japto Seorjasoemarno, tokoh Pemuda Pancasila. Gempar turut aktif mengkampanyekan pasangan Prabowo-Sandiaga selama menjelang Pemilihan Presiden 2019.

Orientasi kami adalah mengamankan keselamatan negara. Soal nyawa di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Organisasi relawan seperti Gempar, menurut Ferry, sifatnya tak resmi dan tak memiliki hubungan struktural ke BPN. Ferry juga mengaku tak ingat apakah pernah bertemu dengan Fifi. Tapi dia tak percaya Fifi terlibat kelompok yang berencana membunuh Wiranto, Luhut, Budi Gunawan, dan Gories. “Makanya saya bilang jadi berlebihan, ini norak banget…Itu sesuatu yang tidak masuk akal. Mana ada emak-emak yang demo bawa senjata. Itu nggak masuk akal bener,” kata Ferry.

Seandainya Fifi diputus bersalah oleh pengadilan dalam perkara itu dan dijebloskan ke penjara, maka dia senasib dengan suaminya, Mayor Jenderal (purnawirawan) Moerwanto Soeprapto. Pada Oktober 2014, Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Tinggi dan menghukum mantan Sekretaris Jenderal Departemen Sosial dan Ketua Yayasan Citra Handadari Utama itu penjara selama empat tahun dalam kasus korupsi pengelolaan Gedung Cawang Kencana. Selama berada dalam penjara Sukamiskin, Bandung, salah satu orang yang membesuk Jenderal Moerwanto adalah Habib Muchsin Alattas. Saat kasus Jenderal Moerwanto bergulir, Habib Muchsin memang turut mendampingi Fifi.

Menko Polhukam Wiranto mengatakan rencana pembunuhan itu merupakan upaya memberikan rasa takut kepada pejabat negara agar menjadi lemah. Ia mengaku tetap akan bekerja keras dan tetap menyerahkan diri kepada Tuhan. “Biarpun ada ancaman pembunuhan, ya kita semua tetap bekerja keras sesuai dengan prosedur. Orientasi kami adalah mengamankan keselamatan negara. Soal nyawa di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT,” ujar Wiranto di kantornya, beberapa hari lalu.

Reporter: Ibad Durrahman, Gresnia Arela
Redaktur/Penulis: M. Rizal
Editor: Sapto

sumber

^×^ ^×^ ^×^ ^×^ ^×^

Ternyata orang yang sama. Dulu demo bawa panci. Sekarang demo tapi dibelakang jual senjata.

Coba tarik benang merahnya dari tulisan yang di bold. Akan terlihat jelas alurnya.

Terlalu militan tanpa berpikir panjang.


ekaputra19
eja2112
ngejleb
ngejleb dan 5 lainnya memberi reputasi
6
3.6K
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan