Gambar; Fb

Oleh mahbubah mahmud

Purnama telah berlalu. Pendarnya telah pergi mengiring waktu. Tanggal berapakah ini? Kiranya engkau hampir beranjak pergi.

Di sini aku termangu, bersama puranika yang memoles bibirnya di ufuk timur dengan gincu jingga. Berhias, siap menjejak langkah menuju pujaannya.

Aku tergeragap. Penuh cemas, padamu yang mengulum senyum tanpa peduli lagi, apakah aku merintih atau mengadu pilu.

Kini engkau semakin menyipit. Lengkungmu selarik demi selarik luruh. Membungkam mulutku yang sering kali lancang mecegahmu, sedang aku tak pernah sungguh-sungguh menemanimu.

Layakkah kuucap maaf? Di segenap waktu yang kau hadirkan untukku, namun hanya sebaris senyum dan siulan kecil yang mendesis menyusup manja, penuh alibi dan pengabaian sebagai balasan.

Lihatlah, saf-saf makin merapat. Tikar-tikar banyak sudah yang tergulung. Riuh persendian gemeretak menyela takbir di langgar-langgar menghiasi malam-demi-malam.

Mushaf-mushaf yang lembarannya telah pipih memucat. Telah duduk rapi di rak-rak tepian tiang. Bersiap semedi saat Ramadhan pergi.

Aku malu memintamu untuk menunggu. Kutahu cahyamu takkan pernah berjeda dan berhenti. Meninggalkan semua enggan dan malasku. Lalai dan lengahku.

Hanya sesal membayang. Melingkari hati dengan senandung sunyi. Akankah bertemu dengan Ramadhan lagi.

*****

Rindu
Mahbubah

Pada orang-orang yang pergi
Entah kita inginkan atau tidak
Yang pernah mengisi ruang di hati
Pada bait-bait kenang di waktu silam

Saat roda waktu menggelinding
Mengikuti arah yang telah tertuju
Terus melaju bersama ikrar yang pernah tersemat di mula hari
Melampiaskan hasrat yang sempat tersendat

Ada sekeping rindu yang begitu saja menyemat
Meresahkan sejumput rongga jiwa saat hampir melupa
Membuka kembali kenang mengelebat
Berjajar rapi menanti usiknya hati

Menoreh pilu pada ruang sebelah kiri
Menuntut untuk membuka lembaran kusam
Sebuah potret dengan warna yang semua abu-abu
Pulang menuju keabadian

Ingatan basah oleh rerintik hujan di sore sendu
Cengkerama dan celoteh manja
Mengharap cuilan manis cemilan
Yang tertata indah di sudut senyum


********

Di Pusara

Ramadhan ini aku pulang
Membawa sepenuh rindu yang menggelayut. Untuk sepasang mahkota yang telah pergi, memenuhi janji yang telah terpatri.

Ramadhan ini aku di sini.
Membawa sekeranjang bunga dan ribuan doa
Bersimpuh di hadapan sepasang pusara
Dengan rasa yang tak dapat diungkap kata

Ayah, Bunda
Tak dapat bibir berucap lagi
Selain kerinduan yang tak henti mengetuk hati
Terbayang masa indah yang terlewati
Selama hari-hari membersamai

Ada sejuta cinta nan suci
Berbaring di pusara indah ini
Tenanglah di tempat ayah bunda
Kan kukirim selalu untaian doa

Surabaya 28 Mei 2019