Film yang mengangkat mafia sebagai alur ceritanya menempatkan tokoh antagonis dan protagonis dalam area abu-abu. Don Corleone tak bisa disebut tokoh antagonis karena ia menunjukan kasih sayang yang mendalam pada anggota keluarga intinya, juga pada teman-temannya. Namun ia juga bukan tokoh protagonis yang memberikan belas kasihannya pada semua musuh-musuhnya.

Don Corleone yang menjadi sentral dari semua film The Godfather ini, adalah gambaran dari Don sejati yang masih mengadaptasi warisan mafia 1930-an. Ia bisa mewarisi kerajaannya pada penerus-penerusnya dengan masih mengadaptasi nilai-nilai lama yang sejalan dengan perubahan waktu. Film itu termasuk salah satu film bernafaskan organisasi kriminal yang terbaik.  Bersama Goodfellas atau Scarface dan beberapa judul lainnya, mengukuhkan sub genre ini.



Sebuah film mafia/gangster yang baik biasanya berisikan berbagai kandungan masalah di dalamnya. Sisi drama tak pernah dilupakan oleh pembuatnya, begitu juga adegan laga penuh dengan kekerasan dan komedi satire-nya bisa membuat orang tersenyum.

Namun dalam menggarap film-film gangster ini, pembuatnya terlihat sangat berhati-hati. Mereka sepertinya tak ingin menjadi target ‘penyingkiran’ oleh organisasi-organisasi yang tak kasat mata itu. Gangster-gangster tersebut biasanya mengelompokan diri dalam komunitas sewarna, seperti Irlandia, Yahudi dan yang paling terkenal adalah Italia-Amerika, saat ini ditambahkan dengan mafia Rusia. Seperti film Scarface: The Shame of Nation, harus mengalami perubahan judul untuk menghindari hal tersebut. Di samping menghindarkan diri pula dari mengelu-elukan komunitas gangster.

Ketika banyak film gangster yang menyandingkannya dengan genre lain berikut berbagai koridor aturan tak tertulis. The Godfather I tampil dengan gamblang menggambarkan kehidupan gangster. Baik tentang keluarga, dirinya dan aktifitas kriminal yang tak terdeteksi hamba hukum. Plot yang sudah lama terbangun sejak tahun 1930-an, kemudian berubah dalam film ini. Sebelum film ini ada, gangster digambarkan sangat spirituil dan mencintai keluarganya. Mereka dideskripsikan tak mengingkari hal itu.

Biasanya film-film gangster yang bagus memasukan banyak permasalahan di dalamnya. Tengok saja film Scarface yang merupakan produk permasalahan tahun 1980-an. Kemudian Once Upon A Time in America adalah tentang masa kecil, persahabatan, nostalgia dan balas dendam. Atau Goodfellas yang sangat tipikal pada masa pemerintahan Ronald Reagan yang memuluskan jalan para yuppies yang tamak. Juga City of God yang memperlihatkan kekerasan dan keburatalan dunia gangster sangat nyata.



Pembuat film Eropa seperti Visconti membuat Rocco and His Brothers, kemudian sineas Perancis Godard menggarap A Bout De Souffle, kedua orang ini sangat mengidolakan Bogart. Lalu Melville membuat Bob Le Flambeur yang memiliki warna film-film tradisional Amerika. Dari Inggris muncul film-film seperti Brighton Rock, Get Carter yang dibuat versi Hollywoodnya, The Long Good Friday dan Sexy Beast. Sedangkan sutradara asal Inggris, John Boorman, membuat salah satu film gangster Amerika terbaik, Point Blank.

Film Bonnie and Clyde (1967) garapan Arthur Penn tak hanya tampil sebagai film gangster saja. Namun ia membuat film yang membuat standar baru dalam pembuatan film yang berisikan kekerasan dan kebrutalan. Film yang dibintangi oleh Faye Dunaway dan Warren Beatty ini, sedikit banyak mempengaruhi film Natural Born Killers yang dibawakan oleh Juliette Lewis dan Woody Harrellson.

Saat ini gangster/mafia tak hanya tampil dalam film dan literatur bacaan lainnya. Melainkan sudah jauh lebih modern lagi, video game. Seperti video game Mafia tentang perang antar dua keluarga. Lalu beberapa video game lainnya; ‘Grand Theft Auto III’, ‘Grand Theft Auto: Vice City’, ‘Grand Theft Auto: San Andreas’, ‘Grand Theft Auto: Liberty City Stories’ dan ‘Saint’s Row’.