Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

erina79purbaAvatar border
TS
erina79purba
Bersamamu Geng Motor Aku Tinggalkan
[SFTH] Catatan Rahasia di Balik Hijrah


Sumber gambar Kaskus.com


Sumber gambar Pixabay



Quote:


Quote:

Aku seorang anak yang bisa dibilang bandallah pada saat itu. Berulangkali aku dapat surat peringatan dari sekolah.

Surat peringatan pertama yang kulakukan adalah berani memalsukan tanda tangan guru. Saat itu aku dan kedua temanku mencuri surat izin keluar dari guru piket. Surat izin itu kami gandakan( fotocopy)
Guru piket hari itu Bu Sukma, kami memalsukan tanda tangannya. Ternyata kejadian ini berbuntut panjang, hingga surat panggilan orang tua.

Keesokan harinya aku dipanggil oleh wali kelas ke ruang guru. Wali kelasku tergolong guru killer. Suaranya bila marah seantero kelas kedengaran, lebai ya, emang kenyataannya. Namanya Bu Erni, badan agak gemuk, rambut keriting, wajahnya tergolong cantik bila marah matanya melotot membuat kami kadang merasa ngeri bila ibu itu marah.

Aku belum kenalan ya, namaku Alvin Hermansyah kelas X-1.
Wali kelasnya Erni Armiya.

"Alvin ke ruang guru sebentar," pagi-pagi baru juga sampai masih di depan pintu Bu Erni sudah memanggilku.

"Iya Bu, saya menaroh tas dulu bolehkah Bu?" aku mulai tidak tenang mengingat kejadian kemarin kami memalsukan tanda tangan.

"Kamu tahu apa salahmu," Bu Erni langsung ke pokok permasalahan begitu aku duduk di hadapannya di ruang guru.

Aku tertunduk saja.
"Jawab Ibu! Jangan diam jika ditanya," suara Bu Erni mulai meninggi.

"Iya Bu, saya kemarin izin pulang sakit perut, aku masih berusaha mencari alasan.

"Jawab yang jujur!" Baru masuk aja sudah cari masalah," Bu Erni masih melanjutkan amarahnya.

"I..i..ya Bu, maafkan saya, kami kemarin pulang bertiga."

"Siapa saja orangnya?" Bu Erni masih melotot memarahiku.

Aku masih berusaha menutupi kelakuan kami kemarin tapi melihat mata Bu Erni membuat hatiku ciut.

"Kami... Saya, Nuko kelas X-3 dan Amri kelas X-2." Aku akhirnya menceritakan kenakalan kami kemarin yang telah memalsukan tanda tangan. Bu Erni menyuruhku pulang sekolah menjumpainya untuk memberikan surat panggilan kepada orang tua dengan ancaman jika tidak sampai ke orang tua, awas hati- hati , Bu Erni langsung telepon ke orangtuaku.

Tidak hanya itu saja kenakalanku, di kelas juga aku sering mengambil pulpen dan barang-barang lain yang berhubungan dengan alat-alat belajar bahkan LKS pun pernah aku ganti namanya. Teman- temanku yah seperti biasa pasti deh ngadu ke guru.

Aku kena SP lagi, dalam setahun ini orang tua ada lima kali datang menghadap Bu guru membuat surat perjanjian.
Peringatan terakhir bila aku sering absen dan tidak mengurangi kenakalan bersiap tinggal kelas.

Aku berusaha baik mengingat sebentar lagi naik kelas.

***
Lumayan nasib mujur aku naik kelas tapi penuh dengan catatan jika tiga bulan tidak ada perubahan akan dikembalikan ke kelas X.

Tiga bulan berlalu aku memang tidak mencari masalah, tapi di kelas tetap saja aku curang. Aku tidak pernah beli pulpen serasa milik sendiri punya teman ambil saja jika tidak ada orangnya.
Kenakalan yang kulakukan di kelas XI di luar sekolah.

Aku ikutan geng motor, sampai setiap Sabtu kami jalan ke puncak. Pulangnya Minggu malam jam sebelas malam baru sampai rumah.
Orang tuaku sudah bosan mengingatkan aku, agar tidak pergi dengan geng motor.

Aku tidak menghiraukan mereka. Hingga suatu hari handphoneku di sita Bu Erni. Bu Erni saat itu hanya guru mengajar dan piket. Tapi tetap saja fatal. Handphone di sita seminggu. Aku berusaha datang ke rumahnya kebetulan di belakang sekolah, Bu Erni dengan entengnya menjawab urusan di sekolah jangan di bawa ke rumah.
Aku pulang tanpa membawa apa-apa.

"Bagaimana handphonemu dapat?" Kata Ibu sesampaiku di rumah.
"Tidak dikasih Bu, Ibu sih tidak telepon Bu Erni." Ujarku kecewa.

"Nanti sore kami mau berangkat ke puncak Bu, handphone itu perlu untuk menghubungi teman-temanku."

"Makanya kamu tidak usah ikutan geng motor lagi," ujar Ibu lagi.

"Ah Ibu selalu saja menghalangiku."
"Iya nak, geng motor itu berbahaya. Bagaimana jika nanti kamu jatuh." Ujar ibu lagi.

"Tidak bakalan Bu, aku pasti hati-hati kan sudah sering hampir tiap minggu trek-trekan," ujarku lagi.

"Ibu dan Bapak khawatir nak," ibu masih berusaha membujukku tapi aku tetap pergi walaupun tanpa handphone.

Padahal ibu sudah menelepon Bu Erni agar memberikan handphone itu, tapi ibu Erni tetap saja urusan sekolah ya di sekolah.
Aku nekat pergi walaupun sudah dilarang ibu dan ayah. Ayah jarang sih di rumah, dia sibuk di bengkel. Jadi tadi pagi aku sudah izin. Ayah hanya bilang hati-hati.

Di puncak aku dan teman-teman geng motor mulai melaksanakan aksi ngebut- ngebutan memamerkan kelincahan masing- masing. Hingga aku terjatuh tapi untung hanya luka memar di kaki dan tanganku ketindihan motor.

Sehingga keesokan harinya aku tidak sekolah gara-gara kaki dan tanganku sakit.
Aku tetap tidak kapok, hal yang sama sering kulakukan sehingga aku sering absen jika hari Senin.
Surat peringatan dapat lagi mengenai kehadiran dan nilai- nilaiku anjlok, delapan mata pelajaran tidak tuntas rapot tengah semester. Aku dinasehati wali kelas ku agar berikutnya diusahakan mengejar nilai- nilai yang tertinggal.
Ibu hanya menangis saja, jika di panggil ke sekolah.
Aku merasa bersalah juga sih, tapi itu hanya sebentar jika di hadapan guru dan ibu.

Hingga suatu hari, kelas kami kedatangan murid baru. Aku terpesona melihat senyuman dan tatapan matanya menusuk jantungku. Jantungku berdebar kencang bila mataku menatap wajahnya.
Dia gadis manis dan cantik dengan kepala dihiasi jilbab. Namanya Rohimah.

Aku berusaha mendekatinya, setiap hari aku datang pagi agar bisa berduaan dengannya.
Rohimah ternyata dulunya aktif di ROHIS, sekarang dia tetap melanjutkan kegiatannya. Aku merasa minder tapi tetap berusaha mendekatinya. Rohimah ramah kepada siapapun membuat aku mudah mendekatinya.

Teman-temanku mengolok-olok, jangan dekat- dekat Alvin nanti kamu dijadikan geng motor.
Kharisma Rohimah membuat aku tak bisa melupakan wajahnya barang sedetik pun.
Nilai positif dari Rohimah menular kepadaku.
Aku mulai mengikuti Kegiatan ROHIS, ternyata cukup menyenangkan. Sedikit demi sedikit kelakuanku mulai berubah.
Rohimah malah kadang mengajakku ke panti asuhan yang dekat rumahnya.
Sebenarnya Rohimah anak orang kaya tapi kelakuannya sehari-hari tidak menunjukkan tanda-tanda dia anak orang kaya.

Aku jadi malu pada diriku selama ini, menuntut terus pada orang tua, jika tidak dipenuhi aku berontak dan mengancam tidak sekolah lagi.
Rohimah mengajarkan aku hidup, orang tuanya juga rajin melakukan sedekah kepada orang miskin dan yatim piatu.

Aku merasa nyaman bersama Rohimah. Kehidupanku yang urakan lambat laun mulai berubah ke arah positif.
Aku mulai mengejar ketinggalan tugas-tugas pelajaran. Bersama Rohimah aku mulai bisa melupakan masa lalu yang sangat menyusahkan orang tua.

Guru-guru merasa aneh melihat perubahanku, semua tugas- tugas selalu kukerjakan dengan benar.
Lewat Rohimah Allah merubahku ke jalan yang benar.
Sampai kelulusan kami, aku masih bersama Rohimah dan berjanji tetap bersama walaupun kami nanti berjauhan. Rohimah melanjutkan kuliahnya di Universitas Negeri Malang. Dan aku melanjutkan kuliah di Universitas Gunadarma yang ada di Jakarta.

Hubungan kami berlanjut sampai sekarang, dan aku tetap berjanji selalu di jalan yang lurus walaupun Rohimah jauh dariku.

Tamat
Sekian dulu agan dan sista, terima kasih.
Diubah oleh erina79purba 10-05-2019 15:06
anasabila
muhammadafdal15
Kurohige410
Kurohige410 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
3.8K
104
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan