Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

istijabahAvatar border
TS
istijabah
Pengkhianatan Membawa Hijrah




Sumber foto: pinterest


Quote:



"Nak, kenapa minta uang lagi? apa yang bapak kirim minggu kemarin sudah habis?" Suara bapak terdengar menyebalkan di telingaku. Minggu kemarin bapak memang sudah mengirim uang untuk kebutuhanku sebulan.

"Sudah habis, Pak," balasku dengan malas. Terdengar helaan napas di seberang sana.

"Buat apa, Nak? panen kali ini gagal, kamu jangan boros, pintar-pintarlah menggunakan uang. Setelah ini kebutuhan kuliahmu akan tambah banyak." Bapak mulai menasehati.

"Aku beli handphone baru, Pak. Jadi uangnya habis," terangku sambil memasang sepatu dengan gawai yang masih tertempel ditelinga diapit bahu.

"Bukannya handphone kamu masih bagus, kenapa beli lagi?!" tanyanya kaget.

"Itu sudah ketinggalan zaman, Pak. Malu aku sama teman-teman." Aku mulai merajuk, kalau sudah begini biasanya bapak langsung luluh.

"Ya Allah, Nak! cuma karena handphone ketinggalan zaman kamu malu, malu itu kalau berbuat dosa, Nak." Bapak memulai ceramahnya yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Tak guna.

Dentuman musik semakin malam semakin Cumiakkan telinga, dance floor semakin penuh sesak dikunjungi, tubuh-tubuh meliuk-liuk mengikuti musik yang dimainkan
DJ.

Cinta. Cinta yang membuatku juga berada diantara mereka di tempat ini, tertawa bersama orang terkasih. Sesekali bercumbu di sela liukan tubuh yang semakin menggila, aku artikan ini pembuktian cinta.

Aku, Salma Hikmatul Azkia putri dari seorang petani di desa terpencil yang menginginkan perubahan masa depan untuk anak gadisnya. Orang tua mengirimku ke kota untuk melanjutkan kuliah, agar kehidupanku kelak tak seperti mereka.

Namun, saat memasuki semester lima, aku terjatuh dalam pesona seorang kakak senior di almamater yang sama. Aku jatuh cinta dan rasaku tersambut, niat yang semula tersusun rapi menjadi berantakan, aku terjatuh dalam buaian cinta semu.

Rendy Alvaro, lelaki tampan dengan tubuh tinggi sempurna. Lelaki kaya yang mudah bergaul dengan siapa saja, baik sesama senior ataupun juniornya. Lelaki yang senyumannya membuat para gadis semakin jatuh dalam pesonanya, tak terkecuali aku.
_________

Varo, lelaki yang hidupnya penuh kebebasan, termasuk pergaulan bebas. Aku yang kini telah menjadi budak cinta pun masuk dalam dunianya. Berkumpul dengan teman-temannya sampai pagi, keluar masuk diskotik, bahkan kadang pulang dalam keadaan mabuk.

"Ayolah, Sayang, cicipi yang ini, kau akan merasakan surga dunia, kita akan terbang melayang, semuanya akan menjadi ringan," bujuk Varo mengarahkan botol kaca kecil yang berisi asap dan ada semacam sedotan di pinggirnya. Mereka menyebutnya Bong.

"Tidak, Sayang. Kalau ini aku tidak bisa," Kukecup pipinya untuk membuatnya tak memaksaku lagi. Dia mendengus dan pergi dari hadapanku, kembali berkumpul bersama teman-temannya menikmati asap yang mereka bilang asap surga. Aku hanya melihat mereka dari kursi tunggal yang kududuki di sudut ruangan ini.

Untuk mencoba hal itu aku masih bisa berpikir waras, sewaras aku mempertahankan keperawananku. Varo sering memberi minuman yang membuatku mabuk, berharap semuanya akan berakhir di atas kasur, tapi tubuhku mempunyai pengendalian yang kuat terhadap alkohol. Hingga tak sampai membuatku tak sadarkan diri, seperti yang diharapkan lelaki itu.

Cinta membuatku buta, cinta membuatku lemah, cinta membuatku terjerumus dalam lembah dosa. Semakin dalam dan semakin dalam lagi. Entah di hari yang keberapa, dibujukan yang berapa kali, akhirnya aku pun menghirup asap surga itu. Tak tahu diberapa hirupan, aku mulai merasakan aneh pada tubuh, detak jantungku terpacu cepat.

"Bawa aku pulang, Sayang," ajakku pada lelaki berkulit putih yang juga sedang melakukan hal yang sama denganku.

"Kita belum selesai, Sayang," ucapnya setelah jauh dari tempat tadi. Tangannya terangkat mengelus pipiku.

"Tapi, aku mau pulang!" ketusku. Detak jantungku semakin cepat seperti berontak ingin keluar.

"Baiklah kita pulang." Varo terlihat menyeringai. Terlihat pancaran kesenangan dalam matanya.
_________

Dua bulan sudah dari kejadian di malam mencoba barang itu, semuanya baik-baik saja. Aku tidak kecanduan, itu sangat kusyukuri. Varo masih sering merayu untuk mencoba lagi, tapi aku tolak, mengingat efek setelah mencobanya, membuatku takut.

Aku tak sadar apa yang terjadi pada tubuhku, Nina menceritakan semuanya. Nina adalah teman satu kontrakan, kita patungan biar bayarnya lebih hemat. Dia sudah seperti saudara bagiku.

"Kamu gila, Kia! kalau kamu kecanduan bagaimana?!" serunya setelah kuceritakan kejadian malam itu.

"Entahlah, aku cuma tak mau Varo kecewa sama aku," jawabku melihat langit yang dipenuhi bintang dari jendela kamar.

"Kamu telah di perbudak cinta, Kia. Sadar lah!" Nina orang teguh pada prinsip, gadis ceriwis tapi bisa galak di waktu tertentu ini tak mau berurusan dengan yang namanya cinta sebelum menyelesaikan studinya.
________

Rindu menggema menantikan kekasih yang tak kunjung datang. Dua minggu Varo tak kudapati di kampus ataupun di tempat dia berkumpul bersama teman-temannya. Rasa khawatir mulai merayapi hati, bagaimana jika dia meninggalkanku? sedang banyak harapan yang telah kugantungkan padanya.

Benar, di minggu ketiga saat kudatangi lagi tempatnya berkumpul, ada pemandangan yang membuat segumpal darah di dalam sini terasa tercabik. Lelaki yang beberapa minggu tak terlihat, di sana di sudut ruangan temaram ini sedang bercumbu dengan seorang gadis yang lebih muda dariku. Dia hanya tersenyum mengejek saat kuhampiri, tak ada rasa bersalah.

"Tak usah menangis, kau tak berguna untukku," bisiknya sebelum pergi melewatiku yang sudah berkaca-kaca bersama gadis muda itu.
_________

Tidak ada Varo, tidak ada diskotik, tidak ada dugem, tidak ada kampus, yang ada hanya aku dengan mata yang bengkak dan kamar yang berantakan. Tiga hari ini aku hanya mengurung diri di kamar, menangis menyesali semua kebodohanku.

Nina yang sudah putus asa membujukku hanya bisa mengomel sambil memunguti baju dan buku yang berserakan di kamar tiga kali tiga ini.

"Begini nih kenapa aku gak mau berurusan dengan cinta, kalau sudah putus bikin mewek, kayak orang gila," ucapnya sambil memasukkan baju-bajuku ke tempat kotor.

" Sudah gak usah dipikirin, tata kembali saja niatmu ke kota ini untuk apa," katanya duduk di depanku. Gadis kurus ramping itu membenarkan tatanan kerudungnya.

"Aku harus bagaimana?" tanyaku putus asa.

"Kamu harus menjadi Kia yang lebih baik dari yang terbaik," balas Nina menggenggam tanganku menyalurkan semangat.

Quote:




Kata-kata itu menjadi penyemangatku untuk kembali ke jalan yang benar.

Satu hal yang baru kuketahui tentang Varo, dia adalah bandar barang yang pernah kucicipi waktu itu. Dia gagal membuatku masuk dalam dunianya dan menjadi partnernya, akhirnya dia meninggalkanku.

Nina banyak membantu proses hijrahku, membimbing perlahan-lahan keluar dari kesesatan yang menjanjikan kebahagiaan semu. Nina juga sering mengajakku berkumpul bersama teman-teman aktivis dakwahnya.


Quote:



Seringnya berkumpul bersama mereka membuatku tertarik dan masuk dalam aktivis dakwah, banyak ilmu baru yang kudapati. Banyak pembekalan yang kuterima untuk menjadi muslimah yang baik, kumulai hijrah dengan menutup aurat yang selama ini terumbar.

Sungguh kebodohan yang pernah kulakukan membuatku sangat malu pada Allah, membuatku sangat berdosa pada ke dua orangtua yang sudah bersusah payah berjuang untuk kebaikan masa depanku.

Bagaimana kecewanya mereka, andai tahu apa yang selama ini kulakukan di sini.

Maafkan aku bapak, maafkan aku ibu, akan kubuktikan setiap tetesan bulir keringatmu tidaklah sia-sia.

Akan kutebus waktu yang terbuang percuma itu dengan kesuksesan.

"Kia, ayo! di masjid sudah adzan, ntar ketinggalan tarawih," teriak Nina dari luar kamar.

"Iya, ini aku sudah siap," balasku menyusap bulir-bulir bening yang tak terasa sudah membanjiri pipiku.

Ramadhan kali ini aku merasa terlahir kembali, semuanya terasa ringan, beban yang selama ini membuat gelisah sirna.

Robbi terima kasih atas kesempatan ini, tanpamu apalah artinya aku. Semoga aku selalu bisa Istiqomah dalam menggapai surgamu.
Diubah oleh istijabah 12-05-2019 22:19
lina.wh
hvzalf
anasabila
anasabila dan 16 lainnya memberi reputasi
15
2.8K
76
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan