fancewAvatar border
TS
fancew
Pengalaman Backpacking ke Singapura: Udah Pernah ke Tiong Bahru Belum Gan?
“Para penumpang yang terhormat, sesaat lagi kita akan mendarat di Changi International Airport Singapura, perbedaan waktu antara Singapura dan Jakarta adalah 1 jam.”

Ah nggak terasa ternyata sebentar lagi pesawatnya udah mau mendarat. Trip kali ini ane jalan bareng temen ane yang baru pertama kali ke Singapura, sedangkan ini perjalanan ke-5 ane ke Singapura. Negara ini emang se-ngangenin itu dan bikin ane pengen balik lagi.

Kalau trip sebelumnya ane dedikasikan buat wisata kuliner dan pastinya ke Universal Studios Singapore, trip kali ini ane dedikasikan buat belajar sedikit tentang budaya dan sejarah Singapura. Jujur ane emang penasaran banget dengan perkembangan Singapura yang semakin modern, tiap ke sini selalu aja ada yang baru-baru tapi justru makin memudahkan ane sebagai backpacker.
Katanya…..

Singapura mahal!

Kalau kita bisa siasati, nggak bakalan terasa mahal kok. Contohnya trip ane kali ini, ane dapat tiket promo si merah PP Jkt-Singapura Rp1,1juta. Ane nginep di hostel yang semalamnya cuma 15SGD (Rp150ribuan) dan lokasinya deket sama 2 stasiun MRT. Colek ane kalo mau tau nama hostelnya ya! #bukanpromo

Tips hemat di Singapura dari ane:

1. Sarapan di hostel, biar kenyang jadi nggak bakal kelaparan saat memulai aktivitas.

2. Bawa tumbler! Selain bisa isi air di hostel, Singapura juga banyak menyediakan air siap minum gratis jadi pas lihat tempat refillnya, minumlah sisa air agan dan langsung isi botol. #hiduphemat

3. Cari tempat tujuan yang gratis tapi tetap dapat banyak hal.

Balik lagi ke tujuan awal ane ke sini, ane emang pengen tau lebih banyak tentang budaya dan sejarah Singapura. Setelah riset aka browsing sana sini, ane memutuskan buat ke kawasan Tiong Bahru. Belom pernah dengar? Makanya baca thread ane sampai habis ya!

Memulai perjalanan dari kawasan Lavender, ane naik MRT sampai ke Tiong Bahru Station. Dari stasiunnya, kita bisa menentukan rute mau keliling ke mana aja di Tiong Bahru.

Ane cerita sedikit ya gan, Tiong Bahru ini adalah pemukiman tertua di Singapura dan nama Tiong Bahru berasal dari kata Tiong yang berarti pemakaman dan Bahru yang artinya baru. Iya, dulunya kawasan ini adalah pemakaman tapi sekarang udah jadi kawasan pemukiman yang asri dan damai, bahkan nggak terasa kalau dulunya adalah kawasan pemakaman.

FYI: Tiong Bahru adalah kawasan pertama yang punya Community Center dan poliklinik di Singapura!

Jelajah Tiong Bahru versi ane dimulai dari Tiong Bahru Bakery

Pagi itu emang ane sengaja nggak mau makan demi mencicipi croissant di Tiong Bahru Bakery yang terkenal banget. Ane memutuskan buat pesan almond croissant dan hot chocolate. Harganya? Agak mahal buat hot chocolate-nya tapi almond croissant sama kayak di kedai kopi di Jakarta. Rasanya? Berkali lipat enaknya! First stop to fuel the tummy-engine~

Selain terkenal dengan heritage trail, Tiong Bahru juga punya murals bernuansa budaya

(kiri dan tengah) ‘Pasar & Fortune Teller’ murals—Blk 73, Eng Watt Street dan (kanan) ‘Bird Singing Corner’ murals—Blk 71, Seng Poh Lane. Foto: Dok. Pribadi

Sepanjang menuju ke Heritage Trails, kita bisa menjumpai berbagai murals yang dibuat oleh Yip Yew Chong, pelukis mural asli Singapura. Ada 3 mural yang dilukis Yip yakni bertema Pasar&Fortune Teller, Home, dan Bird Corner. Dalam trip ane kali ini, ane hanya sempat menyinggahi Pasar & Fortune Teller dan Bird Corner Murals.


Foto: Dok. Pribadi

Mural pertama bertema bird singing competitionyang emang jadi kegiatan mingguan bapak-bapak di kawasan ini dulunya. Sedangkan di mural kedua menampilkan Tiong Bahru Market di masa keemasannya mulai dari kedai yang menjual laksa, curry mee, dan juga ada fortune teller yang dulu sering ada di pinggir jalan. Lewat murals ini kita diajak menyelami Singapura 40 tahun lalu.

Bukan hanya murals, suasana asri dengan gang-gang kawasan perumahan Singapura ini berbeda banget dengan Singapura yang sangat modern.


Tangga spiral yang Instagenic di kawasan pemukiman warga Tiong Bahru. Foto: Dok. Pribadi

Sepanjang ane menyusuri kawasan pemukiman ini, bangunannya punya gaya arsitektur campuran antara Nanyang style, Art Modernedengan Art Deco yang populer di tahun 1930-an dan tangga spiral yang berada di luar gedung. Biasanya juga bangunannya nggak lebih dari 5 lantai, dengan atap yang unik dan dibangun oleh Perusahaan Rumah Susun (Housing and Development Board) di tahun 1960-an.

Akhirnya sampai juga ke kawasan Heritage Trail...


Depan Flock Cafe, #01-25 Tiong Bahru Estate, 78 Moh Guan Terrace. Foto: Dok. Pribadi

Rute Tiong Bahru Heritage Trail ini didesain sepanjang 2,5 km yang bisa kita susuri satu persatu. Ada total 10 titik yang bisa kita datangi dan tiap titiknya akan ada landmark kayak gini. Mulai dari gedung yang punya arsitektur unik sampai ke pasar yang punya makna penting buat orang lokal Singapura.

Mendatangi Horse-Shoe Block, blok terbesar di Tiong Bahru

 

Blok terbesar di Singapura, #01-25 Tiong Bahru Estate, 78 Moh Guan Terrace. Foto: Dok. Pribadi
Ini tempat dalam daftar Heritage Trail yang ane datangi. Coba deh perhatiin bentuk bangunan ini gansist, bentuknya kayak sepatu kuda makanya Block 78 ini disebut Horse-Shoe Block. Lokasinya di Moh Guan Terrace dan Guan Chuan Street yang dibangun antara tahun 1939-1940.

Ada 2 keunikan blok flat terbesar di Tiong Bahru ini, yang pertama posisinya di antara Moh Guan Terrace dan Guan Chuan Street dan kedua di bagian Guan Chuan Street ini sebenernya ada shelter yang dibangun untuk berlindung saat serangan udara waktu jaman perang dulu. Jadi di bangunannya ada lantai basement yang disamarkan jadi area bermain. Pintu masuknya ada di depan kedai kopi di antara 41 dan 43 Guan Chuan Street. Jadi saat sirene dibunyikan, pintu menuju shelter akan terbuka dan muncul tangga. Kayak di film-film ya?

Berdansa bersama Dancing Girl Sculpture


Foto: Dok. Pribadi

Nggak jauh dari Block 78, ada Seng Poh Garden dan Dancing Girl Sculpture yang juga masuk dalam Tiong Bahru Heritage Trail. Pada tahun 1972, pemahat asal Sarawak, Lim Nang Seng merancang patung Dancing Girl yang sekarang ada di tengah taman yang asri ini. Lim Nang Seng adalah pemahat yang juga membuat Merlion (yang sekarang jadi simbol Singapura dan wajib banget buat first-timer) di tahun yang sama.

Community Centre pertama di Singapura, ya di Tiong Bahru!

 

Community Centre di 67A Eu Chin St. Foto: Dok. Pribadi-roots.sg

Seperti yang udah ane bilang di atas, Tiong Bahru ini adalah kawasan pertama yang punya community centre di Singapura. Setelah perang berakhir, tepatnya pada bulan Juli 1948 tercetuslah ide untuk membentuk sebuah community centre untuk warganya. Namun, rencana ini baru dilaksanakan 3 tahun kemudian, tepatnya bulan Juli 1951 dan masih bertahan sampai sekarang, bahkan tempat ini sering menggelar pemutaran film, tari-tarian, dan juga hiburan lainnya buat para member serta warga lokal.

Fun fact: Tiong Bahru Community Centre di Eu Chin Street yang dibangun tahun 1951 ini sebenarnya adalah shelter perlindungan dari serangan udara saat perang dulu yang diubah jadi sebuah tempat multifungsi sampai sekarang.

Setelah Perang Dunia II, seperti ini arsitektur di Tiong Bahru

 

Foto: Dok. Pribadi

Setelah Perang Dunia II, dibangunlah beberapa blok perumahan berupa flat 4 lantai pada tahun 1948-1954, yang sampai sekarang bangunannya masih berdiri di sekitar Lim Liak Road. Dari desain bangunannya, terlihat modern di eranya namun tetap fungsional.

 

Foto: Dok. Pribadi

Selain desain, beberapa fitur khas dari bangunan ini adalah five-foot-ways dan tangga spiral yang sekarang justru terlihat Instagenic. Bukan hanya Instagenic, penerapan tangga spiral di luar bangunan utama ini ternyata bertujuan untuk keselamatan saat ada kebakaran, juga membuat hemat tempat.

Perut terasa lapar, langkahkan kaki ke pusatnya makanan di Tiong Bahru Market


Foto: Dok. Pribadi

Nggak terasa hari beranjak siang dan perut semakin lapar nih gansist. Ane emang nggak menyusuri semua titik di Heritage Trail karena keterbatasan waktu ane di sana. Ini dia tujuan terakhir yang ane datangi dalam Heritage Trail yakni Tiong Bahru Market.

Dulunya, Tiong Bahru Market ini bernama Seng Poh Market, yang mana dibangun pada tahun 1950 di lokasi yang sama dengan Tiong Bahru Market saat ini. Hingga pada tahun 2004, Seng Poh Market yang juga pasar basah ini mulai direnovas jadi Tiong Bahru Market. Bangunan berlantai 2 yang jauh dari ciri-ciri pasar basah di sini.

Foto: Dok. Pribadi

Awalnya ane keliling-keliling di lantai satunya, seperti layaknya pasar basah ada yang jualan sayur, buah, daging, ikan dan banyak lagi. Tempatnya bersih dan rapi kayak di pasar swalayan cuma nggak ada AC-nya.


Foto: Dok. Pribadi

Sedangkan di lantai duanya adalah food center di mana lebih dari 80 kedai makan ada di sini. Kalo agan seneng wisata kuliner, food center ini masuk dalam berbagai rekomendasi makan loh karena banyak pedagang kedai yang udah mulai berdagang sejak puluhan tahun lalu, bahkan ada yang dari tahun 1950-an!


Foto: Dok. Pribadi

Pilihan ane jatuhkan ke mixed chicken ricedi Tiong Bahru Hainanese Chicken Rice yang ternyata masuk dalam daftar Michelin Guide plus coffee-c. Ternyata porsinya jumbo karena ane pesan yang campur roasted dan steamed chicken rice (SGD5). Sumpah enak banget, ayamnya tender dan nasinya juga enak. Pas nulis ini ane langsung kebayang rasanya pengen lagi.


Cwee Khwee super enak di Tiong Bahru Market. Foto: Daniel’s Food Diary

Selain makan berat, ada banyak pilihan cemilan yang dijual di sini, salah satunya adalah Cwee Khwee! Kue yang terbuat dari tepung beras ini cocok banget buat sarapan atau juga camilan.  ? Di Tiong Bahru Market, coba deh di lantai 2 ada kedai namanya Jian Bo Shui Kueh yang udah ada sejak tahun 1958. Rasanya gurih dan manis gitu gan, wanginya juga menggoda banget. Buat harganya seporsi SGD2.5, nggak begitu mahal kan? Kedai ini juga udah masuk dalam list  rekomendasi Michelin Guide. Ohya gan, budaya di sini tiap makan kita harus kembalikan nampan dan bekas makan kita ke tempat yang udah disediakan ya. Jangan ditinggal begitu aja.


Murals di Tiong Bahru Market. Foto: Dok. Pribadi

Selain makan dan jajan plus keliling pasar, di sini ternyata ada murals super lucu bisa jadi OOTD pas lagi ke pasar. Menurut ane, Tiong Bahru Market ini harus banget dikunjungi agan yang datang ke Singapura!

Masih ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi dalam daftar Tiong Bahru Heritage Trail, di antaranya Bird Corner and Former Hu Lu Temple dan Pre-War Architecture of Tiong Bahru. Ane jelasin aja di sini ya gan, yang mana harus agan kunjungi saat ke Singapura.

Suasana di Bird Corner tempo dulu. Foto: Flickr/shinjiandlain

Persimpangan antara Seng Poh Road dan Tiong Bahru Road ini bisa dibilang yang paling penting se-Tiong Bahru. Selain untuk sembahyang ke kuil atau nongkrong sambil minum kopi dan mendengarkan kicauan burung. Dulunya, ada toko burung yang sering menggantung kandang burungnya di luar toko sampai terdengarlah kicauan burung yang menarik orang lewat.


Bird Corner saat ini di area Link Hotel. Foto: Tripzilla

Saking ramenya, ada pemilik kedai kopi tradisional yang membuat tempat gantungan burung di depan kedainya buat orang-orang yang mau bawa burung peliharaannya jadi nggak bikin macet jalanan. Namun di tahun 2003, ada renovasi untuk mengubah flat jadi Link Hotel, sehingga bird corner yang original itu ditutup dan di tahun 2008, pemilik hotel memutuskan buat membuka kembali bird corner ini yang bisa kita lihat sekarang. Di samping toko burung ini dulunya ada kuil bernama Hu Lu Mio yang udah ada sejak tahun 1909 dan dikembangkan tahun 1918. Namun, di tahun 2006 tanah di kuil ini dijual oleh pemiliknya dan diruntuhkan hingga sekarang menjadi Nostalgia Hotel.


Bangunan arsitektur pre-war di Blocks 81 and 82 Tiong Poh Road. Foto: Tripzilla

Selain itu, agan juga bisa mengunjungi bangunan Pre-War Architecture of Tiong Bahru, yang seperti namanya dibangun pada masa sebelum Perang Dunia II. Dengan mengusung gaya Streamline Moderne, bangunan di sini didesain menyerupai fitur aerodinamik seperti mobil, kereta, dan juga pesawat. Karakternya adalah clean, ujung melengkung dan membulat, serta beratap rata. Salah satunya di block 81 dan 82 di Tiong Poh Road dikenal orang-orang tua dahulu sebagai "flat pesawat" karena terlihat seperti sayap pesawat dari kejauhan. Selain itu, mereka juga menggunakan batu bata di balkonnya tanpa dicat lagi.

Selain belajar budaya Singapura lewat sejarah, Tiong Bahru juga dikenal dengan kawasan yang hipster dan artsy. Terbukti dengan menjamurnya beberapa kafe lokal yang hipster, salah satunya Tiong Bahru Bakery yang ane datangi gan. Selain itu, juga ada beberapa kedai kopi lain yang bisa agan kunjungi untuk bersantai sejenak sambil berkeliling di sini.

Percayalah, kamu nggak akan rugi dalam belajar kebudayaan dan juga sejarah.It can be fun--and it’s FREE!

So, kapan kita ke Tiong Bahru, gan?


Diubah oleh fancew 28-03-2019 09:50
3
8.2K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan