Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

VitaArkanaAvatar border
TS
VitaArkana
Gadis Kunyit Asam
Kumpulan Cerpen Vita

Si Gadis Kunyit Asam


Sumber : gambar dari google

Pagi merona, mentari baru saja menyembul dari balik awan di sisi timur.

Tampak Siti, gadis manis kuning Langsat berambut legam panjang anak dari Mbok Lan, tukang jamu gendong paling populer seantero kampung Ciranjang, sibuk menata botol-botol beling yang penuh berisi cairan jamu ke dalam bakul atau lazim nya di sebut tenggok di Jawa.

Dengan cekatan Siti menata tiap botol, hingga tenggok pun penuh dan teratur. Tak lupa sebuah termos kecil berisi air panas dan tiga buah gelas ukuran sedang turut dimasukan. Kemudahan Siti bergegas mengambil sebuah ember plastik kecil diisi air bersih setengahnya. Itulah perlengkapan Mbok Lan untuk berjualan jamu keliling.

Hidup di perantauan jauh dari kampung halaman di Wonogiri membuat kehidupan Mbok Lan harus survive. Sebagai single parent karena ditinggal kimpoi lagi oleh mantan suaminya, membentuk jiwa dan fisik Mbok Lan menjadi kuat.

Siti adalah anak semata wayangnya. Gadis kelas 3 SMK yang tinggal hitungan hari lagi untuk menerima kelulusannya.
Siti dari kecil sudah terbiasa membantu ibunya untuk menyiapkan jamu-jamu tersebut. Membeli bahan, membersikan bahkan sampai meraciknya pun Siti sudah sangat hafal. Dari pukul 03.00 pagi dia sudah sibuk membantu Mbok Lan di dapur meracik jamu-jamu untuk kemudian dijajakan keliling kampung.

"Bu, jamunya udah siap nih, udah siang Siti mau siap-siap ke sekolah." Siti berkata sambil menyodorkan tenggok pada Mbok Lan.

"Ya, Nduk. Simpan saja di atas meja. Kamu mandi terus sarapan ya."

"Ya, Bu. Ohya ini telur ayam kampung pesanan Pak Yadi udah Siti masukin ke tenggok juga."

Mbok Lan berangkat menjajakan jamu gendongnya dari pagi. Sementara Siti bergegas untuk berangkat ke sekolah.
Mbok Lan menyusuri jalan dan gang di kampung Ciranjang, terkadang dia sengaja ke kampung sebelah sekadar untuk mendatangi langganan jamu nya. Termasuk Pak Yadi yang memesan telur ayam kampung sebagai tambahan jamu untuk penambah stamina katanya.
Pak Yadi dan istrinya adalah langganan setia mbok Lan, hampir seminggu dua kali mereka selalu memesan jamu plus telur ayam kampung.

Sebagai seorang penjual jamu, tak jarang Mbok Lan digoda oleh laki-laki yang dia lewati. Meskipun usianya baru menginjak kepala 4, body semok dan kencangnya cukup membuat orang yang memandang terkesima. Wajahnya belum menampakkan keriput dan kusam. Masih kencang seperti Siti anaknya. Hanya saja pada beberapa bagian tubuhnya yang terlihat menonjol. Bahkan terlihat menantang meskipun baju yang dipakainya longgar. Mbok Lan tak pernah menggubris pandangan orang lain. Bagi dia kondisi tubuhnya yang terlihat menantang tersebut menjadi media promosi untuk produk jamunya. Sangat meyakinkan bukan, bodi semok Mbok Lan didapat karena rutin meminum jamu racikannya.

"Wah, Mbok Lan makin lama makin segar aja." puji Pak Yadi saat Mbok Lan datang dan meracik jamu pesanannya.

Mbok Lan hanya tersenyum tak membalas. Tangannya sibuk mengaduk jamu dengan kuning telur ayam kampung mentahnya.

"Mbok, anakmu udah gede, apa ga minat cari suami lagi." Pak Yadi mulai menggoda Mbok Lan.

"Engga Pak, sayanya udah seneng begini saja. Mau ngurus anak saja."

"Anaknya udah gede ga perlu diurus, kalau nanti ketemu jodoh dan nikah, terus Mbok Lan sama siapa?"

"Ya gak apa-apa Pak. Biar aja sendiri, saya ga minat cari suami lagi."

"Nanti kesepian lho. Ga ada yang nemenin tidur." Goda Pak Yadi semakin menjadi.

"Emang Bapak mau nemenin tidur?" Tiba-tiba Bu Yadi datang menghampiri pak Yadi dan Mbok Lan. Pak Yadi kaget, wajahnya memerah dan nafasnya mendadak tak teratur.

"Ga usah digagas ya, Mbok, laki-laki emang suka goda gitu." Kata Bu Yadi pada Mbok Lan.

"Inggih, Bu," jawab Mbok Lan singkat.

Mbok Lan terkekeh melihat tingkah pak Yadi.

"Ya ga gitu tho, Bu. Bapak kan ada Ibu yang nemenin," jawab Pak Yadi gugup.

"Laki-laki sukanya gitu ya, Mbok, pinter ngerayu," timpal Bu Yadi.

"Wah, Bu. Udah biasa saya digodain. Tapi Pak Yadi kan punya Ibu yang cantik dan aduhai."

Seketika wajah Bu Yadi berbinar setelah dipuji oleh Mbok Lan. Kemudian dia berkedip-kedip manja ke suaminya, Pak Yadi yang masih terlihat salah tingkah kepergok godain Mbok Lan.

"Sini Mbok, buatin saya jamu galian singset sama rapet wangi pakai kuning telur ayam kampung juga biar staminanya oke," pinta Bu Yadi.

"Wahhhh siap, Bu, saya bikinin. Jamu saya dijamin cespleng."

Kemudian kedua wanita itu tertawa bersama, sementara Pak Yadi wajahnya merah padam.

Mbok Lan kembali berkeliling kampung, tiap pagi dia menjajakan jamunya dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 10.00. Kemudian sore hari dia akan kembali jualan sehabis ashar sampai menjelang magrib.

Siang menjelang saat Mbok Lan pulang dari berjualan. Sesudah istirahat, dia kemudian ke dapur untuk memasak makan siang untuk dia dan anaknya. Sembari masak, dia membersihkan botol sisa jualan jamunya untuk kemudian akan diisi kembali saat berjualan sore.

Sesekali dia melihat bakal jamunya yang sudah dipersiapkan oleh Siti sedari subuh tadi.

Sebagai penjual jamu, Mbok Lan seminggu sekali belanja bahan-bahan untuk jamunya.

Menjelang subuh seperti biasanya Mbok Lan dan Siti sibuk meracik jamu di dapur. Kunyit, temulawak, jahe, kencur, asam bahkan sampai bratawali pun sudah disiapkan. Beberapa lembar daun sirih pun siap direbus untuk bahan jamu. Sibuk mengaduk bahan yg sudah dihaluskan, Siti bertanya pada ibunya, "Bu, kenapa banyak perempuan suka minum jamu kunyit asam?"

"Kunyit asam bagus untuk perempuan, Nduk. Bisa membersihkan rahim dari sisa-sisa darah haid, menghilangkan bau badan, terus bisa bikin singset." Jelas Mbok Lan sambil memasukkan sejumput gula merah ke dalam ramuan kunyitnya.

"Berarti ga bagus buat ibu hamil ya, Bu."

"Lha iya, bisa-bisa calon jabang bayinya ikut keluar. Tapi ga semua orang sih, ada beberapa yang hamil tapi masih minum kunyit asam tapi sehat aja."

"Kemarin Siti lihat mbak Sumarni minum kunyit asam sama apa itu yang di botol ijo, Bu?'

"Oh itu ramuan jamu untuk mengeringkan kandungan, isinya daun temu kunci, kunyit, kencur, daun sirih sama air kapur sirih."

"Biasanya yang udah nikah tapi mau KB make ramuan tradisional suka minum ramuan ini."

"Tapi hasilnya tiap orang ga sama, kuasanya Gusti Allah, mau minum apapun kalau harus hamil ya hamil aja."

Siti manggut-manggut mendengar cerita Mbok Lan.

"Bu, Siti boleh nyicip kunyit asamnya, ga?"

"Oh boleh, Nduk. Bagus buat perempuan lho."

Siti kemudian mengambil satu gelas besar jamu kunyit asam bikinan ibunya.
Sejak saat itu Siti rajin dan rutin meminum jamu kunyit asam.

Lama kelamaan mbok Lan curiga dengan kebiasaan Siti yang suka minum jamu kunyit asam. Bukan karena khasiatnya, namun Mbok Lan pernah melihat Siti mencampur jamu untuk pengering kandungan yang ada di botol warna hijau ke dalam larutan Kunyit Asam. Setahu Mbok Lan ramuan itu biasa diminum bagi perempuan yang sudah menikah untuk menghindari kehamilan.

Campur aduk pikiran Mbok Lan. Hingga akhirnya suatu sore mbok Lan memancing pembicaraan dengan Siti.

"Nduk, koq akhir-akhir ini ibu lihat kamu nyampur jamu kunyit asam sama jamu yang di botol ijo itu, kamu kan masih gadis, ga bagus lho."

"Cuma sekali koq Bu, Siti cuma penasaran aja sama rasanya." Jawab Siti sambil tersenyum kecut.

"Tapi lain kali ga usah dicampur, ya Nduk, ibu kuatir sama rahim mu nanti."

"Iya, Bu. Jangan kuatir. Siti cuma nyobain sekali aja."

"Yowes, oya gimana sekolahmu? Bukannya sudah beres ujian kelulusan."

"Udah Bu. Tinggal nunggu hasilnya aja. Doain mudah-mudahan lulus dan bagus nilainya."

"Pasti Nduk. Doa ibu untukmu selalu, maaf ya tadi ibu agak berpikir yang aneh-aneh masalah anggur jamu tadi."

"Siti ngerti Bu. Ini Bu, Siti mau bantuin ibu jualan jamu keliling boleh ya."

Mbok Lan kaget mendengar niatan Siti untuk membantunya berjualan jamu.

"Jangan Nduk, biar ibu saja, ibu pengen kamu lanjutin sekolah ke perguruan tinggi. Lagipula jualan jamu banyak resikonya."

"Kalau kuliah kan butuh biaya banyak. Biar Siti ikut jualan buat nambah biaya kuliah. Siti ga tega lihat ibu banting tulang sendiri."

"Boleh ya Bu. Siti jualan sore dulu."

Akhirnya Mbok Lan tak bisa menolak rengekan anak semata wayangnya untuk membantunya berjualan. Memang benar untuk orang seperti mereka biaya kuliah sangatlah mahal.


Siti mulai berjualan keliling, menjajakan jamu buatan Mbok Lan. Semakin hari Siti semakin luwes berjualan. Orang-orang sudah mengenal Siti sebagai anak Mbok Lan, penjual jamu gendong yang terkenal di kampung Ciranjang. Semua pelanggan Mbok Lan terlihat puas dengan Siti, mereka mulai menyamakan Siti dengan Mbok Lan. Ibu dan anak yang sama-sama lihai meracik jamu dan sama-sama mempunyai body menarik dan menantang.

Suatu hari Mbok Lan menyuruh Siti untuk ke rumah langganan mereka di kampung sebelah, keluarga Pak Yadi. Tak lupa membawa beberapa butir telur ayam kampung untuk diambil kuningnya sebagai salah satu bahan jamu. Namun Siti menolak keras untuk pergi ke sana.

Pernah sekali Siti pergi ke rumah pak Yadi dan digoda olehnya membuat Siti trauma. Bagi Siti, pak Yadi terlalu genit dan banyak menggodanya. Apalagi Bu Yadi, selalu senewen padanya. Mungkin karena Siti masih muda dan terlihat segar.

Mbok Lan tak bisa memaksa Siti, melihat anak gadisnya itu begitu ketakutan tatkala disebut nama Pak Yadi. Mbok Lan menyadari jika memang kelakuan Pak Yadi terkadang kelewatan.

Suatu siang saat Mbok Lan pulang berjualan jamu gendong nya, dia mendapati rumahnya sepi. Seharusnya ada Siti pikir Mbok Lan, karena Siti udah lulus SMK sejak seminggu yang lalu. Setelah meletakkan tenggok berisi botol kosong di meja dapur, Mbok Lan berjalan ke kamar mandi hendak membersihkan diri. Sambil memanggil nama anaknya. Mbok Lan menengok sejenak ke tempat biasa dia meracik jamu. Didapatinya botol jamu yang berwarna hijau sudah berkurang isinya, seperti ada yang meminumnya. Padahal seharusnya botol itu masih penuh untuk di jual sore hari.

"Oalah Siti, ini anak pasti penasaran minum ini lagi. Dasar anak sekarang dibilang jangan minum malah ngeyel." Gerutu Mbok Lan sambil berjalan ke arah kamar mandi.

Pintu kamar mandi tertutup saat Mbok Lan hendak masuk ke dalamnya.

"Sit, Siti... Kamu di dalam, tho," tanya Mbok Lan. Namun tak ada jawaban dari dalam kamar mandi.

Mbok Lan kembali memanggil anaknya. Namun tak ada yang menjawab. Semakin kaget penasaran dan khawatir, Mbok Lan mendorong pintu kamar mandi.

Tangis mbok Lan pecah melihat apa yang ada di dalam kamar mandi. Siti jatuh terduduk dengan kaki selonjor dan dari balik kedua pahanya keluar darah berwarna kehitam-hitaman. Sementara wajah Siti memucat, bibirnya membiru, namun matanya masih terbuka menandakan dia masih sadar. Bibirnya terlihat bergetar seperti hendak berkata-kata

"Ya Allah Siti... Apa yang terjadi, Nduk !" Jerit Mbok Lan seraya memeluk Siti. Mbok Lan berupaya mengangkat tubuh Siti namun tenaganya tak kuat melakukannya. Segera Mbok Lan berlari keluar mencari bantuan. Dia berteriak bagai kesetanan pada setiap orang yang lewat. Beruntung hari itu siang, banyak tetangga dan orang yang lalu lalang di depan rumahnya.

Secepatnya Siti dibawa ke puskesmas terdekat. Ditangani oleh dokter jaga dan perawat. Saat Siti di dalam ruangan periksa, Mbok Lan duduk di kursi tunggu pasien di beranda puskesmas. Pikirannya berkecamuk, entah kenapa perasaan tak enak terus menghantuinya meski sekarang Siti sudah ditangani oleh ahlinya. Bayangan darah kehitaman yang keluar dari kemaluan Siti erat menempel di pelupuk matanya.

'semoga hanya perasaanku saja, ya Allah.'
Berkali-kali Mbok Lan menenangkan diri dengan banyak berdzikir dan istighfar. Berulang kali Mbok Lan berusaha menghilangkan pikiran buruk itu, hingga seorang perawat memanggilnya untuk bertemu dengan dokter.

Mbok Lan duduk di kursi dihadapan dokter Kania, dokter yang baru saja memberi pertolongan pada Siti.

"Mbok, maaf sebelumnya saya mau tanya. Anak Mbok Lan ini sudah menikah apa belum?"

"Be-belum Bu dokter, Siti baru lulus SMK belum menikah," jawab Mbok Lan terbata-bata.

Nafasnya tercekat mendengar pertanyaan dari Bu dokter. Mbok Lan tahu ke arah mana pembicaraan mereka itu.

Dokter Kania terdiam, dahinya mengernyit, memandang wajah Mbok Lan. Berat rasanya untuk menjelaskan pada Mbok Lan apa yang terjadi pada Siti.

"Mbok, saya harap Mbok Lan kuat, ya."

Mbok Lan terisak mendengar perkataan dokter Kania. Air matanya mengalir dari ujung matanya.

"Ada apa sama Siti Bu dokter? Siti kenapa?"

"Siti... Siti keguguran, Mbok."
Seketika tangis Mbok Lan pecah. Dia meraung-raung di hadapan dokter Kania. Berulang kali nama Siti disebut. Dokter Kania dan perawat berusaha menenangkan Mbok Lan yang semakin histeris.

Dokter Kania membawa Mbok Lan keluar dari ruangan itu agar tidak menggangu Siti yang masih tergolek lemah.

Diluar ruangan itu, Mbok Lan meracau tak jelas. Menyesalkan apa yang telah terjadi pada anaknya.

"Yang sabar ya Mbok, sebaiknya tunggu Siti membaik baru bisa ditanya. Kasian, sepertinya Siti juga agak terpukul dengan kejadian ini."

"Iya, Bu dokter, saya cuma ga habis pikir kenapa bisa Siti kaya gini. Siti anak baik, ga pernah membantah, selalu nurut sama saya."

"Iya Mbok, sekarang yang penting biar Siti sehat dulu. Kondisinya belum stabil, cuma sepertinya janin yang keguguran itu baru beberapa minggu saja usianya. Makanya bisa keluar sendiri seperti haid biasa."

Siti menginap beberapa hari di puskesmas dan Mbok Lan setia menemani anak semata wayangnya itu. Tak sedikitpun menampakkan kecewa dan sedih di wajah Mbok Lan. Seluruh luapan emosinya dia simpan rapi di dalam hatinya.

Setelah kondisi semakin membaik, Siti pun pulang ke rumah. Kasak kusuk dari tetangga mulai bermunculan, namun Mbok Lan selalu menjawab tiap pertanyaan dari tetangga dengan tenang, Siti kurang darah karena haid dan jatuh di kamar mandi. Begitu yang Mbok Lan jawab jika ada yang bertanya perihal Siti. Meski tiap ada yang bertanya, hatinya terasa sakit bagai tertombak berkali-kali.

***

"Siti, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu Nduk. Siapa yang melakukannya sama kamu?" Desak Mbok Lan.

Siti terisak, kemudian dia memeluk kaki Mbok Lan dan bersimpuh di kaki ibunya.
"Ampuni Siti, Bu, Siti salah. Tapi Siti ga sengaja, Bu. Siti dipaksa."

"Astaghfirullah... Kenapa ga bilang dari sebelumnya, Nduk."

"Siti ga tau akan kayak gini. Siti ga ngerti, Bu. Siti takut Ibu marah."

"Ibu ga akan marah kalau kamu jujur, Nduk. Ibu merasa gagal jagain kamu," Mbok Lan menangis. Lalu duduk dihadapan Siti, kedua ibu dan anak itu menangis berpelukan.

"Maaf kan Siti, Bu. Siti pikir bisa menyelesaikan masalah ini sendiri. Siti minum jamu di botol ijo itu dicampur kunyit asam, Siti ga nyangka akan kaya gini."

"Nduk... Kenapa kamu berpikiran gitu, itu sama aja kamu membunuh, terus kesehatanmu terancam. Nduk."

"Maaf Bu, maafin Siti,"

"Jamu itu bukan buat menggugurkan kandungan. Bukan pula buat perempuan yang belum menikah sama kamu. Apalagi kamu campur-campur seenaknya."

"Jamu itu akan sangat bermanfaat jika diminum sesuai porsinya masing-masing. Apa manfaatnya dan berapa takarannya juga ada."

"Seperti hidup ini, Nduk. Kita berjuang sesuai dengan kemampuan kita, menjalani kehidupan sesuai dengan yang digariskan, karena apa yang kita alami sudah diatur, seperti halnya rejeki."

"Nduk, dari kecil ibu mendidikmu untuk jadi wanita mulia, menjaga kehormatan dan tidak tergantung pada orang lain."

"Ibu sangat kecewa dengan hal ini, tapi ibu punya keyakinan kalau semua ini bukan sepenuhnya salah kamu."

"Ibu...."

"Ceritakanlah, Nduk. Jangan takut ibu marah."

"Waktu itu pertama kali ibu nyuruh Siti ke rumah Pak Yadi mengantar jamu dan telur ayam kampung."

"Pak Yadi pelakunya?"

Siti menangis tergugu, meraung-raung menyebut nama itu. Bagai tersambar petir, Mbok Lan merasa hatinya hancur. Pak Yadi langganan jamunya yang selalu meminta tambahan telur ayam kampung ternyata telah menodai anaknya. Bagai bumerang yang dia terima. Kegenitan dan kebiasaan Pak Yadi menggodanya telah memakan korban anaknya sendiri. Namun nasi sudah menjadi bubur, semua sudah terlanjur. Tak ada gunanya meratapi semua. Mau menuntut pun tak ada buktinya.
Yang harus mbok Lan lakukan adalah menemani Siti melewati masa sulit dan traumanya. Kembali menjajakan jamu tanpa kembali ke kampung sebelah tempat tinggal lelaki keparat itu.

Berjualan jamu dengan langkah perih, biar dia saja yang mengalami kegetiran hidup, bukan Siti.

Mbok Lan kemudian memberi jamu kunyit asam pada Siti, untuk membersihkan rahimnya. Jamu kunyit asam tanpa campuran jamu dari botol hijau.
Diubah oleh VitaArkana 01-04-2019 15:18
masnukho
anasabila
pulaukapok
pulaukapok dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.6K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan