Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

astian.rachmanAvatar border
TS
astian.rachman
Creepy Stories
Kisah-kisah misteri dan menyeramkan

Hidangan Untuk Suami Tercinta




Matahari telah tenggelam sempurna saat suamiku tercinta datang. Aku menyambutnya dengan senyum setelah hampir sebulan ini mengacuhkannya.




“Ma, kamu sudah ga marah?” tanyanya dengan wajah sumringah.


“Iya, Pa. Mama ga marah lagi,” jawabku sambil menyunggingkan senyum manis.


“Makasih, Ma. Papa janji ga bakalan mengulangi kesalahan Papa. Papa ga bakalan ketemu lagi sama Sri, Yanti, Sansan, apalagi Erum, sumpah!” Suamiku mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V.


“Iya, Pa. Mama percaya kok. Sekarang, Papa

minum kopi dulu, ya?” Aku memberikan secangkir kopi yang masih mengepul.


“Ma … i-ini ga pake sinida kan, Ma?” Suamiku menatapku dengan pandangan curiga.


“Hahaha … jangan lebay, deh Pa. Ini bukan sinetron drama tv,” jawabku sambil meneguk kopi yang tadi kuberikan pada suamiku.


“Sekarang percaya, kan?” Ucapku sambil kembali memberikan kopi itu pada suamiku yang terlihat tersenyum lega.


“Sekarang, kita makan yuk ….” Anakku sambil menggandeng tangannya menuju meja makan.


“Ini spesial buat Papa,” ucapku sambil mendekatkan semangkuk sup ke hadapannya yang segera di santainya tanpa ragu.


“Tambah lagi?” tanyaku saat sup di mangkuk itu telah habis.


Aku segera menuangkan kembali hidangan spesial itu ke dalam mangkuk suamiku. Kembali dilahapnya sup itu dengan wajah ceria.


“Papah senang Mama sudah ga marah lagi.” Suamiku mendorong mangkuk sup yang telah kosong.


“Eh, kenapa Mama ga ikut makan? Jangan-jangan ….” Wajah suamiku sedikit memucat saat menyadari aku tak menyentuh sedikitpun makanan yang ada di piringku.


“Ya, ampuun … sudah deh Pah! Jangan lebay ahh ….” Tawaku tak dapat ku tahan saat melihat ekspresi suamiku yang terlihat ketakutan.


“Mama lagi malas makan daging-dagingan. Papah kan tahu, kalo Mamah jarang makan malam,” ucapku sambil menyambar sebuah apel dari piring buah.


“Gimana? Supnya enak kan?” tanyaku sambil mengunyah apel berwarna merah itu dengan nikmat.


“Enak, Mah. Mamah memang pintar memasak,” jawab suamiku terlihat sedikit lega saat aku mencicipi sedikit sup yang masih tersisa, meski hanya kuahnya saja.


“Papah ga tanya ini sup apa ….” aku mengaduk-aduk mangkuk sup itu dengan sendok bergagang sedikit lebih panjang dari sendok makan.


“Itu sup daging, kan, Mah?” tanya suamiku sambil memperhatikan mangkuk sup yang tak henti ku aduk.


“Iya, sup daging. Menurut Papah, ini daging apa?” Aku menaruh sendok sup dan melipat tanganku diatas meja.


Suamiku terlihat berpikir, seperti sedang mengingat-ingat sesuatu. Keningnya terlihat berkerut, sampai-sampai alis tebalnya saling bertaut tanda dia sedang berpikir keras.


“Ini sepertinya daging kambing, Mah ….” ucapnya tak yakin.


“Tapi, kayaknya terlalu lembut buat tekstur daging. Ini jeroan, ya Ma?” tanya suamiku sambil memperhatikan mangkuk sup yang masih tersisa setengahnya.


“Papah pinter, deh. Itu memang bukan daging Pah,” ucapku sambil tersenyum manis.


“Jadi ini jeroan? Apa ini mah? Paru-paru, hati atau ….”


“Jantung, Pah,” potongku cepat.


“Jantung?” tanya suamiku terheran-heran.


“Iya, spesial buat Papah, sebagai tanda cinta dari orang yang sangat-sangat mencintai Papah,” aku tersenyum lagi,


Aku melangkah ke dapur, mengambil sebuah benda pipih persegi berwarna silver dan menaruhnya diatas meja.


“Mah, i-itu … itu hape punya siapa?” tangan suamiku dengan suara tergagap dan wajah yang kembali memucat.


Aku tertawa, lucu sekali melihat wajah pucat suami tampanku.


“Papah pasti tahu ini hape punya siapa,” jawabku sambil mengambil kembali hape itu, “bukankah Papah sendiri yang memberikan hape ini pada dia?” Aku menyeringai.


Aku kembali mengotak-atik hape itu sebentar, lalu memberikannya pada suamiku yang terlihat semakin memucat saat aku menunjukan percakapan WA di hape itu antara si pemilik hape dengan seseorang yang di beri nama 'Jantung Hatiku’


“Dan cincin berlian Mamah yang hilang, akhirnya sudah kembali,” aku berbisik di telinga suamiku yang terlihat semakin memucat.


“Oh, iya Pah, hari ini menu buat Papah sup hati dan jantung, dan besok sepertinya Mamah Masakin sop lagi, deh!” Seruku sambil melangkah ke arah dapur, membuka kulkas dua yang besarnya seperti lemari.


“Lihat, persediaan masih banyak, besok Mamah akan masak gulai kaki, kesukaan Papah.” ujarku sambil menarik sebuah kaki jenjang dan tangan putih pucat, yang dijari manisnya tersemat sebuah cincin berlian yang sudah beberapa hari hilang dari kotak perhiasanku.



End

Garut, 27032019
Diubah oleh astian.rachman 03-05-2019 11:20
lina.wh
Bolangtelmi
rykenpb
rykenpb dan 31 lainnya memberi reputasi
32
5.7K
140
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan