Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nana81280Avatar border
TS
nana81280
Suatu Malam di Jembatan Maut
Kumpulan Cerita Pendek Nana Herlina



Malam beranjak larut, jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Terdengar candaan di beranda depan, kedua orang tuanya masih bercengkrama dengan dengan sanak saudara lain. Sudah menjadi kebiasaan keluarga ini, jika salah satu dari anggota keluarga mengadakan hajatan, maka sanak famili akan berkumpul, bercengkrama serta saling berbagi cerita hingga larut malam bahkan menjelang pagi. 

Raju baru saja menerima pesan dari rekan kerjanya, bahwa besok ia harus menghadiri rapat penting mewakili kepala direksi. bergegas ia beringsut dari kamarnya, bermaksud menyampaikan informasi tersebut kepada isteri dan kedua orang tuanya.

Wanita paruh baya di depannya mengernyitkan dahi sambil menggelengkan kepala tanda tak setuju, berbagai alasan diungkapkan sang ibu, namun pria berkulit putih itu tetap bersikeras mempertahankan keinginannya.

"Beristirahatlah dulu, besok setelah salat subuh kau bisa melalukan perjalanan ini, Buyung."

"Tak usah, Mak. Aku hanya butuh waktu satu jam agar sampai  ke sana."

"Tapi lihatlah anak dan istrimu, mereka masih sangat lelah . Emak mengkhawatirkan mereka."

"Aku harus mempersiapkan beberapa berkas untuk  rapat besok pagi."

"Kau akan melewati jembatan itu, Buyung!"

"Ah jangan terlalu dirisaukan, Mak. Jalanan pasti ramai, peneranganyapun telah terpasang sepanjang jalan."

"Ya..terserah dirimu sajalah Buyung, berhatilah kau ketika sampai di jembatan itu!"

"Baik, Mak."

"Tetap konsentrasi dan waspada!"

Ibu melepaskan keberangkatan anak  beserta keluarganya dengan perasaan yang  gelisah. Beliau memandang cucu kesayangannya yang berada dalam gendongan menantunya, bocah yang berumur satu tahun itu telah terlelap dalam mimpinya. Tangan renta wanita itu membelai cucunya, mencium pipi cabi satu-satunya penerus keluarganya. 

Raju mencium tangan ibu serta ayahnya, pamit akan segera berangkat ke istana mungilnya. Pak Darman menyematkan sebilah rencong di pinggang Raju, kemudian menepuk bahu putranya.

"Hatilah...jembatan itu tidak hanya rawan kecelakaan tapi juga menyimpan banyak  misteri.'

"Iya Ayah, aku tau itu."

"Jangan lupa klakson dua kali sampai di sana."

Wajah ibu terlihat sangat khawatir, ia memberikan isyarat agar menunggu sejenak. Tergopoh-gopoh ia berlari kembali masuk kamar, kemudian menuju arah dapur.  Beliau kembali dengan membawa sesuatu ditangannya, menghampiri menantu dan cucunya dan kemudian tangannya cekatan memasangakan benda itu dibaju Adit. 

"Bawalah benda ini, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa di jalan nanti"

"Tapi Mak..."

Ibu mengeleng serta menempelkan telunjuknya ke bibir sehingga menghentikan coleteh menantunya. Aroma bawang putih tercium seketika, benda itu sukses nangkring dibalik sweater bocah imut itu tepat berada di pingggang sebelah kanan. Ibu juga meyelipkan gunting kecil disaku menantunya. 

" Banyak-banyaklah berzikir, Nak"

Ratu, begitu wanita cantik itu dipanggil hanya mengangguk saja. Ia tak mampu melawan kehendak mertuanya. 
                 
    ***


Raju telah berada di belakang kemudi, menghidupkan mobilnya dan melaju dengan pelan. 
Ia memperbaiki posisi duduknya di belakang setir kemudian melirik arlogi yang melingkar di tangan kanannya. Jarum jam berada tepat pada posisi angka 12 sementara laju mobilnya sangat pelan, ia malah akan melewati jembatan kembar. Sebenarnya ia sendiri agak ragu melakukan perjalan itu, tapi dikarenakan masih ada beberapa berkas yang mesti disiapkan ia malah nekad. Baginya melakukan perjalan dimalam hari adalah sesuatu yang biasa dan sering ia lakukan. Namun kali ini hati nya berdesir karena membawa serta isteri dan buah hatinya.

Ia memandang isteri dan anaknya yang  telah terlelap, tepat dikursi sebelahnya. Ingin rasanya ia mengebut biar cepat sampai di rumahnya. Niat itu diurungkannya demi melihat putra kesayangannya menggeliat dalam gendongan perempuan yang sangat dicintainya. Raju menghela napas, sulungnya kembali terlelap dalam dekapan bundanya. Pria itu mencoba mempercepat laju mobilnya. Sesekali ia melirik isterinya, wajah yang dulunya imut kini telah berubah seiring usia dan kesibukan nya mengurus rumah tangga serta usaha mereka. Wanita ini yang menjadi penyemangat hidup Raju, tentu setelah kedua orang tuanya. 

Mobil kini menikung di dua  tikungan sebelum jembatan kembar dengan kecepatan tinggi. Raju akan melewati satu tikungan lagi dan akan melewati jembatan yang dimaksud ayahnya.  Ia meraba rencong yang disematkan orangnya, dadanya berdegub kencang. Bukan karena takut akan ngerinya cerita jembatan kembar, tapi takut jika putra terbangun karena laju mobil yang dipacunya.

Mobil melesat kencang akan menuruni tikungan berikutnya dan jembatan itu telah di depan mata. Raju menginjak pedal rem, matanya tertuju pada seseorang yang berada di ujung jembatan. Berdiri menghadap mobilnya yang terparkir di tengah jembatan sambil melipat tangannya di dada, menghela napas dalam-dalam sebagai pertanda kesal meyerang dirinya. Raju melaju kencang tanpa peduli akan kondisi yang baru saja dilihatnya. Dari arah belakang sebuah bus melaju tak kalah cepatnya menyadarkan Raju akan tanjakan dan belokan di jembatan kecil berikutnya.

Raju tak bisa menggedalikan mobilnya, reflek ia membanting setirnya ke arah kanan dan mobil berbalik arah kembali ke arah yang berlawan dengan kecepatan tinggi. Raju tiba kembali di jembatan kembar yang dilewati tadi.Sekilas ia masih melihat pria tadi masih berdiri di depan mobilnya.

Tepat di ujung jembatan, Raju berbalik arah bermaksud melanjutkan perjalanan kembali. Ia kini berpas-pasan dengan pria tersebut, saling memandang dan berbalas senyum. Raju bergidik, tiba-tiba saja lampu penerang di jembatan padam. Mobil dan pria tersebut menghilang begitu saja tanpa ada suara deru mesin. Ia teringat sesuatu yang terlupakan , membunyikan klakson mobil ketika akan melintas jembatan itu sesuai pesan ayahnya.

Raju panik....Ia berusaha memacu mobilnya seketika, sekuat tenaga. Namun, ia tetap kembali ke jembatan itu. Keringatnya mulai bercucuran, tangannya gemetar, ia menggapai bahu Ratu. Isterinya tak bergeming, wanita itu hanya tersenyum memamerkan giginya sambil berdesis. Sekelebat sosok wanita cantik mengintip di kaca mobil,
Diubah oleh nana81280 01-05-2019 07:06
10
3.5K
44
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan