Jika dahulu ada PAN  yang se­ring diplesetkan sebagai Partai Artis Na­sional sebab identik dengan beberapa calon legislatif (caleg) dari kalangan artis. Kini di 2019  Nasdem menjadi salah satu partai yang paling banyak mengakomodir caleg dari latar belakang artis. Terlihat dalam situs resmi KPU ada sebanyak 38 Calon Legislatif (Caleg) artis yang diusung Partai Nasdem. Partai pengusung caleg artis terbanyak ke dua adalah PDIP. Sedang PAN kini hanya mengusung 9 caleg artis.

Bagi partai politik, mengusung para artis dalam barisan caleg mempunyai ba­nyak keuntungan tersendiri. Daya pikat se­orang artis dinilai bisa diandalkan untuk mendongkrak perolehan suara partai politik dalam pemilihan legislatif (pi­leg). Semua parpol akan mencari caleg yang memiliki popularitas tinggi di mata masyarakat. Faktor popularitas artis jika dikelola dengan baik bisa di­konversi menjadi elektabilitas yang kuat. 

Semakin bertambahnya kecenderungan artis yang berkecimpung di dunia politik ini juga  diakibat dari sistem Pemilu yang dijalankan di Indonesia adalah sistem proporsional terbuka. Sebagaimana diatur dalam Pasal 240 UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, syarat formal menjadi calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota terma­suk mu­dah dipenuhi. Syaratnya antara lain, telah berumur 21 tahun atau lebih, bertempat tinggal di wilayah NKRI, dapat berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia, berpendidikan paling rendah tamat SMA sederajat, dan seterusnya.




Total keseluruhan dari penelusuran data daftar calon legislatif di situs resmi KPU terdapat 88 orang caleg artis yang maju dalam Pemilu 2019. Berkurang satu karena meninggal dunia yaitu Gitaris Seventeen Herman Sikumbang, kader PKB ini meninggal sebagai korban tsunami Anyer 3 bulan yang lalu. Namanya hingga kini masih tertera dalam daftar calon legislatif di situs KPU, namun dapat dipastikan jumlah total caleg artis 88 orang. Terangkum berdasarkan propinsi daerah pemilihan berikut partai yang mengusungnya adalah sebagai berikut :
























Pada akhirnya, popularitas yang dimiliki selebritas ini tak selalu menentukan elektabilitas. Kesohoran seorang artis tidak bisa menjamin dirinya dan partai pendukungnya memenangkan pemilihan legislatif. Kita berharap partai pengusung tidak memilih artis hanya untuk vote getter (umpan / penarik suara) semata, tetapi juga melihat potensi dan kapa­sitas artis tersebut layak atau tidak untuk didudukkan di parlemen. Faktor popularitas artis harus diikuti dengan kompetensi. Hal ini agar tidak dipermasalahkan oleh publik mengapa artis tersebut bisa masuk ke dunia politik. 



Baca juga : :monggo