londo.046Avatar border
TS
londo.046
Budaya Kita Menang Dengan Segala Cara!


Ada hastag #ValentineBukanBudayaKita. Rasa-rasanya saya setuju. Karena kasih sayang dan saling mengasihi, rasanya menjadi barang langka di negeri yang indah ini. Ada yang tidak setuju? Monggo saja. Saya menemukan apa budaya kita hari ini. Apa itu? Menang Dengan Segala Cara!Silahkan dibantah, tapi fakta tersaji di depan mata. Untuk meraih simpati dan memenangkan pilpres, seorang yang katanya Ustadz, mengatakan bahwa, sebaiknya agama jangan dipolitisasi.

Dulu waktu pilkada Jakarta, bukannya kubu si Ustadz ini yang melakukan politisasi agama? Sampai mayat saja dibawa-bawa. Tidak akan di-sholatkan jika beda pilihan. Sebuah pemkiran yang tidak konsisten hanya untuk memenangkan jagoannya. Harusnya, kalau dia itu punya malu, pernyataan harus konsisten dari waktu ke waktu. Atau kalau memang ingin mengkoreksi pernyataan yang lalu, silahkan minta maaf karena kesalahan pernyataan di masa lalu. Tapi namanya sapi, mana punya malu.



Sebelumnya, si Ustadz yang sepertinya mulai pikun ini melontarkan fitnah (karena tidak ada bukti) bahwa Capres 01 memakai alat bantu saat debat putaran kedua. Kecurigaan macam apa yang mendasari dia mengeluarkan cuitan macam itu? Karena 01 sering pegang telinga dan memencet pulpen yang dia bawa? Untung timses 01 tidak kurang protein, hingga tidak menuduh kalau kacamata yang dipakai 02 adalah sumbangan dari alien yang bisa membaca isi kepala 01.

Lalu apa motivasi Ustadz abal ini meluncurkan cuitan macam itu? Untuk menutupi jagoannya yang dibantai tanpa sisa oleh lawan debatnya lah! Ngomong kesana kemari soal kepemilikan tanah, yang katanya dikuasi oleh 1% orang Indonesia, eh malah dia sendiri yang menguasai untuk kepentingan sendiri. gimana tidak panik? Elektabilitas mentok, dihajar lagi sampai terkapar, sakit sayang. Hehe. Maka hal bodoh semacam konspirasi wahyudi pun diluncurkan.



Hal yang sama juga dilakukan oleh lulusan S-3. Katanya 191.000 jalan yang dibangun Jokowi itu simsalabim dan setara beberapa kali keliling bumi. Ini lebih konyol lagi. Kenapa si Danil tidak bertanya saja kepada Tuhan, mengapa ususnya yang punya panjang 9 meter, tapi dia sendiri bantet dengan tinggi tidak lebih dari 170cm? Saya yakin Danil paham dengan hal itu, tapi sekali lagi demi budaya menang dengan segala cara, nampak bodoh pun, sah saja!Begitu kepergok, sok ngomong ini satire dan majas. Hahaha.

Siapa sih sasaran mereka? Ya Kampret-kampret kurang protein lah. Yang malas mikir karena mikir itu berat. Kan kastamer potensial mereka di sana. Selain pegawai malas gerak dan mafia. Kalau orang waras, memahami yang seperti ini sih mudah. Cuitan Danil ya dianggap sebagai usaha. Abote wong nggolek mangan bos, direwangi ngapusi. Kata orang Jawa begitu. kalau di Indonesiakan. "Beratnya orang mencari nasi, bohong pun tidak masalah."



Nasehat Sunan Kalijogo di atas, saya kira harus direnungkan oleh Dayat dan Danil. Yah, mungkin mereka menganggap Walisongo itu fiksi, tapi ajarannya sangat relevan dan bagus untuk kehidupan. Salah satunya adalah, Menang tanpo ngasorake.Menang tanpa merendahkan lawan. Menang karena sportifitas, menang karena memang layak menang, menang karena yang terbaik. Bukan menang karena hoax dan menebar kebencian. Semoga kita bisa mengambil hikmah. Salam Damai.



Merdeka!


Sumber Referensi : sini
Sumber Gambar : sini, Screenshot Medsos
18
18K
200
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan