Pernah mendengar nama Ibu Een Sukaesih? Meskipun namanya mirip dengan Ratu Dangdut Elvi Sukaesih, namun Ibu satu ini jauh lebih luar biasa! Beliau adalah sosok guru yang menginspirasi semua guru yang mengutamakan keikhlasan dalam mendidik murid-muridnya. Meskipun kini beliau telah tiada, namun namanya akan tetap dikenang sepanjang masa. Beliaulah contoh dan salah satu sosok Pahlawan Tanpa Tanda Jasa sebenar-benarnya.

Ibu Een Sukaesih yang terlahir normal pada tanggal 10 Agustus 1963 di Sumedang, Jawa Barat (sebentar lagi seharusnya Ibu Een Sukaesih merayakan ulang tahun yang ke 55. Selamat Ulang Tahun Ibu.....), harus berbaring selama 27 tahun hingga wafatnya pada hari Jumlat, 12 Desember 2014. Beliau didiagnosa terkena penyakit Rheumatoid Arthritis yang menyebabkan kelumpuhan. Menurut ilmu Kedokteran, penyakit Rheumatoid Arthritis atau Artritis Rheumatoid adalah peradangan kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada persendian (misalnya sendi kaki dan tangan) yang pada akibat lanjutannya bisa menghancurkan jaringan sendi dan kelainan bentuk tulang. Orang yang mengidap penyakit ini akan kesulitan menggerakan tubuh hingga akhirnya lumpuh. Meskipun penyakit ini bisanya menyerang orang berusia 40an tahun, nyatanya Ibu Een Sukaesih terkena penyakit ini sejak berusia 24 tahun. Karena penyakit inilah, sosok yang pernah mengenyam pendidikan di IKIP Bandung (UPI Bandung) jurusan Bimbingan dan Konseling, akhirnya harus mengubur cita-citanya menjadi seorang guru.

Namun meskipun dibatasi oleh penyakit yang menyebabkan dirinya tak bisa leluasa bergerak, Ibu Een Sukaesih tak patah semangat. Dia benar-benar ingin mencurahkan ilmunya demi pendidikan. Baginya, keterbatasan tak bisa menghalangi cita-citanya untuk memberi sumbangsih ilmu bagi generasi penerus. Maka dirumahnya dulu, di Dusun Batu Karut, RT 01 RW 05 Cibereum Wetan, Cimalaka, Sumedang, Jawa Barat, beliau tetap menyempatkan diri mendidik dan mengajar anak-anak sampai remaja, dari SD sampai SMA. Dari kalangan artis seperti penyanyi Ebiet G Ade, Rosa, sampai Ustadz Yusuf Mansur pernah datang menemuinya. Bahkan Presiden RI ke 6 berkesempatan datang kerumahnya untuk menengok guru yang menjadi teladan ini.

Tahun 2013, sebelum kepergiannya tahun 2014, Ibu Een pernah mengkhawatirkan nasib semua anak didiknya hingga beliau menangis! Beliau takut kalau anak-anak didiknya akan terlantar tak ada lagi yang mengajar, meskipun saat itu banyak Relawan Pendidikan disana. Kekhawatirannya jelas beralasan, sebab semua Relawan pastinya tetap mempunyai kesibukan masing-masing dalam kesehariannya. Butuh mencari nafkah demi dirinya dan keluarganya. Padahal banyak sekali anak-anak didiknya menjadi siswa-siswi yang berprestasi.

Juli 2013, Ibu Een Sukaesih mempelopori pendirian Rumah Pintar Al-Barokah yang didedikasikan bagi semua lapisan masyarakat dan komponen masyarakat. Rumah Pintar Al-Barokah itu adalah sarana belajar, sarana pentas seni, dan sebagai perpustakaan. Karena kegigihannya itulah banyak kalangan membantu pendiriannya.

Banyak guru yang kurang sabar dalam mendidik muridnya. Kadang mudah marah, membentak, bahkan mencaci. Semua itu tak ditemui dalam diri Ibu Een Sukaesih. Beliau terkenal sabar menghadapi semua anak didiknya. Keterbatasannya yang hanya bisa berbaring di tempat tidur tak membuat dirinya menyesal hingga emosi. Beliau tetap sabar dalam memberi pelajaran kepada anak-anak didiknya.

Tahun 2013, Ibu Een Sukaesih mendapatkan penghargaan Special Achievement Liputan6 Award untuk kategori Inovasi, Kemanusiaan, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan dari SCTV Award 2013. Itu adalah bukti pencapaiannya dalam bidang yang disebut dalam bentuk penghargaan tersebut.

Lalu, apakah setelah kepergian Ibu Een Sukaesih selama-lamanya lantas membuat Rumah Pintar Al-Barokah yang digagasnya berhenti beraktifitas? Ternyata tidak! 4 tahun setelah kepergiannya, Rumah Pintar Al-Barokah kini dikelola oleh relawan-relawan Mahasiswa UPI Bandung. Mereka bahu membahu mendidik generasi muda Indonesia agar memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan yang layak, meraih cita-cita dimasa depan.



Mereka, para relawan dari UPI Bandung, membuat program yang dinamakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Melalui pengamatan TS dari hasil pencarian di Google, ternyata Rumah Pintar Al-Barokah ini juga terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan terlihat ada penambahan bangunan disisi kanannya. Terbukti apa yang diharapkan dan dicita-citakan oleh Ibu Een Sukaesih. Rumah Pintar Al-Barokah menjadi PKBM atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang maju dan dikenal luas sampai keluar daerah, menjadi percontohan bagi wilayah dan relawan lain yang juga menginginkan masyarakat maju, mandiri, dan memperoleh ilmu.



Sekarang, Rumah Pintar Al-Barokah yang digagas dan didirikan Ibu Een Sukaesih menjadi tempat masyarakat mencari nafkah dengan hasil kerajinan tangan, tempat untuk menuntut ilmu dan memperoleh ilmu pengetahuan.

Kini, menyambut hari lahirnya Ibu Een Sukaesih yang ke 55 tanggal 10 Agustus 2018 nanti, sekaligus menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 73 tanggal 17 Agustus 2018, jadikan momen ini sebagai momen bagi para guru di Indonesia, PNS maupun Swasta, bahkan Honorer, untuk lebih mengutamakan keikhlasan dan pengabdian dalam mendidik dan mengajar generasi penerus bangsa. Catatlah dalam hati kata-kata Ibu Een Sukaesih ini : "Saat mendapati masalah yakinlah, sebenarnya tengah dipersiapkan-Nya tuk menjadi sosok yang tegar dan berani," demikian petuah Een semasa hidupnya.

Inilah Indonesiaku! Dimana aku dilahirkan, untuk berbakti kepada negeri, mencintai tanah air, menghormati Merah Putih, dan mengamalkan Pancasila. Jangan pernah bermimpi merubah Indonesiaku!

Merdeka!