Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

idungmanchungAvatar border
TS
idungmanchung
Bisnis Remang-remang Daeng Aziz Pasca Kalijodo


Setelah terusir dari Kalijodo, Daeng Azis berusaha menancapkan kukunya di lokalisasi Royal. Kader Partai Gerindra ini muncul di Royal dua pekan lalu.

Siluet senja mulai menerobos celah-celah gang sempit sepanjang 500 meter di Kampung Bandengan, RT 02 RW 13, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Belasan wanita berdandan menor dan berpakaian seksi sudah bersiap menyambut tamu-tamu mereka. Para pekerja seks itu duduk-duduk di jejeran kafe remang-remang yang berdiri di sepanjang gang.

Menjelang petang, lampu-lampu disko di dalam kafe yang luasnya rata-rata hanya seukuran warteg itu berpendaran, membuat kawasan lokalisasi bernama Royal tersebut makin berdenyut. Alunan musik karaoke dari pemutar compact disc (CD) sesekali beradu dengan bising kereta rel listrik (KRL) yang melintas di samping lokalisasi.

Sejumlah pria hidung belang pun satu demi satu terlihat masuk ke kafe yang dilengkapi dengan bilik-bilik asmara itu. “Abang ganteng yang baju hitam, sini gue temenin. Minum-minum dulu di sini. Capek lho kalau jalan-jalan terus,” goda seorang pramuria, berusia sekitar 20 tahun, kepada detikX, saat menyusuri lokasi prostitusi itu, Rabu, 18 Juli 2018.

detikX mendatangi tempat pramuriaan di tengah pemukiman padat penduduk itu untuk mencari tahu kebenaran informasi bahwa Abdul Aziz Emba alias Daeng Aziz mengalihkan bisnisnya ke Royal pasca Kalijodo diratakan dengan tanah oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama (Ahok), awal 2016. Ia sebelumnya adalah penguasa kafe, perjudian, dan pemasok tunggal minuman di Kalijodo. Omzetnya konon mencapai Rp 1,5 miliar per hari.



"Sebulan sekali dia (Daeng Raja) datang ke sini. Mungkin tangan kanannya Daeng Aziz, saya kurang tahu.”

Tak lama setelah Kalijodo digusur, anak buah Daeng Aziz sempat membangun bedeng-bedeng di kolong fly overKalijodo. Namun “The New Kalijodo” itu kembali dirubuhkan aparat Satpol PP di bawah kepemimpinan Ahok. “Dua kali itu kalau nggak salah dirubuhin,” terang Susanti, Ketua RT 12 RW 04, Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, yang membawahi daerah Kalijodo.

Susanti juga mendengar kabar, sejak tak lagi punya tempat usaha di Kalijodo, Daeng Aziz mengincar Royal. Sebagian besar wanita penghibur eks Kalijodo pun ikut berpindah ke tempat baru itu. “Cuma dengar saja. Gimana ya, kalau biasa hidup di lembah hitam, di mana ada lembah hitam, bisa hidup mereka,” ucap Susanti.

Seorang warga Kampung Bandengan menyebut pekerja seks Kalijodo mulai membanjiri Royal setahun lalu. Jumlahnya ratusan orang. Hadirnya mereka membuat pamor Royal makin mengkilap, sebab mereka masih muda-muda. Tetapi hal itu juga memicu rasa iri pekerja seks yang telah bertahun-tahun mangkal di Royal. “Kalau aslinya Royal ‘veteran’ semua,” katanya kepada detikX.

Warga yang menolak namanya disebutkan itu menambahkan, para ‘alumni’ Kalijodo dibawa masuk ke Royal oleh Daeng Raja. Daeng Raja atau Ali adalah sepupu Daeng Aziz. Di Kalijodo, Daeng Raja mengelola kafe Kingstar, yang menempati lantai dua sebuah bangunan milik Daeng Aziz. “Sebulan sekali dia (Daeng Raja) datang ke sini. Mungkin tangan kanannya Daeng Aziz, saya kurang tahu,” katanya.


Jalan masuk Rawabebek Utara menuju Royal


Suasana salah satu gang di jalan Rawabebek


Gang menuju lokalisasi Royal.

Namun, Daeng Raja hanya mendirikan kafe dan menyediakan pekerja seks saja. Sebab, untuk pasokan minuman sudah dimonopoli Bagas, anak buah Ong Pin. Ong Pin adalah seorang Tionghoa yang bertahun-tahun mengendalikan Royal. Setelah Ong Pin meninggal pada 2011, Bagas lah yang dipercaya mengatur bisnis di lokalisasi berumur nyaris setengah abad itu.

detikX lantas menemui Bagas di rumahnya yang terletak di bagian paling depan gang. Di teras rumah berlantai dua tersebut, terparkir sebuah sepeda motor Yamaha NMAX dan mobil Mitsubishi Pajero Sport. Sedangkan di samping rumah, terdapat sebuah bangunan yang difungsikan sebagai gudang penyimpanan bir merek “Panther”.

Jangan dibayangkan Bagas bertubuh tinggi besar dan bertampang preman. Perawakannya biasa saja, dengan batik warna cokelat melekat di badan. Yang bikin tercengang adalah gepokan uang puluhan juta rupiah yang ditentengnya malam itu, lengkap dengan nama-nama penerima di kertas pembungkus. “Ini saya lagi mau bagi-bagikan uang setoran,” ucapnya kepada detikX.

Ketika diberitahu yang datang adalah wartawan, uang itu buru-buru disembunyikan di bawah meja. Bagas mengungkapkan, perputaran uang di Royal saban harinya mencapai ratusan juta rupiah, tidak sampai miliaran rupiah seperti di Kalijodo. Namun, dia menolak menyebutkan jumlah kafe-kafe yang dikoordinirnya di Royal.



Sedangkan jumlah pekerja seks yang bekerja di Royal, ia menyebut antara 280-300 orang. Dari jumlah itu, yang berasal dari Kalijodo dipastikan hanya 20 persen. Mereka dibawa oleh empat pemain kawakan Kalijodo, yaitu Daeng Raja, Daeng Rustam, Ali, dan Han. Menurut Bagas, keempat orang itu dikenal sebagai para panglima Daeng Aziz. “Daeng Aziz itu rajanya,” kata Bagas.

Daeng Aziz sendiri, dia berkisah, sempat kocar-kacir pasca Kalijodo bubar. Pria asli Jeneponto, Sulawei Selatan itu, kabarnya membuka lahan baru di berbagai lokasi, seperti Kalimalang, Pasar Baru, dan Daan Mogot. Daeng Aziz tak pernah meminta jatah tempat di Royal. Kalaupun minta, Bagas bilang tak bakal memberinya, sebab berbahaya.

“Umpamanya dia mau numpang usaha, tapi kita tahu sejarah dan karakter dia dulu. Dia pelan-pelan masuk, tapi ujung-ujungnya bakal merekrut semuanya. Sedangkan orang-orang ‘pribumi’ di sini-nya takut tersisih,” kata Bagas.

Tanpa dirinya bermaksud menjelekkan Kalijodo, Bagas melanjutkan, aturan yang berlaku bak hukum rimba. Tindakan main bunuh sudah umum dilakukan bila ada yang bikin onar di Kalijodo. Selain kafe, perjudian dan narkotika marak di Kalijodo. Terlebih para pekerja seks yang mengadu nasib di Kalijodo dijerat dengan utang di awal agar tidak melarikan diri. Jumlahnya puluhan juta. “Kalau di sini mereka freelance,” ujarnya.

Royal juga menerapkan aturan lain semisal tutup pada tahun baru Islam, peringatan Isra Mi’raj, dan tutup penuh selama bulan Ramadan. Saban malam Jumat, tidak boleh ada satu pun kafe yang memutar musik. Tidak hanya itu. Setiap ada warga sekitar yang meninggal dunia, Royal tutup selama tiga hari sebagai tanda ikut berduka.



Karena mau mengikuti aturan itulah, Daeng Raja dkk dipersilakan masuk ke Royal. Ditambah Daeng Raja tak boleh ikut memasok minuman. Di samping itu, Bagas mengaku sudah mengenal baik Daeng Raja. Setiap beranjangsana ke Kingstar, ia selalu disambut bak tamu agung. Ia juga punya utang budi pernah dibantu ketika bisnisnya sedang turun.

Namun, sekitar dua minggu lalu, di tengah-tengah kesibukannya mendaftar caleg Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan, Daeng Aziz sempat berkunjung ke Royal. Caleg Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu datang bersama lima anak buahnya. Gosipnya, Daeng Aziz ingin mengambil jatah parkir di kawasan Royal. “Ya, silakan. Kalau benar nanti benturan sama Satpol PP ha-ha-ha,” Bagas menanggapi enteng.

Bagas memperkirakan kekuatan finansial Daeng Aziz dari hasil berbisnis remang-remang masih cukup besar untuk logistik nyaleg. Selain itu, kabarnya Daeng Aziz juga menjadi kontraktor bangunan di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten. Kepada media, Daeng Aziz memang pernah mengatakan sudah tinggal di kawasan elit BSD sejak 1997.

detikX

Sekarang pilihannya ada di rakyat mau dibawa ke mana negara ini lewat demokrasinya

emoticon-Malu
0
6.2K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan