Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nyai.dasimah99Avatar border
TS
nyai.dasimah99
Makin Panas, Begini Isi Surat Fahri Hamzah untuk Menteri Susi
PERANG maya antara Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah semakin bergejolak.

Perang maya ini bermula setelah Fahri Hamzah me-retweet sebuah artikel yang berjudul 'Menteri Susi Tegaskan Pemberantasan Pencurian Ikan Baru Langkah Awal'.

Fahri Hamzah lantas menyindir Susi Pudjiastuti dan mempertanyakan kenapa baru melangkah setelah lima tahun.

"Dikasi waktu 5 tahun dijadikan langkah awal...seharusnya 5 tahun dipakai selesaikan kerjaan. Baru bertanggungjawab atas amanah namanya...kalau 5 tahun lagi kan beum tentu terpilih...," tulis Fahri Hamzah dalam akun Twitter-nya, Rabu (11/7/2018) malam.

Serangan balik Susi Pudjiastuti dibalas dengan Surat Terbuka Fahri Hamzahkepada Presiden Direktur Susi Air tersebut.

Surat itu berjudul 'Surat Buat Bu Susi' dan diunggah dalam akun Instagram @fahrihamzah dan fahrihamzah.com, Kamis.

"Ibu Susi yth,
Negara ini besar perlu pikiran besar. Tapi bangsa ini juga punya kultur, sering terpukau sama orang terkenal. Itulah yang saya lihat sehingga kesalahan ibu gak ada yang berani cegah. Ketemu lagi presiden yang gak paham persoalan. Sempurna!

Di tambah lagi, gaya jenggo ibu Susi memang langka (saya dalam banyak hal setuju). Tetapi, kita tetap harus benar, tidak melanggar hukum dan terbuka menerima kritik dan saran. Saya ingin menyampaikan masukan kepada ibu di luar puja-puji asal ibu senang.

Ada anak muda dari kampung saya, aktifis nelayan namanya Rusdianto. Kami orang Sumbawa tinggal di pesisir jadi kami tahu keadaan nelayan. Rusdianto mengkritik ibu Susi yang merugikan nelayan lalu dia menjadi tersangka pencemaran nama baik. Itu tidak baik. Dia nelayan.

Saya sekarang ingin memperdengarkan suara nelayan kepada ibu. Nelayan tambah susah bu, hidup makin sengsara, melaut lebih susah dan mereka menangis. Lalu dengan segenap popularitas itu ibu berjuang untuk siapa? Rusdi bukan siapa-siapa bu, dia nelayan kecil.

Tapi, gebrakan ibu tentu bikin heboh. Banyak orang terkesima. “Tenggelamkan!” Itu adalah sempurna memenuhi hasrat untuk mengukur kinerja dengan hancurkan! Dan habisi! Tangkap! Dan bakar! Dan ibu dipuji termasuk oleh presiden yang gembira menyaksikan itu dengan kasat mata.

Pertama, kesalahan ibu adalah bikin nelayan sengsara. Padahal, tugas ibu nomor 1 di posisi itu bukan yang lainnya, tetapi bikin nelayan hidup bahagia. Ibu boleh punya alasan konservasi, dll sampai ibu dipuji dunia. Seperti sudah ibu nikmati. Hebatlah.

Tetapi ibu perlu tau. Karena kaum kapitalis global maunya kita membersihkan laut kita dengan membatasi rakyat kita sendiri setelah mereka kotori laut kita berabad-abad. Mereka tidak peduli rakyat nelayan tambah miskin. Kemiskinan hanya statistik!

Kedua, tugas ibu bukan menegakkan hukum. Saya sudah baca UU yang sekarang ibu mau ubah. Memang gak ada dan tidak boleh. Konsep poros maritim itu bukan menyulap menteri kelautan menjadi penegak hukum. Kenapa ibu mengambil pekerjaan polisi dan tentara?

Suatu hari, di istana, saya berbincang dengan ibu dan mengeluhkan para beking pencuri ikan. Orang-orang yang ibu sebut termasuk yang dekat dengan pejabat di sekitar rapat kabinet. Ya itulah persoalannya. Pencuri itu ada bekingnya. Dan pejabatnya masih aktif.

Soal keberanian saya anggap ibu Ok punya lah. Tapi ini soal kemiskinan rakyat yang ada dalam kenyataan dan dalam statistik. Ibu ingin konservasi ikan, lalu syarat bagi rakyat untuk menangkap dipersulit padahal rakyat cuman bisa itu karena berabad-abad hidup di situ.

Kalau ikan hanya ditangkap oleh industri besar terus rakyat kecil dilarang menangkap lalu untuk siapa ibu jadi menteri? Sementara ekspor laut kita juga turun dan rakyat menangis akibat aparat yang menangkapnya padahal turun-temurun sudah begitu.

Entahlah, tapi saya pernah bersinggungan sebentar di KKP sebagai konsultan dan mengerti bahwa nelayan kita perlu pembela. Pesisir laut Indonesia dari dulu adalah kantong kemiskinan. Sekarang juga adalah kantong sampah. Hidup tambah susah dan tidak ada yang membela.

Teori ibu tentang bertambahnya jumlah ikan setelah pertunjukan “ngebom” itu bohong. Gak usah hitung kepala ikan di laut yang luasnya 75% bumi dan 75% nusantara. Hitung jumlah kepala orang miskin aja kita gak sanggup. Poros maritim Jokowi jadi gak jelas. Di laut kita binasa.

Maaf Bu Susi,
Saya juga seperti ibu gak suka basa-basi. Banyak yang saya mengerti sebagai anak pesisir tapi ibu lebih tahu. Hanya kita beda tugas dan beda posisi, tugas ibu eksekutif dan tugas saya legislatif. Percakapan ini anggaplah sebuah kopi siang. Terima kasih. @susipudjiastuti."
 (M15)

emoticon-Betty emoticon-Betty

Banyak orang yang bicara atas nama kemiskinan, tapi apa yang sudah mereka berikan kepada rakyat miskin??? Kenapa tidak semua gaji yang dia terima diberikan kepada rakyat miskin.... Atau kemiskinan hanya komoditas politik saja........




Masih lebih baik orang yang mampu merealisasikan idenya dan bertindak menghadapi resiko, daripada yang selalu membanggakan ide besar saja.....
Diubah oleh nyai.dasimah99 12-07-2018 12:58
0
4K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan