Dalam beberapa minggu ini masyarakat kita di hebohkan oleh permainan sandiwara seorang kartunis yang mungkin juga komunis atau entah beragama apa.
Quote:
Namun hal yang paling menggelikan terlihat sangat, ada suatu kepuasan dan kegembiraan terlampau nampak dari segelintir oknum yang sebetulnya terlihat agamis. Sebut saja dia bernama onani. Berasal dari negeri entah berantah. Clue ini tentu pembaca dapat mengira siapa dia.
Dalam beberapa waktu dekat yang kita lalui ada tiga hal yang nampak di lakukan onani sebagai suatu permainan halus yang tak di sadari kita, permainan Onani ini membuat orgasme orang tertentu. Walaupun sasaran semprotan onani, hanya menanggapi tindak tanduknya, dengan tanggapan dingin tanpa reaksi. Si onanipun melanjutkan permainan nya.
Tanpa kita sadari kita telah mengikuti permainan Onani. Tiga permainannya yang hampir selalu menjadi trending topik dalam waktu dekat ini adalah sebagai berikut:
1. Membuat gambaran kritikan
Heboh betul gambar kartunnya. Menarik pro kontra netizen kita. Walaupun yang di kritik menanggapi itu sebagai hal biasa. Karena menganut persaingan bebas. Asas sama butuh masih di pegang oleh yang di kritik.
Sedangkan masyarakat dumai negeri ini terpecah jadi dua. Satu kelompok menganggap si pembuat kartun salah data atas kritikannya dengan data yang ada, sedang si kelompok satu lagi riang gembira karena si onani.
Dinginnya tanggapan dari yang di kritik, membuat stres, si pembuat kritik. Pada akun burungnya, hanya sedikit yang mencaci. Puja dan puji untuk onani bertaburan. Seakan lupa si onani ini mungkin pernah membuat gambar bernada hina serupa, untuk si pemuji, di lain waktu sebelumnya. Sebagai sniper mungkin si onani depresi berat, karena sasaran tembaknya ternyata, tidak kena. Lalu berlanjut lagi ke permainan berikutnya.
2. Meminta maaf
Guna menjaga popularitas agar naik kembali, tak enak rasanya kalo hanya dapat dukungan dari satu sisi. Lalu di layangkan lah suatu foto yang menyampaikan permintaan maaf. Dengan demikian si onani mendapat kepopuleran dari dua sisi. Harapannya pun bisa mendapat simpati dari sasaran tembaknya. Namun yang di sasar, merasa tak menjadi sasaran. Ini membuat si onani menjadi bimbang sendiri. Dalam kebimbangan tersebut, lanjutalah onani menjalankan gerakan selanjutnya. Tujuan nya, tanpa kita sadari, mungkin untuk mencapai kepuasan orgasme onani.
3. Mengaku dapat ancaman pembunuhan
Nah di langkah ketiga ini juga menuai kehebohan. Juga menjadi bahan pemberitaan. Bahan perbincangan. Mengembangkan perselisihan kita, mencoba merogol tali persaudaraan yang ada. Si onani pun di beritakan mendapatkan ancaman pembunuhan.
Jika memang demikian benar adanya, mengapa onani tak lapor ke pihak berwajib, di negerinya. Memangnya negerinya itu masih ada dalam zaman prasejarah. Kan tidak. Negerinya adalah salah satu negeri leader dalam kemajuan teknologi. Rasanya kan ga akan sulit menemukan siapa yang mengancam. Tapi ya sudahlah. Tak perlu kita terlalu risau dan mengikuti permainan Onani.
Jika dia orgasme, emang kita dapat apa?. Dapet semprotan cairan kepuasannya saja. Memang mau kita terkoyak tali silaturahmi, tali persaudaraan, persatuan dan keragaman yang ada. Hanya karena onani mau memuaskan diri. Tentu saja menurut TS tidak. Kita tentu tidak ingin urus onani. Dan bersiteru hanya karena onani.
Mau onani nungging, tengkurap atau terlentang. Dia bukan tetangga samping rumah kita. Mau ketemu dia mesti nyeberang laut dulu kesana. Mengapa kita mesti risau. Rasanya ketiga berita tersebut cukuplah menyadarkan kita, akan permainan Onani.
Mungkin dia mau mencari kepuasan, jadi biarkanlah onani melanjutkan permainan.
:terimakasih