c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
MUTIARA HATI YANG HILANG






Quote:









SATU




Siang hari itu mentari tampak sangat bahagia menerangi bumi, sinarnya yang panas menembus ranting-ranting pohon dekat sebuah rumah yang cukup sederhana. Hari itu memang tak banyak manusia yang terlihat berjalan-jalan, hanya ada beberapa anak-anak kecil bermain di halaman rumah yang sederhana itu, mereka tertawa kecil dengan riangnya berlari kesana kemari tanpa menghiraukan panas sang surya.

Tak lama datang seorang Pak Pos dengan menggunakan sepeda butut yang memang peninggalan zaman Jepang. Kringg..kringg..”Posss…!” seorang anak kecil berlari menemui bapak itu, kira-kira umurnya tiga tahunan, “ ada sullat ya pak !!” ujarnya dengan lesung pipit menghias wajahnya “ Iya buat bapak Robi” jawab Pak Pos sambil tersenyum, lalu memberikan sebuah surat kepada anak kecil itu, “ ma kasih ya pak” kemudian segera berlari meninggalkan Pak Pos menuju ke dalam Rumah yang sederhana itu, si Bapak pun sambil tertawa kecil melihat tingkah bocah kecil itu, lalu melanjutkan perjalanannya mengantarkan surat – surat yang memang sudah tugasnya.

“ Bang…bang…abang bangun….nih ada sullat” teriak si kecil sambil berlari menghampiriku, aku bangun dengan malas “ apa sih…De .. orang masih ngantuk juga !!” ujarku setengah menggerutu “ ini ada sullat… abang tidull mulu sih mentang-mentang halli minggu !!” sambil menunjukkan kepadaku sebuah surat dengan amplop khas wanita, adikku namanya Dewi dia memang bawel dan kalau berbicara agak cadel, tapi sebagai kakak yang tertua aku sangat menyayanginya, “ kemudian dia mengeja nama si pengirim “ da..li..Kak ..Mu ..ti..alla..nih” dengan sigap aku langsung mengambil surat itu dari adikku “ Iihh. …ga saballan banget ngambilnya ..ya udah aku main lagi ah…” sambil ngeloyor pergi meninggalkan kamarku.

Kuperiksa surat dengan amplop warna biru muda itu, tercantum nama Mutiara Sari, dan dibaliknya tertulis dengan tinta emas untuk kakanda yang di cintai Allah Aa Robi, dengan perasaan bahagia dan senang rasa kantuk yang tadi menderaku langsung hilang dalam sekejap, ku sobek amplop surat itu dengan perlahan dan mulai mengeluarkan surat yang berbau harum itu, unik sekali kekasihku ini surat itu dibuat dengan model baju. “wah ternyata suka origami juga nih” dalam hatiku aku sudah tak sabar ingin membacanya.

Dengan perlahan kubuka lipatan-lipatan surat itu, dan mulai membaca dengan detail isi surat itu dengan hati yang di guncang rasa rindu karena ia jauh di luar kota,



Assallamualaikum Kakanda,

Saat ini adinda sedang bingung, orang tuaku sudah menjodohkan aku dengan lelaki teman abangku, aku sempat bersikeras bahwa aku tidak mau ada perjodohan, tapi aku tidak mau melawan orang tua yang sangat aku sayangi, lagipula banyak pendapat dari orang –orang terdekatku disini memberitahukan kalau kamu itu belum bekerja, keluargaku berprasangka buruk tentang dirimu bila aku terus sama kamu apakah masa depanku akan bahagia ??, walau aku tahu sebenarnya keadaan dirimu, aku tahu ….isi hatimu, rasa sayangmu padaku yang begitu besar … itu yang mebuatku sekarang gundah, marah …karena aku terlalu sayang padamu, tapi aku juga sayang dengan orang tuaku ini adalah pilihan yang sangat sulit dalam hidupku…

( setelah aku membaca sampai di bait pertama, badanku terguncang hatiku terasa panas dan pikiranku seperti sedang tidak berada di dunia, rasa sesak kurasa pada dadaku tak lama turunlah bulir-bulir air yang terjun dari mataku, baru sekarang aku menangis karena sebuah surat Allah…Allah ucapku memanggil sang khalik lalu kupaksakan kembali membaca surat tersebut walau sebenarnya aku sudah malas untuk meneruskannya …)

Maafkan aku kakanda setelah shalat istikharah aku memilih perjodohan oleh orang tuaku, walau sebenarnya aku tak ingin seperti ini ….aku masih sayang padamu.

Maka itu aku mohon cintailah aku karena Allah !!, telah tiga tahun kita saling berkirim surat kita tidak pernah melakukan hal yang tidak baik, walau kita ketemu, kamu sama sekali tidak pernah menyentuhku, kakandalah yang membuat hatiku bahagia dan semangat serta kakanda pulalah yang membuat diriku terasa berharga sebagai perempuan, selama hati kita bersatu hanya tulisan-tulisan kita ini yang menjadi teman tidur kita …tapi takdir berbicara lain kita harus berpisah dan mungkin persahabatan adalah jalan terbaik.

Kakanda !! jalan yang kanda tempuh masih jauh !! untuk itu aku mohon dengan sangat berjuanglah untuk mencari rahmat Allah, dengan rajin dan ikhtiar, aku selalu menyertai jalan yang kanda tempuh dengan do’a !! walau aku tidak bisa mendampingi kanda ketika berjalan diatas kerikil tajam di dunia ini, tapi aku yakin kanda akan mendapatkan apa yang di cari kebahagiaan dunia dan akhirat, semoga jodoh kakanda lebih baik dariku yang hina ini..

Maafkan aku kakanda …

Salam sayang selalu

Mutiara Sari.



Selesai aku membaca surat itu hatiku terasa remuk redam, tidak tahu apa yang harus dilakukan selain makin deras air mata yang jatuh di sela-sela pipiku, aku tak pernah berfikir bahwa aku seorang lelaki dapat menangis seperti ini karena sebuah surat … ya !! surat yang memutus semua harapan yang sudah aku impikan, lidahku kelu untuk berkata-kata, aku terdiam bagaikan kambing ompong tak punya gairah untuk menikmati kehidupan, inikah rasanya patah hati ?? benar kata orang sakit gigi lebih baik daripada sakit hati, dan aku bukanlah Superman yang kuat menahan segala cobaan, hatiku pun dapat rapuh juga selesai membaca surat itu.

Teringat aku akan masa lalu… sekitar tiga tahun yang lalu, waktu aku bertemu dengan Tiara untuk pertama kalinya, saat itu tepatnya waktu hari raya Idul Fitri tiba, aku berada di rumah nenek kami di daerah Bandung, daerah yang indah dan hawa asri pegunungan masih sangat terasa. Seperti biasa bila hari raya kemenangan untuk umat muslim ini tiba kami sekeluarga pasti merayakannya di Bandung kota kelahiranku.

Kebetulan waktu itu adik Ibuku ingin silaturahmi ke rumah calon mertuanya, walau dia adik Ibuku tapi umurnya masih muda gagah lagi seperti baginda Yusuf a.s, maka dia tidak aku panggil paman tapi aku terbiasa dengan sebutan abang, dengan nama lengkapnya Bang Dani abdul Ghafar, tadinya aku memang tidak mau ikut, tapi nenekku memaksa menemani abang jadi terpaksa aku menuruti apa kata nenekku, berbagai perlengkapan sudah kami siapkan dan juga makanan ala nenekku yang sangat lezat untuk diberikan kepada calon mertua abang di Garut.

Hari ini tepatnya dua hari sesudah Idul Fitri kami berdua berangkat ke garut di iringi do’a, kami melangkahkan kaki menuju jalan di depan rumah untuk naik angkutan menuju terminal, aku yang tidak tahu jalan hanya bisa mengekor saja.

Tak banyak yang menarik dalam Bus hanya rasa panas, penat dan bau asap kendaraan karena macet. Dan aku yang biasanya senang dengan pemandangan alam kini tertidur seperti bayi yang lucu karena kantuk yang menyengat diriku, tak terasa di bangku bus aku bikin beberapa pulau dengan air liurku, tak lama aku dibangunkan abangku bahwa kita sudah sampai di terminal Garut, sayang panorama perjalanan yang indah tidak dapat kurasakan, tetapi di terminal ini aku dapat melihat sekilas gunung Papandayan yang menjulang tinggi hendak menangkap kabut2 tipis yang menyelimutinya. “Robb…???” ujar abangku memanggil “kamu tunggu di sini dulu ya , abang mau ke kamar kecil” dengan raut wajah menyeringai seperti menahan sesuatu “ ok..jangan lama-lama” ujarku dengan agak bersungut karena terminal ini penuh dengan keramaian yang membuat aku kurang betah berlama–lama disini.

Dari sana kembali kami naik angkutan, tidak sampai satu jam kami berhenti di tepi jalan yang arahnya mau ke gunung Papandayan, lalu kami berjalan mendekati sebuah rumah yang tak begitu besar namun terlihat bersih serta terlihat indah dipandang karena sangat artistic sekali bentuknya, rumah yang di pagari dengan taman yang asri.Tiba-tiba tubuhku terasa menggigil, ternyata hawa sejuk pegunungan di Garut mulai menyapaku membuatku harus mengancingkan jaketku agar tidak terlalu dingin, kami pun memasuki pelataran rumah itu, “ Assallamuallaikum …” ujar abangku berkali–kali diucapkan salam belum ada jawaban, lalu tak lama baru ada jawaban salam “ walaikum salam..” tampak seorang yang kukenal siapa lagi kalau bukan kekasih pujaan abangku ini, Teh Rani begitu aku memanggilnya, perempuan muda dengan pakaian gamis coklat serta memakai Jilbab lebar yang menutupi dadanya, sungguh anggun dan terlihat cantik, seperti perempuan muda dambaan bang haji Rhoma “ Istri shaleha” mereka pun bercakap-cakap akupun hanya terdiam masih merasa asing dengan keadaan sekitar, lalu aku ikut masuk kedalam ruang tamu setelah di persilahkan masuk sama Teh Rani, ruangan tersebut terlihat tampak lebih luas dibandingkan dari luar, abangku berjalan mengikuti Teh Rani kebelakang, sedangkan aku hanya duduk sambil menahan kantuk yang terasa menggelayuti badanku, “Ohh… perjalanan yang sangat melelahkan” ucapku berguman.

Sambil menunggu abang yang tadi masuk ke dalam ruangan di balik ruang tamu ini, aku melihat sosok wanita yang bersahaja sama seperti Teh Rani tapi dia lebih muda, kira-kira seusiaku, aku hanya bisa mengamatinya dari jauh, ia bercakap-cakap dengan seorang anak kecil aku tak tahu siapa..??, kuperhatikan mereka, lama-lama rasa kagumku mulai tumbuh terhadap wanita itu karena tutur katanya yang sopan walau berbicara dengan anak kecil sekalipun, tak hanya itu ia tersipu bila anak kecil itu agak nakal menggodanya, tak kusangka ada wanita seperti itu cantik, ramah dan pemalu, seperti bidadari surga dalam dongeng pengantar tidur yang sering di ceritakan oleh ibuku. Kemudian aku disuruh abangku masuk keruangan keluarga tersebut sambil memperkenalkan diriku ke semua keluarga calon istrinya itu, tibalah keluarga yang terakhir ternyata aku diperkenalkan dengan sosok wanita yang kuperhatikan dari tadi “Tiara..” ucapnya tapi tangannya tidak menyentuhku, aku pun agak bingung kenapa ya ?? apa aku belum cuci tangan ahh..pertemuan yang aneh .. “Robi…” ucapku kemudian sambil tersenyum sambil menebar pesona, yang akhirnya kutahu bahwa dia adik dari calon istri abangku.

Sehari disana tampaknya sangat lama sekali aku merasa jenuh, biasanya malam-malam begini aku sering main ke rumah teman atau begadang main gitar sambil bernyanyi dengan suara sumbang, menyanyikan lagu-lagu top masa kini, memang hal itu hampir setiap malam aku biasa lakukan dengan teman-temanku di bawah pohon jambu dekat rumahku, tapi lambat laun perasaan jenuh tadi berubah, ada yang membuatku merasa betah disini, itu semua terjadi karena di rumah ini ada sosok wanita yang kukagumi, wanita cantik bernama “Tiara”, aku pun mencari akal bagaimana agar bisa lebih dekat dengannya karena aku tahu ia termasuk wanita pemalu dan mungkin susah untuk ditaklukkan, sambil berfikir bagaimana caranya !! aku melihat setumpuk surat undangan pernikahan yang sudah dipersiapkan untuk pernikahan abangku nanti, “aha…surat !!” ucapku sendiri dalam kamar, rasa senang membawaku terbang ke langit ke tujuh, sampai aku lupa mengambil selembar kertas tapi tidak ada penanya, aku tertawa sendiri melhat tingkahku yang aneh ini, beginikah rasanya bila jatuh cinta sungguh hal yang unik, perasaan aneh ini memang baru pertama kali tumbuh di dalam rongga hatiku, karena belum pernah sama sekali aku menyukai seorang gadis.

Tanganku mulai menari-nari diatas kertas putih itu, dan menuliskan khayalanku bahwa ia bagaikan bunga yang indah, bunga yang sedang mekar di waktu semi, di tepian telaga nirwana yang jauh dari tangan-tangan jahil, banyak orang dapat melihat keindahannya tapi tak ada satupun yang berhasil menjangkaunya, bunga itu begitu suci, harum dan mewangi. Di surat itu kutulis bahwa aku adalah seekor kumbang dan meminta ijin agar aku sebagai kumbang pertama yang akan menghisap sarinya dan akan setia kepada sang bunga, karena madunya membuat ku sebagai kumbang tak bisa pindah mencari bunga-bunga yang lain, kutumpahkan semua perasaanku padanya sambil tersenyum penuh arti, kuakhiri tulisan itu dan kulipat kertas putih dengan perasaan cemas akankah aku menjadi kumbang yang beruntung, kemudian aku keluar kamar dan mencari gadis yang sudah berhasil menawan hatiku, kulihat ia sedang duduk dibangku taman sambil memperhatikan kolam kecil di depannya “ maaf Ra ..bisa aku temani duduknya !!” ujarku dengan rasa hormat “ ohh kak Robi..silahkan kak ..”ujarnya dan mempersilahkan duduk disampingnya, ketika aku duduk ia pun agak menjauh dariku, kemudian kami terdiam membisu “ maaf kak aku mau kebelakang dulu”. “ Ra…” ujarku menahan langkahnya “ maaf kalau aku lancang, ..ini ada sesuatu yang aku mau berikan padamu” aku berkata dengan gugup bulir-bulir keringat mulai tampak di wajahku, walau malam itu dinginnya menusuk tulang-tulang.

Aku memberikan secarik kertas, Tiara tampak kaget dengan aksiku tapi ia tersenyum manis kepadaku, “apa ini..??” aku yang ditanya bingung mencari jawaban, “ kamu baca aja nanti, aku malu mengatakannya” . “ ok, kalau gitu aku kebelakang dulu ya! tidak diperbolehkan kalau aku berdua dengan Pria tanpa seorang teman muhrim oleh Ibuku” ujarnya sambil diam di depan pintu rumah “oh..maaf, bukan maksud untuk mengganggu, ya aku mengerti kok” kemudian ia melempar senyum kembali dan mengucapkan salam lalu menghilang di balik daun pintu yang setengah terbuka. Kini tinggallah aku seorang diri sambil menatap ikan di kolam, dan menerawang ke angkasa melihat bulan dan bintang yang sedang tersenyum bahagia seakan tahu dengan perasaanku kala itu.

Dalam penantianku dan berharap dengan cemas, ternyata suratku itu mendapat balasan, waktu hendak membuka surat itu hatiku pun berdebar, terasa jiwa ini panas padahal hawa di luar dinginnya minta ampun, aku takut kalau-kalau bertepuk sebelah tangan Alhamdullillah isinya ternyata sesuai dengan impianku, aku bahagia sekali diriku seakan terbang bagai burung camar yang sedang ceria meliuk-liuk bergerak tanpa ada rasa lelah, hatiku serasa mau copot saking bahagianya cinta pertamaku di terima, saat itu akupun resmi menjadi kekasihnya benar-benar keajaiban, rasanya dua hari disini jadi berlalu begitu cepat, tak terasa waktu yang bergulir telah mengantarkan aku untuk segera pulang kembali ke Bandung, andaikan waktu bisa di stop rasanya aku ingin berlama-lama disini dan memandang wajahnya yang lembut, tapi aku tak kuasa akan hal itu jadi aku hanya dapat berharap semoga aku dapat bertemu dengannya di lain waktu.

Surat demi surat sering kami kirimkan untuk melepas kerinduan, tak terasa sudah hampir tiga tahun berjalan, dimana selama itu aku selalu setia dengannya, banyak teman-teman sekolah yang naksir sama aku, ku tolak dengan halus karena aku sudah mempunyai seseorang yang dapat membuat hidupku lebih berarti,selama itu aku mulai belajar agama sesuai dengan kemampuanku karena support darinya, bahkan yang membuat aku heran ternyata berkat tulisan Tiara yang mendorongku agar giat belajar, aku memperoleh hasil yang memuaskan di kelas… yah masuk lima besar dengan nilai yang aku sendiri kaget bila melihatnya, kok bisa ya ?? apa orang jatuh cinta seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, hingga ia rela dan mau menuruti semua kata-kata dari kekasihnya, untung saja pilihanku tepat hasil positif lah yang aku dapat bila tidak …wah aku tak mau membayangkannya.

Dan kini setelah genap tiga tahun berlalu, sesudah lulus sekolah dan dihantui dengan bayang-bayang pengangguran, serta harapan-harapan tentang masa depan yang cerah bersama Tiara, walau terasa sulit tapi kami berusaha mewujudkan yang terbaik untuk mengejar impian cita dan cinta kami, di tengah perjuangan panjang itu ternyata datanglah sebuah surat dengan amplop biru muda itu yang kini sudah menghancurkan semua impianku, khayalanku untuk menjadi orang yang berhasil dengan pendampingku seorang yang bijaksana dan selalu memberiku semangat baik susah maupun senang kini sirna terbawa badai surat biru, hari ini aku merana dan berduka andaikan malaikat maut mau menghampiri diriku ingin rasanya aku segera ikut dengannya.Aku mengambil surat itu lalu aku melecekkannya dengan tanganku sekuat tenaga tapi aku tidak membuangnya, saat itu aku teringat aku belum shalat Ashar aku pun mengambil air wudhu untuk menunaikan kewajiban seorang muslim, dan aku bersyukur kepada sang khalik masih di beri kesempatan untuk sujud padaNya kemudian aku berdo’a dan memohon petunjuk atas kenyataan yang menimpa diriku. Setelah rasa galau dan jiwaku sudah kembali tenang setelah shalat, aku merasa sedikit ada ketegaran, aku kembali membuka gumpalan surat itu dan merapikannya lalu aku membuka laci meja belajarku dan menumpuknya bersama surat-surat Tiara yang lain.



Diubah oleh c4punk1950... 22-01-2018 04:09
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
5.8K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan