Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ndikodikAvatar border
TS
ndikodik
LANJUTAN
Hal ini menunjukan pula bahwa mahasiswa merupakan bagian aktor dari perubahan sosial yang terjadi. Itu yang menjadikan salah satu dasar mengapa mahasiswa dikatakan sebagai Agent of Social Control, dengan upaya menerapkan TDPT (Tri Dharma Perguruan Tinggi) pula memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa sebagai generasi yang mewakili kemajuan sebuah bangsa.
Kasus I
Dunia ini telah melewati fase preindustrial, Fase Industrial dan fase Pascaindustrial atau fase Teknologi Informasi. Hari ini kita bisa merasakan fase teknologi informasi, dimana pada fase ini teknologi dan informasi mampu dan bahkan sudah merubah tatanan sosial negri ini, bukan hanya di Indonesia saja tapi hampir seluruh bagian dunia. Perlu sikap dari mahasiswa untuk mengantisipasi dampak negative dari fase tersebut, salah satunya adalah dampak fase ini pada perkembangan remaja dari segi empirik dan psikologis khususnya. Remaja dewasa ini sudah disuguhkan teknologi yang tanpa didampingi oleh pembinaan karakter terhadap remaja pada penggunaan teknologi tersebut yang berdampak pada nalar dan sikap remaja tersebut, dengan menunjukan instanitas.
Kasus II
Kemudian, cara/system mendidik orang tua pada umumnya di Indonesia itu kebanyakan menuntut anaknya agar berprestasi di sekolah khususnya pada pelajaran-pelajaran eksak (Matematika, Fisika, Kimia dll). Dari sini dapat memunculkan rasa bosan anak terhadap pendidikan. Perkembangan psikologi anak itu adalah Nalar Intejensi, nalar ini yang menentukan perkembangan pola pikir anak – prilaku anak. Intelejensi tidak selalu pada ilmu-ilmu eksak, justru intelejensi lebih kepada ilmu-ilmu sosial. Kreatifitas dan kemandirian anak merupakan intelejensi, dan ini harus menjadi pertimbangan dalam sistem pendidikan. Bagusnya berikan pendidikan yang sesuai dengan nalar intelejensi anak tersebut, contoh jika anak sudah terlihat berbakat pada bidang seni maka terus lakukan pembinaan tentang kesenian. Jikalau dipaksakan untuk menerima ilmu eksak maka nalarnya akan menolak sehingga menimbulkan emosi (mood, rasa bosan dll) yang tidak diinginkan oleh setiap orang tua dalam mendidik anaknya. Disadur dari buku Psikologi Remaja karangan Sarlito W. Sarwono.
Dari kedua kasus tersebut, sudah jelas bahwa hakikat pendidikan adalah untuk menghasilkan perubahan kepada hal yang lebih baik. Ini merupakan tanggung jawab moral untuk mahasiswa yang sering digadang-gadang sebagai agen perubah dan agen control sosial. Mahasiswa bertanggung jawab untuk mampu mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang seperti diatas, masih banyak peristiwa lain yang harus mahasiswa bicarakan sampai menciptakan sebuah solusi dalam mengantisipasinya.
Maka sejatinya mahasiswa mengaktualkan nilai-nilai tri dharma perguruan tinggi secara kaffah atau total dalam upaya memajukan negri ini. Boleh kita analisa dan bayangkan, kalau hari ini mahasiswa tidak sadar akan tanggung jawabnya, dengan sikap acuh dalam persoalan sosial, gejala sosial yang sudah jelas dampak negatifnya, bagaimana nasib negri ini ?, bagaimana kita sebagai mahasiswa menghabiskan waktu 24 jam ? penulis yakin, mahasiswa yang sehariannya membaca buku, menganalisa sosial dan peka terhadap isu-isu sosial, tidak kehilangan waktunya untuk bermain, nongkrong dengan teman-temanya, pacaran dan lain sebagainya.
Perlu nya peningkatan kualitas diri dari mahasiswa itu sendiri. Peningkatan kualitas diri inilah yang menjadi tolok-ukur perkembangan dan kemajuan Indonesia ini.
Dengan Ikhtiar dan Do’a, penulis terus mengajak kepada kawan-kawan mahasiswa untuk bersama-sama mengaktualkan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Berbicara pendidikan yang penulis fahami dari perspektif kandungan nilai pendidikan itu sendiri dalam tri dharma perguruan tinggi adalah manusia yang dia faham tentang dirinya sendiri, manusia cenderung kepada kebaikan, kebenaran dan mahluk yang senantiasa menyempurna dalam seluruh bagian kehidupannya, sedang berbicara baik adalah tercapainya suatu tujuan dan benar adalah kesesuaian antara ide dengan realitas (baca : menurut Aristoteles), dengan demikian manusia akan merasa gundah jika dirinya berada diposisi ketidaksempurnaan, contoh : ketika manusia itu haus (tidak sempurna) maka ia akan minum (untuk menyempurnakan dirinya) karena haus merupakan hal yang tak lazim bagi manusia.



Hal diatas menjelaskan lebih lanjut bahwa perubahan posisi manusia dari yang belum sempurna menjadi sempurna, nah itulah yang penulis maksudkan dari pemahaman sederhana tentang hakikat pendidikan. Yang kemudian manusia ini dispesifikan tanggung jawabnya secara tugas kemanusiaannya (khalifah filardh). Spesifik disini adalah tanggung jawab tersendiri dalam rangka pembangunan karakter manusia untuk mempermudah tugasnya sebagai khalifah di muka bumi, ya tentunya dengan konsep “kuliah” atau konsep “mahasiswa” itu sendiri. Artinya lebih jelas adalah bahwa dengan tugas sebagai mahasiswa, manusia tersebut melakukan tugas sebagai khalifah nya dengan fokus ilmu pengetahuannya saat kuliah yang di transformasikan dengan sentuhan sosial yang menjadi tugas sekunder sebagai mahasiswa. Keleluasaan dalam mengaktualkan hal yang penulis katakana adalah juga sebagai point plus tertentu yang hanya dimiliki mahasiswa.
Kita pernah mendengar kalimat “mencari ilmu itu wajib”, “carilah ilmu dari lahir hingga sampai liang-lahat”, “ilmu ketika kecil bagaikan mengukir diatas batu, ilmu diwaktu besar bagaikan mengukir diatas air” dan masih banyak kalimat yang itu bisa berupa hadist ataupun kiasan para ulama. Tapi pada intinya yang ingin penulis sampaikan adalah bahwa manusia diwajibkan seluruh dan selama hidupnya dalam rangka mencari ilmu. Tapi yang paling penulis perhatikan adalah kalimat berikut “ilmu itu adalah cahaya Tuhan, dan cahaya itu tidak diperuntukan untuk orang-orang yang berbuat maksiat”, kata maksiat yang penulis soroti, maksiat disini adalah perkataan ataupun tindakan yang dapat menyebabkan hal buruk. Dalam hal ini kita fokuskan bahwa peristiwa sosial yang terjadi sedang mahasiswa sebagai penopang kemajuan sebuah bangsa hanya terdiam, terlena dan sebagainya oleh faham kapitalis, postmodernis atau tingkah hedonis (hura-hura dan acuh) terhadap peristiwa sosial tersebut itu merupakan sebuah hal kecil yang mengakibatkan maksiat. (baca: jika ditelisik secara ontologis).

Untuk baca selanjutnya dimari gan...
Tridharma Perguruan Tinggi
Lanjutan ke-2 Tridharma Perguruan Tinggi
Lanjutan ke-3 Tridharma Perguruan Tinggi
Lanjutan ke-4 Tridharma Perguruan Tinggi
Diubah oleh ndikodik 03-12-2017 12:48
0
1.1K
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan