- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
BJ Habibie Berkisah tentang Jasa Terbesar Tionghoa untuk Agama Islam di Indonesia
TS
beatfrey
BJ Habibie Berkisah tentang Jasa Terbesar Tionghoa untuk Agama Islam di Indonesia
Quote:
JAKARTA, CIBAINEWS.COM - Sebagaimana dalam ferrimustika.wordpress, dikatakan bahwa sampai saat ini tidak pernah jelas diakui peran Tionghoa Muslim dalam proses masuknya Islam ke Nusantara.Bahwasannya, sejak dulu yang diajarkan dalam buku-buku sejarah sekolah adalah teori Arab dan India/Gujarat.
Buku yang mengangkat peran Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara, bahkan, seperti dalam wordpress, dilarang beredar dengan alasan potensial mengganggu stabilitas nasional. Akibatnya, jangankan diakui berperan dalam Islamisasi Nusantara, bahkan kehadiran Tionghoa Muslim dalam shalat Jumat sampai saat ini pun masih ada yang menganggap aneh. Islam dan Tionghoa dianggap dua kutub yang berseberangan.
Tentu saja gambaran tadi adalah gambaran hitam-putih. Bersyukurlah kita masih ada wilayah abu-abu. Lie Pek Tho, Ketua Yayasan Kelenteng Thay Kak Sie yang juga Ketua Panitia 600 tahun Cheng Ho, dalam sebuah wawancara tanpa basa-basi mengatakan: “Beliau (Cheng Ho -Red) orang Islam. Pengikutnya juga sebagian besar Islam. Maka beliau juga menyebarkan agama Islam”.
Lalu, bagaimana kita mengelaborasi materi ini lebih lanjut? Inilah sebuah tema yang sangat menarik untuk dielaborasi untuk memperkaya wawasan, tentu tanpa bermaksud apa-apa di luar itu.
Penyebaran agama Islam ke Indonesia pun tidak sama seperti dalam agama-agama Katolik dan Kristen yang datang melalui para misionaris. Artinya, para misionaris dari Katolik dan Kristen memang datang ke Indonesia secara khusus untuk menyebarkan agama Katolik dan Kristen.
Bahwasanya, sejarah mencatat, penyebaran agama Islam ke Indonesia melalui jalan perdagangan. Artinya, selain berdagang, orang-orang seperti Gujarat (India), Hadramaut (Yaman), Persia (Iran) menyebarkan agama Islam kepada masyarakat di Nusantara.
Tetapi, sebenarnya, bukan hanya negara-negara seperti Gujarat, Hadramaut, dan Persia yang menyebarkan agama Islam di Indonesia, tetapi juga bangsa Tionghoa. Presiden ketiga RI, BJ Habibie sendiri menjelaskan bahwa jasa terbesar China atau Tionghoa terhadap Indonesia adalah Islam, Laksamana Ceng Ho, Gus Dur dan Wali Songo.
Pernyataan Habibie seperti dikutip oleh berbagai media, "Ini yang sering saya katakan ketika saya bertemu siapa pun, termasuk tokoh dunia. Ketika saya datang ke negara China atau Tiongkok, saya diberitahu bahwa umat Islam yang saya temui ini-lah orang-orang yang memperkenalkan Islam ke negara saya. Saya bilang ke pimpinan Beijing, saya bilang ke pimpinan Jerman, agama Islam datang ke Indonesia dengan damai bukan peperangan,"
Sejarah penyebaran Islam di Indonesia melalui orang-orang Cina atau orang Tionghoa diakui oleh mantan Presiden BJ Habibie, dalam penjelasannya,beliau menyatakan bahwa islam pertamakali datang melalui laksamana Cheng Ho yang dikenal sebagai petualang laut yang mempunyai misi damai di seluruh dunia,
Dikisahkan bahwa pada tahun 1405-1433, rombongan Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam beberapa kali singgah di Indonesia, terutama Sumatera dan Jawa, mereka menyebarkan agama Islam di bumi pertiwi.
Pada abad ke 15 orang-orang Tionghoa dari Guang Dong dan Fujian datang ke Indonesia, mereka melakukan perdagang, pertanian, dan pertukangan. Orang-orang China (Tionghoa) Muslim menyebarkan ajaran agama Islam, beberapa daerah tujuan mereka adalah Sambas, Lasem, Palembang, Banten, Jepara, Tuban, Gresik, dan Surabaya.
Pada masa Nabi Muhammad, hubungan dagang negara Cina dan Arab telah terjalin demikian erat, bahkan Muhammad SAW juga menjadi perantara dalam perdagangan mereka. Orang orang Tionghoa itu kemudian mempelajari Islam dan menyebarkan Islam ke negara mereka terutama di Provinsi Guang Dong (Guang Zhou) dan Fujian.
Bahkan mantan Presiden Gus Dur pernah mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Putri Campa yang lahir di Tiongkok, kemudian menjadi selir Raja Majapahit Brawijaya V, dari pernikahan tersebut lahirlah dua anak bernama Tan Eng Hian (Laki-laki) dan Tan A Lok (Perempuan), Tan Eng Hian kemudian mendirikan kerajaan Demak yang kemudian lebih dikenal sebagai sebagai Raden Fatah (kakek buyut Gusdur).
Sedangkan Tan A Lok, menikah dengan seorang ulama Muslim keturunan Tionghoa bernama Tan Kim Han, salah satu tokoh yang menggulingkan Kerajaan Majapahit dan ikut mengantarkan pendirian Kerajaan Islam Demak.
Tan Kim Han juga dikenal sebagai tokoh Muslim Tionghoa pada abad ke-15 dan 16 yang diutus oleh iparnya Jin Bun (dalam kitab Pararaton) atau Tan Eng Hian (versi Gus Dur) atau Raden Patah, yakni Raja Demak pertama bersama Maulana Ishak (Sunan Giri) dan Sunan Ngudung (ayah Sunan Kudus) untuk mengadakan revolusi politik pada Majapahit.
Tan Kim Han lahir pada tahun 1383 pada masa pemerintahan Hongwu. Dia menikah tanpa anak dan mengajar di salah satu sekolah di Leizhou, setelah lulus dalam ujian tahun 1405. Dalam catatan Chizai Fang Jiapu pada 1907, Tan Kim Han kemudian ikut bersama Laksamana Cheng Ho berkunjung ke Lambri-Aceh dan menyebarkan islam di Indonesia.
Jadi jelas bahwa China, Laksamana Cheng Ho dan Walisongo mempunyai andil besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.
Jadi, meskipun sekarang ini orang-orang Tionghoa memiliki andil yang sangat besar dalam perekonomian nasional, tetapi dalam sejarahnya peran orang-orang Tionghoa bagi penyebaran agama Islam di Nusantara ini sangat besar dan strategis.
Khusus untuk Wali Songo merupakan keturunan Tionghoa, itu banyak sumber menegaskannya sebagai sebuah kebenaran.Tetapi, untuk ini alangkah baiknya dijelaskan atau dipaparkan dalam tulisan lain yang lebih khusus.
Buku yang mengangkat peran Tionghoa dalam Islamisasi Nusantara, bahkan, seperti dalam wordpress, dilarang beredar dengan alasan potensial mengganggu stabilitas nasional. Akibatnya, jangankan diakui berperan dalam Islamisasi Nusantara, bahkan kehadiran Tionghoa Muslim dalam shalat Jumat sampai saat ini pun masih ada yang menganggap aneh. Islam dan Tionghoa dianggap dua kutub yang berseberangan.
Tentu saja gambaran tadi adalah gambaran hitam-putih. Bersyukurlah kita masih ada wilayah abu-abu. Lie Pek Tho, Ketua Yayasan Kelenteng Thay Kak Sie yang juga Ketua Panitia 600 tahun Cheng Ho, dalam sebuah wawancara tanpa basa-basi mengatakan: “Beliau (Cheng Ho -Red) orang Islam. Pengikutnya juga sebagian besar Islam. Maka beliau juga menyebarkan agama Islam”.
Lalu, bagaimana kita mengelaborasi materi ini lebih lanjut? Inilah sebuah tema yang sangat menarik untuk dielaborasi untuk memperkaya wawasan, tentu tanpa bermaksud apa-apa di luar itu.
Penyebaran agama Islam ke Indonesia pun tidak sama seperti dalam agama-agama Katolik dan Kristen yang datang melalui para misionaris. Artinya, para misionaris dari Katolik dan Kristen memang datang ke Indonesia secara khusus untuk menyebarkan agama Katolik dan Kristen.
Bahwasanya, sejarah mencatat, penyebaran agama Islam ke Indonesia melalui jalan perdagangan. Artinya, selain berdagang, orang-orang seperti Gujarat (India), Hadramaut (Yaman), Persia (Iran) menyebarkan agama Islam kepada masyarakat di Nusantara.
Tetapi, sebenarnya, bukan hanya negara-negara seperti Gujarat, Hadramaut, dan Persia yang menyebarkan agama Islam di Indonesia, tetapi juga bangsa Tionghoa. Presiden ketiga RI, BJ Habibie sendiri menjelaskan bahwa jasa terbesar China atau Tionghoa terhadap Indonesia adalah Islam, Laksamana Ceng Ho, Gus Dur dan Wali Songo.
Pernyataan Habibie seperti dikutip oleh berbagai media, "Ini yang sering saya katakan ketika saya bertemu siapa pun, termasuk tokoh dunia. Ketika saya datang ke negara China atau Tiongkok, saya diberitahu bahwa umat Islam yang saya temui ini-lah orang-orang yang memperkenalkan Islam ke negara saya. Saya bilang ke pimpinan Beijing, saya bilang ke pimpinan Jerman, agama Islam datang ke Indonesia dengan damai bukan peperangan,"
Sejarah penyebaran Islam di Indonesia melalui orang-orang Cina atau orang Tionghoa diakui oleh mantan Presiden BJ Habibie, dalam penjelasannya,beliau menyatakan bahwa islam pertamakali datang melalui laksamana Cheng Ho yang dikenal sebagai petualang laut yang mempunyai misi damai di seluruh dunia,
Dikisahkan bahwa pada tahun 1405-1433, rombongan Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam beberapa kali singgah di Indonesia, terutama Sumatera dan Jawa, mereka menyebarkan agama Islam di bumi pertiwi.
Pada abad ke 15 orang-orang Tionghoa dari Guang Dong dan Fujian datang ke Indonesia, mereka melakukan perdagang, pertanian, dan pertukangan. Orang-orang China (Tionghoa) Muslim menyebarkan ajaran agama Islam, beberapa daerah tujuan mereka adalah Sambas, Lasem, Palembang, Banten, Jepara, Tuban, Gresik, dan Surabaya.
Pada masa Nabi Muhammad, hubungan dagang negara Cina dan Arab telah terjalin demikian erat, bahkan Muhammad SAW juga menjadi perantara dalam perdagangan mereka. Orang orang Tionghoa itu kemudian mempelajari Islam dan menyebarkan Islam ke negara mereka terutama di Provinsi Guang Dong (Guang Zhou) dan Fujian.
Bahkan mantan Presiden Gus Dur pernah mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Putri Campa yang lahir di Tiongkok, kemudian menjadi selir Raja Majapahit Brawijaya V, dari pernikahan tersebut lahirlah dua anak bernama Tan Eng Hian (Laki-laki) dan Tan A Lok (Perempuan), Tan Eng Hian kemudian mendirikan kerajaan Demak yang kemudian lebih dikenal sebagai sebagai Raden Fatah (kakek buyut Gusdur).
Sedangkan Tan A Lok, menikah dengan seorang ulama Muslim keturunan Tionghoa bernama Tan Kim Han, salah satu tokoh yang menggulingkan Kerajaan Majapahit dan ikut mengantarkan pendirian Kerajaan Islam Demak.
Tan Kim Han juga dikenal sebagai tokoh Muslim Tionghoa pada abad ke-15 dan 16 yang diutus oleh iparnya Jin Bun (dalam kitab Pararaton) atau Tan Eng Hian (versi Gus Dur) atau Raden Patah, yakni Raja Demak pertama bersama Maulana Ishak (Sunan Giri) dan Sunan Ngudung (ayah Sunan Kudus) untuk mengadakan revolusi politik pada Majapahit.
Tan Kim Han lahir pada tahun 1383 pada masa pemerintahan Hongwu. Dia menikah tanpa anak dan mengajar di salah satu sekolah di Leizhou, setelah lulus dalam ujian tahun 1405. Dalam catatan Chizai Fang Jiapu pada 1907, Tan Kim Han kemudian ikut bersama Laksamana Cheng Ho berkunjung ke Lambri-Aceh dan menyebarkan islam di Indonesia.
Jadi jelas bahwa China, Laksamana Cheng Ho dan Walisongo mempunyai andil besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia.
Jadi, meskipun sekarang ini orang-orang Tionghoa memiliki andil yang sangat besar dalam perekonomian nasional, tetapi dalam sejarahnya peran orang-orang Tionghoa bagi penyebaran agama Islam di Nusantara ini sangat besar dan strategis.
Khusus untuk Wali Songo merupakan keturunan Tionghoa, itu banyak sumber menegaskannya sebagai sebuah kebenaran.Tetapi, untuk ini alangkah baiknya dijelaskan atau dipaparkan dalam tulisan lain yang lebih khusus.
新闻来源 :
0
3.6K
Kutip
32
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan