Kami hanyalah setan kecil yang hina dina di mata yang mulia paduka pemimpin besar revolusi tiada tara yang wajib dicinta rakyatnya seantero negeri tuanku raja. Kami hanyalah setan di mata pujangga jalang yang setia menjilat dubur sang raja dan pemuka dinar yang berkobar mengutuk kami kala khotbah dengan tinjanya. Kami adalah setan yang selalu paduka sebut dalam sabda dan semua kidung laknat dengan janji manis penuh dusta namun paduka kemas dengan emas yang raja rampas dari kain perawan kami hingga menangis menjerit yang kini terpaksa dilacurkan oleh paduka semua. Tiada benar di mata paduka bila kami berkata jujur adalah fitnah bagi paduka, kala berbohong menjadi pancung bagi kami. Kepada yang mulia paduka raja yang menggenggam angkuh atas masa depan. Ijinkanlah hamba berkeluh kesah sejenak padamu yang hendak menjadi tuhan. Hamba ingin menjerit sebejat-bejatnya hingga malaikat mautmu yang berseragam rompi anti peluru menyantet kami dengan timah panas merangsek mata dan hati kami.

Tuanku yang duduk di singgasana neraka penderitaan kami. Ijinkan kami semua berpaling darimu dari munajat palsu yang terpaksa kami panjatkan padamu menuju pelarian yang abadi yang sejatinya tak pantas kami sandingkan karena paduka memang tak pantas bersanding dengan-Nya. Jujur kami para setan di kasta terendah berharap sangat agar paduka pemimpin semesta borjuis semu ini menolehkan matanya pada penderitaan setan-setan jelata yang masih mendoakan kebaikan padamu agar jangan terjatuh menjadi iblis laknatullah yang sebelas dua belas dengan firaun dan namrud. Kami para setan mendoakanmu agar kembali menjadi manusia bukan budak kuasa.

Sidoarjo, 5 oktober 2017